Kegiatan Corporate Social Responsibilty (CSR) Peduli Lingkungan Di Desa Lebak Jero Garut OLeh HUmas PT. Kereta Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan

(1)

v

"PEDULI LINGKUNGAN"OF VILLAGE LEBAK JERO GARUT BY PUBLIC RELATIONS OF PT. KERETA API INDONESIA

(PERSERO) DAERAH OPERASI (DAOP) 2 BANDUNG TO IMPROVE CORPORATE’S IMAGE

Written by: Nandini Juanita

43307014 Under the guidance of: Tine Agustin Wulandari, S.I.KOM

This research was conducted in order to describe the activities of Corporate Social Responsibility (CSR) "Peduli Lingkungan" conducted by Public Relations of PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung DAOP 2 in improving the company image.

This research using qualitative approach with descriptive method. Data collection techniques used are interviews, literature, internet searching, and documentation. For data analysis techniques which used, include data collection, data reduction, data display, and conclusion drawing data (Verification). The subjects in this research is Public Relations of PT. Kereta Api Indonesia (Persero), the object of research are employees of PT. Kereta Api Indonesia (Persero) and the people of Lebak Jero totaling three people. Researchers choose the three members as an informants of this research by using the purposive sampling techniques.

The results showed that the research that conducted by Public Relation DAOP 2 Bandung approaches first to the people of Lebak Jero, the planning and programming that done is the help given by PT. KAI DAOP 2 Bandung on September 16th 2009 to the people of Lebak Jero according to the program by CSR PT. KAI. The implementation of program conducted by Public Relations DAOP 2 Bandung was the help to covering all activities implemented in the village of Lebak Jero. The program evaluation is carried out by stepping on the next stage, when the activity was successful and had a positive impact for the company

From these results, researchers can conclude that the analysis of the activities of Corporate Social Responsibility (CSR) "Peduli Lingkungan" in improving the company image is a strategy used by Public Relations DAOP 2 Bandung in achieving a desired goal by PT. KAI is to improving the company image. Researchers suggest is it would be nice to improve a better cooperation with relevant parties, both internal and external, to make of CSR activities implemented by the Public Relations of PT. KAI DAOP 2 Bandung in other areas, success.


(2)

iv

“PEDULI LINGKUNGAN” DI DESA LEBAK JERO GARUT

OLEH HUMAS PT. KERETA API INDONESIA

(PERSERO) DAERAH OPERASI(DAOP) 2

BANDUNGDALAM MENINGKATKAN

CITRAPERUSAHAAN

Oleh: Nandini Juanita

Nim. 43307014

Tugas Akhir ini di bawah bimbingan, Tine Agustin Wulandari, S.I.KOM

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) ”Peduli lingkungan” di Desa Lebak Jero Garut yang dilakukan oleh Humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung dalam meningkatkan citra perusahaan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan Metode Deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, studi pustaka, internet searching, dan dokumentasi. Untuk teknik analisis data yang digunakan, antara lain data collection, data reduction, data display, dan data conclusion drawing (Verification). Subyek dalam penelitian ini adalah Humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero), informan penelitiannya adalah karyawan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dan masyarakat Desa Lebak Jero yang berjumlah 3 orang. Peneliti memilih ketiga anggota tersebut sebagai informan dari penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Penelitian yang dilakukan oleh Humas DAOP 2 Bandung melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada masyarakat Desa Lebak Jero, perencanaan dan pemograman yang dilakukan adalah bantuan yang diberikan oleh PT. KAI DAOP 2 Bandung pada tanggal 16 September 2009 kepada masyarakat Lebak Jero sesuai dengan program CSR PT. KAI. Pelaksanaan program yang dilakukan oleh Humas DAOP 2 Bandung adalah bantuan meliput seluruh kegiatan yang dilaksanakan di Desa Lebak Jero. Evaluasi program yang dilakukan adalah dengan melangkah pada tahap selanjutnya, saat kegiatan itu berhasil dan mempunyai dampak positif bagi perusahaan.

Dari hasil tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) ”Peduli lingkungan” dalam meningkatkan citra perusahaan merupakan suatu yang digunakan oleh Humas DAOP 2 Bandung dalam mencapai suatu tujuan yang dikehendaki oleh PT. KAI yaitu meningkatkan citra perusahaan. Saran yang peneliti sampaikan adalah alangkah baiknya meningkatkan kerjasama yang lebih baik lagi dengan pihak-pihak terkait, baik internal maupun eksternal, dalam mensukseskan kegiatan CSR yang dilaksanakan oleh Humas PT. KAI DAOP 2 Bandung di daerah lainnya.


(3)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Di tengah persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang dialami Indonesia, pemerintah harus berperan sebagai koordinator penanganan krisis melaluiCSR (Corporate Social Responsibilty). Maka dari itu PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

mempunyai program CSR (Corporate Social Responsibilty) sebagai bentuk tanggung

jawab mereka terhadap sosial atau lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada.

Kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan CSR (Corporate Social

Responsibility) ini menjadi tren global seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak azasi manusia (HAM). Menghadapi tren global dan resistensi masyarakat sekitar perusahaan, Maka sudah saatnya setiap perusahaan memandang serius pengaruh dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan dari setiap aktivitas bisnisnya, serta berusaha membuat laporan setiap tahunnya kepada stakeholders.

Tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR (Corporate Social

Responsibility) mungkin masih kurang popular dikalangan pengusaha nasional. Namun, tidak berlaku bagi pengusaha multinasional. Kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan secara sukarela itu, sudah biasa dilakukan oleh


(4)

perusahaan-perusahaan multinasional ratusan tahun lalu. Sebagaimana hasil Konferensi Tingkat

Tinggi Bumi (Earth Summit) di Rio de Jeneiro Brazilia 1992, menyepakati perubahan paradigma pembangunan, dari pertumbuhan ekonomi (economic growth)

menjadi pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Dalam

perspektif perusahaan, di mana keberlanjutan dimaksud merupakan suatu program sebagai dampak dari usaha-usaha yang telah dirintis, berdasarkan konsep kemitraan dan rekanan dari masing-masing stakeholders. Banyak ahli, praktisi dan peneliti belum memiliki kesamaan dalam memberikan definisi, meskipun dalam banyak hal memiliki kesamaan esensi.

Jhonson and Johnson (2006) mengemukakan definisi mengenai Corporate Social Responsibility (CSR),yaitu bahwa:

“Corporate Social Responsibility (CSR) is about how companies manage the business processes to produce an overall positive impact on society”.(Jhonson and Jhonson dalam Nor Hadi, 2011:46)

Definisi tersebut pada dasarnya berangkat dari filosofi bagaimana cara mengelola perusahaan baik sebagian maupun secara keseluruhan memiliki dampak positif bagi dirinya dan lingkungan. Dalam hubungannya dengan hal tersebut diperlukannya kegiatan dan merupakan hal penting yang sangat diperlukan untuk menjalani setiap kegiatan. Dalam melakukan kegiatannya sendiri yaitu bagian dari program, yang merupakan ciri dari kegiatan dan akan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumberdaya yang berupa personil (SDM), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau seluruh


(5)

sumberdaya sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.

Bertolak dari paparan tersebut, CSR (Corporate Social Responsibility) di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) telah di resmikan pada tanggal 16 september 2009 dengan tujuan untuk terus meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga asset PT. Kereta Api Indonesia (Persero) serta menciptakan citra positif dan peningkatan kemampuan organisasi atau perusahaan. Jika ditinjau dari misi perusahaan yang salah satu orientasinya pada profit atau laba perusahaan, maka humas harus dapat membantu manajemen perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut melalui program-program yang dapat mendongkrak penjualan, seperti promosi atau publikasi melalui media massa. Tetapi, humas tidak hanya berorientasi pada profit saja, melainkan humas berorientasi dalam menjaga nama baik perusahaan dan produk agar lebih dikenal masyarakat secara luas.

Di lembaga/instansi penyedia jasa seperti, PT. Kereta Api Indonesia (Persero), fungsi kegiatan ini untuk mencapai tujuan. Dimana kegiatan atau tugas dan fungsi Humas dijalankan dan dilaksanakan dengan disesuaikan tujuan dari PT. KAI itu sendiri. Antara lain kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility)“Peduli Lingkungan“ yang dijalankan oleh Humas dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung yaitu bantuan yang berupa perlengkapan untuk mesjid, alat-alat olahraga serta bantuan dana untuk perbaikan fasilitas Mandi Cuci Kakus

(MCK) diserahkan langsung oleh Manajer PKBL CSR (Corporate Social


(6)

Api Indonesia (Persero) Daop 2 Bandung, Bambang Setyo Prayitno kepada tokoh masyarakat di wilayah Lebakjero dan Garut. Ketiga wilayah itu sendiri terdiri dari dua kabupaten di Bandung yaitu wilayah RW 11 dan 12 kampung Lebakjero Desa Ciherang Kecamatan Nagreg serta di Kabupaten Garut yaitu RW 09 Kampung Kaledong Desa Ganda Mekar. Selain di Lebakjero Garut, PT. KAI pun akan terus aktif memberikan penghargaan dan membina kemiraan masyarakat di wilayah lain sepanjang jalur KA seperti di daerah Ciganea Purwakarta, Cibatu, Tasik, dan daerah-daerah lainnya.

Hubungan antara pentingnya pelaksanaan program tersebut, humas merupakan

pihak yang paling memahami mengenai publik dari suatu

perusahaan/lembaga/instansi. Karena humas bekerja melingkupi ruang publik tersebut, kegiatan humas berkaitan erat dengan pihak-pihak tesebut. Sehingga dalam memutuskan suatu kebijakan tertentu, humas sangat lah penting untuk dilibatkan, karena humas merupakan pemegang informasi yang lengkap mengenai publik-publik dari perusahaan/lembaga/instansi. Tanpa bantuan dari humas, keputusan atau kebijakan yang diambil mungkin saja tidak akan tepat mengenai sasaran, karena para pemimpin perusahaan tidak mengetahui sedikitpun mengenai karakteristik publik-publiknya. Bukannya menyelesaikan masalah dengan keputusan yang tepat, namun dengan ketidaktahuan pimpinan, mungkin malah akan semakin memperuncing masalah. Dalam segala program humas, baik itu jangka panjang maupun jangka pendek, harus selalu dengan rencana yang sempurna, agar menjadi efektif sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.


(7)

Cutlip & Center (1999) mengemukakan definisi mengenai Public Relations, yaitu bahwa:

Public Relations adalah usaha yang terencana, untuk mempengaruhi pendapat dalam melakukan pelaksanaan kegiatan yang bertanggungjawab terhadap

masyarakat, yang berdasarkan komunikasi dua arah” (Cutlip & Center, 1999:147).

Berhubungan dengan PT. Kereta Api Indonesia (Persero), dengan diterapkannya kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility), maka diharapkan tugas-tugas dan tujuan-tujuan dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) itu sendiri akan dapat dicapai dengan baik sesuai dengan harapan. Keinginan sebuah organisasi untuk mempunyai citra yang baik pada publik sasaran berawal dari pengertian yang tepat mengenai citra sebagai stimulus adanya pengelolaan upaya yang perlu dilaksanakan. Ketepatan pengertian citra agar organisasi dapat menetapkan upaya dalam mewujudkannya objek dan mendorong prioritas yang akan dilaksanakan.

Adapun definisi mengenai citra Menurut Soemirat dan Ardianto (2002),

antara lain:

“Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu obyek dapat diketahui dari sikapnya terhadap obyek tersebut.” (Soemirat dan Ardianto, 2002:111).

Bagi perusahaan citra berarti persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan. Persepsi ini didasarkan pada apa yang masyarakat ketahui atau mengenai


(8)

perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu perusahaan yang sama belum tentu memiliki citra yang sama pula dihadapan orang. Citra perusahaan menjadi salah satu pegangan bagi konsumen dalam mengambil keputusan penting. Dengan adanya penyesuaian karakteristik publik sasaran dengan kegiatan yang dilakukan, maka diharapkan tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan mudah, atau paling tidak dengan tidak menemui hambatan yang terlalu berarti yang dapat menggangu pelaksanaan kegiatan tersebut secara keseluruhan. Dengan kata lain, tujuan dan tugas dari PT. KAI dan Humas itu sendiri antara lain adalah memberikan pemahaman dan pengertian yang lebih positif dan mendalam kepada masyarakat luas mengenai kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility), dapat terlaksana dengan baik. Dimana kemudian masyarakat luas akan memiliki pemahaman yang lebih baik dan positif mengenai kegiatan tersebut. Sehingga kegiatan “Peduli Lingkungan“ tidak mendapatkan stigma yang buruk di mata masyarakat luas pada umumnya.

Selain itu masyarakat yang dipilih oleh PT. KAI sebagai sasaran kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) dapat lebih menyadari pentingnya peran serta mereka dalam proses kegiatan tersebut. Dimana hal ini merupakan salah satu tugas utama dari Humas PT. KAI Daerah Operasi 2 Bandung, Di PT. KAI, khususnya Daerah Operasi 2 Bandung. Sebagaimana telah disebutkan bahwa tugas utamanya adalah sebagai petugas terdepan dalam meningkatkan citra perusahaannya, memberikan pengertian mengenai kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility)


(9)

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini yaitu, “BAGAIMANA KEGIATAN CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR) “PEDULI LINGKUNGAN” DI DESA LEBAK JERO GARUT OLEH HUMAS PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)

DAERAH OPERASI (DAOP) 2 BANDUNG DALAM MENINGKATKAN

CITRA PERUSAHAAN?”

1.2 Identifikasi Masalah

Dari variabel kegiatan yang terdapat pada rumusan masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana penelitian kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?

2. Bagaimana perencanaan dan pemograman kegiatan Corporate Sosial

Responsibility (CSR) oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?

3. Bagaimana pelaksanaan program kegiatan Corporate Sosial

Responsibility (CSR) oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?


(10)

4. Bagaimana evaluasi kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?

5. Bagaimana kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penelitian kegiatan Corporate Sosial

Responsibility (CSR) oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan.


(11)

2. Untuk mengetahui perencanaan dan pemograman kegiatan

Corporate Sosial Responsibility (CSR) oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan.

3. Untuk mengetahui pelaksanaan program kegiatan Corporate

Sosial Responsibility (CSR) oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan.

4. Untuk mengetahui evaluasi kegiatan Corporate Sosial

Responsibility (CSR) oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan.

5. Untuk mengetahui kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR)

oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu kegunaan secara teoritis dan kegunaan secara praktis.


(12)

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu komunikasi di bidang kehumasan mengenai kegiatan humas dalam meningkatkan citra perusahaannya. Selain itu, diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan literatur bagi mahasiswa lainnya pada penelitian selanjutnya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Kegunaan bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat membuat peneliti lebih memahami kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh Humas secara lebih mendalam, khususnya tentang Kegiatan CSR (Corporate Social Responsibilty)”kemudian dapat menambah pengalaman bagi peneliti mengenai profesi Humas dalam suatu perusahaan.

2. Kegunaan bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan

wawasan tentang Kegiatan CSR (Corporate Social

Responsibilty) bagi Universitas, khususnya program studi Public Relations.


(13)

3. Kegunaan bagi PT Kereta Api Indonesia (Persero)

Bandung

Bagi kantor PT Kereta Api Indonesia (persero) Bandung, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang

kegiatan CSR (Corporate Social Responsibilty) yang

dilakukan oleh Humas DAOP 2 Bandung dalam meningkatkan citra perusahaannya.

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Kerangka Teoritis

Keberadaan PR dalam suatu organisasi terutama difungsikan untuk menunjang fungsi-fungsi manajemen perusahaan untuk mencapai tujuan bersama salah satunya dengan melakukan sebuah pogram/kegiatan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kegiatan adalah “aktivitas, usaha, pekerjaan kekuatan kegairahan dan ketangkasan (dalam berusaha).” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:375).

Keberadaan humas dalam suatu organisasi terutama difungsikan untuk menunjang fungsi-fungsi manajemen perusahaan untuk mencapai tujuan bersama. Adanya berbagai kemajuan telah mengakibatkan terjadinya pembaruan dalam masyarakat. Cara hidup masyarakat yang semakin modern dalam bidang-bidang tertentu, semakin mempengaruhi fungsi tersebut. Kondisi di atas jelas memerlukan keahlian khusus di bidang humas.


(14)

Praktisi humas dituntut kemempuannya untuk mengkoordinasikan atau mengelola pemanfaatan sumber daya organisasi untuk penyelenggaraan komunikasi 2 arah antara organisasi dan publiknya. Kaitan antara humas

dengan konsep manajemen menghasilkan pemahaman akan

pentingnya humas/public relations, seperti dinyatakan oleh Mc Elreath (1993):

“Management PR berarti melakukan penelitian, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi terhadap berbagai kegiatan komunikasi yang disponsori oleh organisasi. Bentuk kegiatan komunikasi dapat berupa penerbitan brosur perusahaan, pertemuan-pertemuan kelompok kecil sampai pada kegiatan yang sangat kompleks seperti konferensi pers

dengan menggunakan satelit”.(Mc Elreathdalam Ruslan,2010:31) Dari pernyataan tersebut manajemen public relations dipahami sebagai

bentuk pengelolaan public relations dengan menerapkan fungsi-fungsi

manajemen yaitu dengan menjalankan penelitian, perencanaan dan evaluasi terhadap program yang dijalankan.

Keterangannya sebagai berikut: 1. Penelitian

Pada dasarnya, penelitian merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh informasi dari publik baik internal maupun eksternal untuk memahami masalah yang dihadapi dengan akurat dan metode ilmiah.

2. Perencanaan dan pemrograman

Perencanaan dan pemograman merupakan segala informasi atau data masukan atau input yang diperoleh berkaitan dengan hal atau


(15)

permasalahan yang dihadapi ke dalam bentuk rencana tindakan

untuk pemecahannya. Perencanaan Public Relations merupakan

suatu proses berkesinambungan dan selalu memerlukan peninjauan agar tindakan yang diambil sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam perencanaan program antara lain: sifat, waktu dan lingkungan. Perencanaan juga harus memperhatikan situasi di dalam maupun di luar organisasi, serta pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaan tersebut.

3. Pelaksanaan program

Pelaksanaan program merupakan tahap dimana rencana program yang telah ditetapkan dilaksanakan atau diimplementasikan ke dalam suatu bentuk program aksi sebagai langkah nyata pemecahan masalah PR yang dihadapi. Pelaksanaan Program ini dapat berupa program tindakan maupun program komunikasi yang kesemuanya merupakan cara atau proses untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. Evaluasi

Merupakan suatu tahapan yang dilaksanakan untuk menentukan atau memperlihatkan nilai suatu program termasuk pengelolaan maupun hasil atau dampak pelaksanaannya. Melalui evaluasi, PR akan mengetahui faktor-faktor yang menjadi kegagalan ataupun


(16)

keberhasilan suatu program, sehingga dapat ditentukan langkah-langkah selanjutnya yang seharusnya dilakukan.

Pada dasarnya tujuan sentral PR adalah untuk menunjang manajemen yang berupaya mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Meskipun tujuan setiap organisasi berbeda tergantung dari sifat organisasi tersebut, tetapi dalam kegiatan humas terdapat kesamaan yakni membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publik dalam membentuk citra positif. Hubungan yang baik atau harmonis dalam PR mengandung arti luas, yakni sikap menyenagkan (favorable), itikad baik (good will), toleransi (tolerance), saling pengertian (mutual understanding), saling mempercayai (mutual confidence), saling menghargai (mutual appreciation), dan citra baik (good image). Penampilan dan sikap seorang PR dalam mencapai tujuan organisasi dengan cara menciptakan kesan yang baik akhirnya dapat melekat dan mempengaruhi citra dari perusahaan yang diwakilinya.

Dari pernyataan tersebut manajemen humas dipahami sebagai bentuk pengelolaan humas dengan menerapkan fungsi-fungi manajemen terhadap program yang dijalankan, sehubungan dengan diadakannya kegiatan CSR (Corporate Social Responsibilty) tersebut. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan Humas tentang teknik-teknik membangun citra, sebagai salah satu pendukung upaya membangun citra.


(17)

Menurut Soemirat dan Ardianto bahwa citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu obyek dapat diketahui dari sikapnya terhadap obyek tersebut (Soemirat dan Ardianto, 2002:111).

1.5.2 Kerangka Konseptual

Dalam kerangka konseptual ini, akan mengaplikasikan teori yang digunakan sebagai landasan penelitian dengan keadaan yang ada di lapangan.

Landasan teori yang digunakan tersebut dikemukakan oleh Mc Elreath

mengenai manajemen humas dipahami sebagai bentuk pengelolaan humas dengan menerapkan fungsi-fungi manajemen yaitu dengan menjalankan penelitian, perencanaan dan evaluasi terhadap program yang dijalankan,

sehubungan dengan diadakannya kegiatan CSR (Corporate Social

Responsibilty) “Peduli Lingkungan” tersebut.

Dimana pengaplikasian dari teori-teori tersebut dituangkan menjadi satu, yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian

Dalam hal ini, terdiri dari tahap pencarian data, humas PT. KAI DAOP 2 Bandung mencari data dan fakta yang ada di lapangan, yang sebenar-benarnya, yang sesuai dengan kenyataan, yang


(18)

kemudian diolah menjadi suatu bentuk informasi yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan dari program yang akan dijalankan.

2. Perencanaan dan pemrograman

Perencanaan dan pemrograman ini berisikan segala kegiatan yang akan dilaksanakan oleh PT. KAI DAOP 2 Bandung, yang masih membutuhkan penyesuaian dengan data dan fakta yang ada di lapangan, sehingga rencana yang disusun menjadi matang dan tepat sasaran.

3. Pelaksanaan program

Dalam hal ini telah ditetapkan program yang akan dilaksanakan oleh PT. KAI DAOP 2 Bandung yaitu kegiatan CSR (Corporate Social Responsibilty) sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial atau lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada, oleh karena itu kegiatan CSR (Corporate Social Responsibilty) ini merupakan salah satu tahap yang turut menentukan suksesnya pekerjaan divisi humas keseluruhan.

4. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap terakhir setelah tahap-tahap penelitian, perencanaan dan pelaksanaan program. Tidak jarang perubahan suatu program yang telah direncanakan akan memberikan dampak yang positif atau negatif, untuk langkah selanjutnya dalam setiap


(19)

tahap perencanaan program harus fleksibel demi kelancaran kegiatan yang dilakukan.

PT. KAI DAOP 2 Bandung yang bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi Humas, karena merupakan salah satu komponen yang siap untuk mendukung setiap kegiatan yang akan dilaksanakan. Sesuai dengan fungsinya Humas PT. KAI DAOP 2 Bandung dalam meningkatkan citra PT. KAI DAOP 2 Bandung sudah menjalankan tugasnya dengan baik.

1.6 Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pertanyaan-petanyaan penelitian yang bertujuan dapat memberikan sebuah arahan pada penelitian. Peneliti mengembangkan pertanyaan-pertanyaan secara tebuka kepada subjek penelitian.

Dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Penelitian kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan

a. Bagaimana persiapan pencarian data analisis kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?

b. Bagaimana proses pencarian data kegiatan (Corporate Sosial


(20)

Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?

c. Informasi apa saja yang diperoleh dalam kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?

d. Siapa saja yang melakukan pencarian data kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?

2. Perencanaan dan pemograman analisis kegiatan (Corporate Sosial

Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan

a. Bagaimana merumuskan informasi menjadi rencana kegiatan

(Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?

b. Bagaimana merumuskan sifat rancana kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?


(21)

c. Bagaimana penetapan sasaran rencana kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?

d. Bagaimana penentuan rencana waktu kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?

e. Bagaimana tujuan dari rencana kegiatan (Corporate Sosial

Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?

f. Bagaimana penentuan anggaran dalam mrencanakan kegiatan

(Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?

g. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?


(22)

3. Pelaksanaan program analisis kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan.

a. Kapan dilaksanakannya kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?

b. Bagaimana pelaksanaan kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan ?

c. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan ?

4. Evaluasi analisis kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan

a. Kapan dilaksanakannya evaluasi kegiatan (Corporate Sosial

Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan ?


(23)

b. Bagaimana hasil kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan ?

c. Bagaimana dampak kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan ?

d. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan ?

5. Bagaimana analisis kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?

6. Bagaimana tanggapan anda ketika PT. KAI akan mengadakan kegiatan di

Desa Lebak Jero ?

7. Bagaimana kegiatan yang diinginkan warga Lebak Jero terkait rawan

pencurian asset PT. KAI yang selama ini warga Lebak Jero laporkan?

8. Bagaimana yang anda ketahui mengenai kegiatan CSR “Peduli

Lingkungan” yang dilakukan oleh PT. KAI?

9. Bagaimana manfaat dari diadakannya kegiatan tersebut?

10.Bagaimana program yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan warga


(24)

11.Bagaimana pendapat anda mengenai PT. KAI setelah diadakannya kegiatan

tersebut?

12.Bagaimana harapan warga Lebak Jero khususnya ketua RW terhadap PT.

KAI dan program CSR berikutnya?

13.Bagaimana staf RW dan warga Lebak Jero ikut berperan aktif dalam

perencanaan kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) “Peduli

Lingkungan” PT. KAI, dan apa peran serta dalam perencanaan tersebut? 14.Bagaimana ketika dilaksanakan program tersebut, siapa saja yang terlibat

dalam kegiatan tersebut?

15.Bagaimana warga Lebak Jero merasa puas terhadap program yang

diberikan oleh PT.KAI?

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan Metode Deskriptif. Penelitian kualitatif adalah pendekatan yang digunakan untuk meneliti objek yang alamiah, dimana peneliti adalah instrument kunci.

Adapun definisi penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor :

“Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif beruapa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati.” (Moleong, 2004:4) Sedangkan Metode Deskriptif adalah


(25)

dikemukakan oleh Jalaludin Rakhmat dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Komunikasi mendefinisikan deskriptif analisis sebagai berikut:

“…… Suatu metode yang membahas masalah dengan memaparkan,

menafsirkan dan menulikan suatu keadaan atau peristiwa yang kemudian dianalisis serta mengambil kesimpulan dari masalah yang di bahas. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau

membuat prediksi.” (Rakhmat, 2009 : 24).

Melalui metode deskriptif, peneliti akan menggambarkan masalah yang akan dibahas berdasarkan data-data yang dimaksud sebagai suatu proses analisis untuk mencari relevansi dari data yang diperoleh yang mendeskripsikan mengenai kegiatan CSR (Corporate Social Responsibilty) “Peduli Lingkungan” di Desa Lebak Jero Garut oleh Humas PT.Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan.

1.8 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

1.8.1 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mempermudah penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data seperti :

1. Wawancara (Interview)

Menurut Berger dalam kriyantono “Wawancara adalah percakapan

antara periset (seseorang yang berharap mendapatkan informasi) dan informan (seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek.” (Berger dalam Kriyantono, 2009 : 96)


(26)

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya, dengan

narasumber yang berjumlah tiga orang yaitu Bapak.

Bambang.S.Prayitno, selaku Humas daerah (Humasda), Bapak. Murtanto, selaku Kepala Stasiun dan Bapak. Agus, selaku ketua RW di Lebakjero.

2. Studi Pustaka

Untuk melengkapi data yang sudah didapat penulis menggunakan referensi yang ada hubungannya dengan masalah yang akan penulis bahas, yaitu dengan membaca buku-buku, literatur-literatur maupun majalah-majalah yang ada hubungannya dengan kegiatan Public Relations, Penelitian tersebut mempunyai maksud yaitu untuk memperoleh data sekunder. Selain studi kepustakaan dimaksud untuk memperoleh telaah teori-teori komunikasi, Public Relations dan teori-teori pendukung yang dapat memberikan penjelasan mengenai pokok-pokok permasalahan yang di teliti.

3. Internet Searching

Peneliti juga menggunakan internet searching untuk melengkapi sebagai referensi dalam tugas akhir ini. Internet Searching memiliki

pengertian yaitu “Suatu pencarian data melalui website guna melengkapi data penelitian yang saling terhubung ke seluruh dunia


(27)

perpustakaan multimedia yang sangat besar dan lengkap”. (Lani Sidharta,1996,10).

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau katya-katya monumental yang berhubungan dengan penelitian.

1.8.2 Analisis Data

Definisis analisis data menurut Sugiyono dalam buku Memahami

Penelitian Kualitatif, antara lain :

“Analisis data adalah mencari dan menyususn secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara. Catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisir data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyususn ke dalam pola, memilih mana yang penting yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehungga mudah dipahami oleh diri sendiri

maupun orang lain”. (Sugiyono, 2005:89)

Analisis data dilakukan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dengan menerapkan konsep dari Miles and

Huberman (1984), yang terdiri dari :

1. Data collection, merupakan kegiatan pengumpulan data-data yang ada terlebih dahulu.

2. Data reduction, merupakan kegiatan mereduksi data yang


(28)

analisis yang menajamkan, ,enggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak diperlukan, dan mengorganisasi data. 3. Data display, merupakan kegiatan memperlihatkan data yang

diperoleh setelah direduksi terlebih dahulu.

4. Conclusion drawing (verification), merupakan kegiatan membuat kesimpulan dengan menggambarkan atau memverifikasi data-data yang diperoleh.

1.9 Subjek Penelitian dan Informan

1.9.1 Subjek Penelitian

Dimana subjek penelitian ataupun tempat memperoleh keterangan penelitian ialah PT. Kereta Api Indonesia (Persero)Daerah Operasi 2 Bandung

dengan sumber keterangan/informasi yang diperoleh dari Divisi Humas

PT.Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa jenis penelitian ini adalah kualitatif, sehingga kuantitas subjek penelitian bukanlah hal yang utama. Effendy dalam bukunya Penelitian

Survey menyatakan bahwa “Subjek penelitian merupakan bagian terkecil dari suatu lembaga yang dijadikan subjek/sasaran dalam penelitian deskriptif”

(Singarimbun dan Effendy, 1989:108). Dalam penelitian ini, jumlah subjek penelitian adalah enam orang, yang terdiri dari beberapa bagian Humas Daop 2 Bandung dan masyarakat wilayah Lebakjero. Berikut ini adalah daftar subjek dari penelitian yang dilakukan, adalah sebagai berikut:


(29)

Tabel 1.1

Subjek penelitian

Sumber : Catatan Peneliti Pada Saat Penelitian 2011

Berdasarkan tabel 1.1 diatas keenam orang inilah yang akan dimintai keterangan dalam penelitian ini, karena dianggap yang paling mengetahui tentang kegiatan CSR (Corporate Social Responsibilty) “Peduli Lingkungan”.

1.9.2 Informan

Pengertian informan adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik terhadap masalah yang diteliti dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti. “Dalam penelitian kualitatif posisi nara sumber sangat penting,

sebagai individu yang sangat penting”. Informan merupakan tumpuan

pengumpulan data bagi peneliti dalam mengungkap permasalahan penelitian. HB Sutopo (2002:50)

No Nama Jabatan Jenis Kelamin

1 Bambang.S.Prayitno Kepala Humasda Laki-Laki

2 U. Rusen Permana Staff Humasda Laki-Laki

3 Moch. Husni Staff Humasda Laki-Laki

4 Dedi Mulyadi Assisten Kepala Stasiun Laki-Laki

5 Agus Ketua RW Kp. Lebakjero Laki-Laki


(30)

Dari pendapat yang dikemukakan tersebut, dan mengacu pada jumlah total subjek penelitian yang diperoleh, maka teknik penarikan informan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Dimana purposive sampling adalah “suatu teknik penarikan sampel dengan cara memilih orang-orang tertentu karena dianggap berdasarkan penilaian tertentu

mewakili statistik, tingkat signifikansi, dan prosedur pengujian hipotesis”

(Rakhmat, 2009:97).

Informan dalam penelitian ini berjumlah 3 orang, karena yang paling mengetahui tentang analisis kegiatan CSR (Corporate Social Responsibilty)

“Peduli Lingkungan”. Diantara sekian banyak informan tersebut, ada yang disebut narasumber kunci (key informan) seseorang atau beberapa orang, yaitu orang atau orang-orang yang paling banyak menguasai informasi (paling banyak tahu) mengenai objek yang sedang diteliti.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1.2

Informan Penelitian

Sumber : Catatan Peneliti Pada Saat Penelitian 2011

No Nama Jabatan Jenis Kelamin

1 Bambang.S.Prayitno Kepala Humasda Laki-Laki

2 Dedi Mulyadi Assisten Kepala Stasiun Laki-Laki


(31)

1.10. Lokasi dan Waktu Penelitian

1.10.1 Lokasi

Dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan data sebagai syarat penulisan Tugas Akhir ini, penulis memilih PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung yang berada di

Jalan Stasiun Selatan No.25 Bandung 40181, Jawa barat, Indonesia Telp. (022) 4230150-4230147

1.10.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan maret 2011 sampai dengan juni 2011. Rincian penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.3 Schedule Penelitian.


(32)

(33)

1.11 Sistematika Penelitian

Penulisan penelitian memiliki sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini, berisikan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, pertanyaan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, Subjek Penelitian dan Informan, lokasi dan waktu penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini, berisikan mengenai teori-teori dan definisi-definisi yang dapat membantu peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitiannya dan mencapai tujuan penelitiannya. Antara lain tinjauan mengenai definisi Humas yaitu ciri dan fungsi humas, perencanaan program PR, tujuan dan sasaran Humas. Tinjauan mengenai kegiatan CSR (Corporate Social Responsibilty), yaitu definisi dan klasifikasinya, dan tinjauan mengenai citra, jenis-jenis citra dan proses pembentukan citra.


(34)

BAB III : OBJEK PENELITIAN

Dalam bab ini, akan dibahas mengenai sejarah perusahaan / instansi tempat dilakukannya penelitian, juga mengenai divisi Humas. Serta menjelaskan tentang tugas pokok dan fungsi, logo perusahaan, moto perusahaan, serta struktur organisasi.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, berisikan mengenai hasil penelitian yang terdiri dari deskripsi informan, deskripsi hasil penelitian dan pembahasan.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini, berisikan mengenai kesimpulan dan saran penelitian yang dibuat dalam bentuk poin.


(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Humas

2.1.1 Definisi Humas

Istilah Public Relations yang di Indonesia secara umum diterjemahkan menjadi Hubungan Masyarakat, sebenarnya baru dikenal pada abad ke-20, namun gejalanya sudah tampak sejak abad-abad sebelumnya, unsur-unsur dasarnya memberi informasi, membujuk, dan mengintegrasikan khalayak selalu tampak dalam kehidupan masyarakat zaman dahulu.

Gejala tersebut terlihat pada adanya hubungan yang harmonis diantara individu-individu, individu dengen kelompok, ataupun antar kelompok, di dalam pergaulan mereka. Pada dasarnya, humas (hubungan masyarakat) merupakan bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial (perusahaan) maupun organisasi yang nonkomersial. Mulai dari yayasan, perguruan tinggi, dinas militer, sampai dengan lembaga-lembaga pemerintah, bahkan pesantren pun memerlukan humas.

Karena begitu banyaknya definisi yang berkembang dari banyak tokoh, maka para praktisi public relations / humas yang berasal dari berbagai negara di

dunia, yang tergabung dalam “The International Public Relations Association” menarik kesimpulan mengenai definisi tersebut.


(36)

Dimana definisi terebut diharapkan dapat diterapkan dan dipraktekkan secara bersama-sama. Defenisinya adalah sebagai berikut :

“Hubungan Masyarakat adalah fungsi manajemen dari sikap budi yang

berencana dan berkesinambungan, yang dengan itu organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga yang bersifat umum dan pribadi berupaya membina pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang ada kaitannya atau yang mungkin ada hubungannya dengan jalan menilai pendapat umum diantara mereka, untuk mengorelasikan, sedapat mungkin, kebijaksanaan dan tata cara mereka, yang dengan informasi yang berencana dan tersebar luas, mencapai kerjasama yang lebih produktif dan pemenuhan kepentingan

bersama yang lebih efisien”.

Definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat dikatakan sebagai definisi yang lengkap, karena mengandung semua unsur / faktor yang memang sudah seharusnya ada dalam humas. (Anggoro, 2008:1-2)

Sedangkan menurut Rex F. Harlow dalam bukunya yang berjudul A model for Public Relations Education for Professional Practise (1978), menyatakan bahwa:

Public Relations adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerjasama, yang melibatkan manajemen dalam menghadapi persoalan, membantu manajemen untuk mampu menangani opini publik, mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif, bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan penggunaan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama.” (Harlow dalam Ruslan, 1998:17)


(37)

2.1.2 Ciri Humas

Ciri adalah tanda yang khas untuk mengenal dan mengetahui. Fungsi atau dalam bahasa Inggris disebut dengan function, bersumber pada perkataan bahasa latin, function yang berarti penampilan, pembuatan pelaksanaan, atau kegiatan. Dalam kaitannya dengan humas, maka humas dalam suatu organisasi dikatakan berfungsi apabila humas itu menunjukan kegiatan yang jelas, yang dapat dibedakan dari kegiatan lainnya. Berfungsi atau tidaknya humas dalam sebuah organisasi dapat diketahui dari ada tidaknya kegiatan yang menunjukan ciri-cirinya. Ciri-ciri tersebut sebenarnya secara implicit telah diterangkan dimuka tetapi untuk memperoleh kejelasan mengenai fungsi humas, ada baiknya kiranya apabila ciri-ciri tersebut secara gamblang ditegaskan. Seperti yang dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy, ciri humas antara lain:

1. Komunikasi yang dilancarkan berlangsung dua arah secara timbal-balik.

2. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari penyebaran informasi,

penggiatan persuasi, dan pengkajian pendapat umum.

3. Tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan organisasi tempat humas

menginduk.

4. Sasaran yang dituju adalah khalayak didalam organisasi dan khalayak diluar organisasi.

5. Efek yang diharapkan adalah terbinanya hubungan yang harmonis antara organisasi dan khalayak. (Effendy, 2009:132)


(38)

2.1.3 Fungsi Humas

Humas sebagai ujung tombak suatu organisasi atau perusahaan memiliki bemacam-macam dan sangat kompleks. Dimana fungsi tersebut secara umum adalah sama antara humas di suatu organisasi atau perusahaan dengan organisasi atau perusahaan lainnya. Hanya saja akan berbeda dalam pelaksanaannya di lapangan, karena disesuaikan dengan tujuan dari organisasi tersebut.

Berdasarkan ciri khas Humas, menurut pakar Humas Internasional Cutlip, Center and Canfield (1982) fungsi public relations dapat dirumuskan, sebagai berikut :

a. Menunjang aktifitas utama manajemen dalam mencapai tujuan

bersama (fungsi melekat pada manajemen lembaga/organisasi)

b. Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan

publiknya yang merupakan khalayak sasaran.

c. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya, atau sebaliknya.

d. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran


(39)

e. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak. (Cutlip, Center and Canfield dalam Ruslan,2010:19)

2.1.4 Humas Sebagai Fungsi Manajemen

2.1.4.1 Manajemen Humas

Pelaksanaan komunikasi timbal balik antara

lembaga/orgamisasi san publiknya dilakukan oleh pihak Humas

dengan membentuk “Manajemen Humas” baik secara teknis

operasional maupun manajerialnya. Oleh karena itu, pejabat Humas dan stafnya mempunyai tanggung jawab dan wewenang untuk menyusun program acara (special events program & agenda setting) mulai dari pengumpulan data, mendefinisi masalah, melakukan

perencanaan, pelaksanaan, komunikasi hingga mengadakan

pengawasan/penilaian hasil yang dicapai secara kualitas maupun kuantitas.


(40)

Faktor yang cukup penting dalam berhasil atau tidaknya pelaksanaan program acara atau aktivitas kerja Humas yang disususn tersebut, adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan kerja dan komunikasi dari Humas untuk mencapai tujuan utama.

2. Bagaimana peranan untuk pelaksanaanya, dan menilai program kerja Humas.

3. Bagaimana menyelenggarakan komunikasi dua arah timbal balik, yaitu dalam :

a. Penyampian pesan (massage)

b. Mengolah dan menyalurkan arus informasi

(communication channel) kepada publiknya (komunikasi) dengan tujuan untuk mencapai citra positif (effect) bagi organisasi yang diwakilinya itu. (Cutlip.et.al. Dalam Ruslan, 1998:29)

2.1.4.2 Perencanaan Program PR

Menurut Cutlip, Centre & Broom, (2000) perencanaan program PR harus didasarkan kepada analisis lingkungan situasi dan kondisi sebagai berikut:


(41)

1. A searching look backward, yaitu penelusuran masa lampau atau sejarah organisasi untuk menetapkan faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam situasi yang sedang terjadi. 2. A deep look inside, yaitu penelaahan terhadap fakta-fakta dan

pendapat yang dipertimbangkan, dipandang dari sudut tujuan organisasi dan kemampuan internal organisasi.

3. A wide look around, yaitu melihat kecenderungan-kecenderungan yang ada pada aspek (politik, social, dan ekonomi) di sekeliling kita, serta situasi dan kondisi saat ini untuk rencana mendatang.

4. A long long looks ahead (jauh memandang ke depan) yaitu tujuan dan pelaksanaan program organisasi ditentukan berdasarkan misi organisasi yang cukup realistic dan kemundahan dalam mencapai tujuan. Kesesuaian perencanaan dan program Public Relations, serta prospek organisasi di masa mendatang. (Cutlip, Centre & Broom dalam Ruslan, 2010:157)

2.1.4.3 Fungsi Manajemen PR

Keberadaan PR dalam suatu organisasi terutama difungsikan untuk menunjang fungsi-fungsi manajemen perusahaan untuk mencapai tujuan bersama. Adanya berbagai kemajuan telah mengakibatkan


(42)

terjadinya pembaruan dalam masyarakat. Cara hidup mesyarakat yang semakin modern dan semakin terspesialisasi dalam bidang-bidang tertentu, semakin mempengaruhi fungsi tersebut. Kondisi di atas jelas memerlukan keahlian khusus di bidang PR. Praktisi PR dituntut kemempuannya untuk mengkoordinasikan atau mengelola pemanfaatan sumber daya organisasi untuk penyelenggaraan komunikasi 2 arah antara organisasi dan publiknya. Kaitan antara PR dengan konsep manajemen menghasilkan pemahaman akan pentingnya public relations, seperti dinyatakan oleh Mc Elreath (1993):

“Management PR berarti melakukan penelitian, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi terhadap berbagai kegiatan komunikasi yang disponsori oleh organisasi. Bentuk kegiatan komunikasi dapat berupa penerbitan brosur perusahaan, pertemuan-pertemuan kelompok kecil sampai pada kegiatan yang sangat kompleks seperti konferensi pers dengan

menggunakan satelit”.(Mc Elreath,dalam Ruslan 2010:31)

Dari pernyataan tersebut manajemen public relations

dipahami sebagai bentuk pengelolaan public relations dengan

menerapkan fungsi-fungi manajemen yaitu dengan menjalankan penelitian, perencanaan dan evaluasi terhadap program yang dijalankan.

Keterangannya sebagai berikut: 1. Penelitian

Pada dasarnya, penelitian merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh informasi dari publik baik internal


(43)

maupun eksternal untuk memahami masalah yang dihadapi dengan akurat dan metode ilmiah.

2. Perencanaan dan pemrograman

Perencanaan dan pemograman merupakan segala informasi atau data masukan atau input yang diperoleh berkaitan dengan hal atau permasalahan yang dihadapi ke dalam

bentuk rencana tindakan untuk pemecahannya

Perencanaan Public Relations merupakan suatu proses berkesinambungan dan selalu memerlukan peninjauan agar tindakan yang diambil sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam perencanaan program antara lain: sifat, waktu dan lingkungan. Perencanaan juga harus memperhatikan situasi di dalam maupun di luar organisasi, serta pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaan tersebut.

3. Pelaksanaan program

Pelaksanaan program merupakan tahap dimana rencana program yang telah ditetapkan dilaksanakan atau diimplementasikan ke dalam suatu bentuk program aksi sebagai langkah nyata pemecahan masalah PR yang dihadapi. Pelaksanaan Program ini dapat berupa program tindakan maupun program komunikasi yang kesemuanya


(44)

merupakan cara atau proses untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. Evaluasi

Merupakan suatu tahapan yang dilaksanakan untuk menentukan atau memperlihatkan nilai suatu program termasuk pengelolaan maupun hasil atau dampak pelaksanaannya. Melalui evaluasi, PR akan mengetahui faktor-faktor yang menjadi kegagalan ataupun keberhasilan suatu program, sehingga dapat ditentukan langkah-langkah selanjutnya yang seharusnya dilakukan. Pada dasarnya tujuan sentral PR adalah untuk menunjang manajemen

yang berupaya mencapai tujuan organisasi atau

perusahaan. Meskipun tujuan setiap organisasi berbeda tergantung dari sifat organisasi tersebut, tetapi dalam kegiatan humas terdapat kesamaan yakni membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publik dalam membentuk citra positif. (Mc Elreath, dalam Ruslan, 2010:31)

Dalam manajemen, manusia merupakan strategic component

atau komponen strategis karena peranannya sangat penting. Manajemen dewasa ini lebih cenderung mengandung filsafat people centered, yakni bahwa dalam manajemen, manusia bukan pelaksana


(45)

atau alat produksi semata-mata, melainkan faktor penunjang dan pendorong dalam mencapai tujuan karena pada hakikatnya ia adalah insan yang berkepribadian, berakal, berperasaan, berkemampuan, dan bercita-cita.

2.1.5 Sasaran PR

Sasaran hubungan masyarakat adalah sasaran komunikasi manajemen. Dalam usaha mencapai tujuan manajemen secara efektif, manusia-manusia yang menjadi sasaran hubungan masyarakat dibagi menjadi dua kelompok besar, disebut khalayak dalam dan khalayak luar. Khalayak dalam (intern public) adalah khalayak yang bergiat didalam organisasi yang pada umumnya merupakan karyawan, sedangkan khalayak luar (external public) adalah mereka yang berada diluar organisasi, tetapi ada hubungannya dengan organisasi. (Effendy, 2009:135)

1. Hubungan ke Dalam

Hubungan kedalam pada umumnya adalah hubungan dengan para karyawan. Yang dimaksud dengan karyawan disini ialah semua pekerja, baik pekerja halus yang berpakaian bersih diruang kantor yang serba bersih pula maupun bekerja kasar seperti sopir atau pesuruh. Dengan senantiasa berkomunikasi dengan mereka akan diketahui sikap, pendapat, kesulitan, keinginan, perasaan dan


(46)

harapanya. Sebagai wakil organisasi, kepala humas harus menciptakan dan selanjutnya membina komunikasi dua arah, baik secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal disatu pihak ia menyebarkan informasi seluas-luasnya kepada karyawan, dilain pihak ia menampung segala keluhan, tanggapan, keinginan para

karyawan, kemudian menyampaikannya kepada pimpinan

organisasi untuk memecahkan segala permasalahannya. Ia bertindak sebagai mediator.

Dalam melaksanakan kegiatan komunikasi ke bawah (downward communication), informasi dapat dilakukan dengan mengadakan rapat, memasang pengumuman, menerbitkan majalah intern, dan sebagainya. Dalam rangka membina komunikasi ke atas (upward communication) untuk mengetahui opini para karyawan dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan untuk menampung pendapat, mengadakan rubrik khusus dalam majalah intern, mengadakan kotak saran untuk menampung saran-saran bagi kepentingan organisasi dan kepentingan karyawan.


(47)

2. Hubungan ke Luar

Hubungan keluar atau bisa disebut external public relations, dilakukan dengan khalayak diluar organisasi. Khalayak mana yang harus menjadi sasaran pembinaan hubungan bergantung pada sifat dan ruang lingkup organisasi itu sendiri. Relasi perusahaan tidak akan sama benar dengan relasi jawatan pemerintah atau instansi militer. Meskipun demikian, ada beberapa khalayak yang sama-sama menjadi sasaran kegiatan semua organisasi sehingga harus senantiasa menjalin hubungan yang tetapi, yakni hubungan dengan masyarakat sekitar (community relations), hubungan dengan jawatan pemerintah (goverment relations), hubungan dengan pers (press relations).

Seperti halnya dengan community relations dan goverment

relations, dalam rangka membina press relations dapat dilakukan kegiatan yang sama seperti mengadakan anjang sana kepada staf redaksi, mengucapkan selamat jika sebuah media massa berulang tahun, mengucapkan bela sungkawa jika ada wartawan yang mendapatkan musibah, mengajak para wartawan mengadakan pertandingan olah raga, atau sama-sama berdarmawisata sehingga menjadi akrab denga mereka. (Effendy, 2009:135)


(48)

Menurut H. Fayol (1998) beberapa kegiatan dan sasaran PR,

adalah sebagai berikut :

1. Membangun identititas dan citra perusahaan (Building corporate identity and image)

a. Menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif

b. Mendukung kegiatan komunikasi timbale balik dua arah

dengan berbagai pihak.

2. Menghadapi krisis (Facing of Crisis)

a. Menangani keluhan (complaint) dan menghadapi krisis yang terjadi dengan membentuk manajemen krisis dan PR Recovery of image yang bertugas memperbaiki lost of image and damage.

3. Mempromosikan Aspek Kemasyarakatan (Promotion public

causes)

a. Mempromosikan yang menyangkut kepentingan publik

b. Mendukung kegiatan kampanye social anti merokok, serta menghindari obat-obatan terlarang, dan sebagainya. (Fayol dalam Ruslan, 2010:23)


(49)

2.1.6 Tujuan dan Sasaran Humas

Dalam melaksanakan kegiatannya, humas memiliki tujuan yang sesuai dengan tujuan dari suatu organisasi atau perusahaan. Maka dari itu dikatakan bahwa tujuan sentral humas yang akan dicapai adalah tujuan organisasi, sebab humas dibentuk atau digiatkan guna menunjang management yang berupaya mencapai tujuan organisasi. Tujuan organisasi yang diperjuangkan oleh manajemen dan ditunjang oleh humas itu bergantung pada sifat organisasi. Tujuan organisasi dalam bentuk perusahaan berbeda dengan organisasi yang berbentuk universitas, berbeda pula dengan organisasi yang berbentuk pemerintahan, dan sebagainya. Sehingga kegiatan yang dilakukan pun akan berbeda satu sama lain, bergantung pada sifat organisasinya dan apa tujuan dari organisasi tersebut.

Sebagai contoh, organisasi yang berbentuk perusahaan cenderung memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari produk barang atau jasa yang mereka tawarkan. Sehingga tujuan humasnya pun adalah menunjang perusahaan tersebut dalam mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Antara lain dengan mengadakan bazaar, ataupun dengan mengadakan sayembara berhadiah. Sifat humas disini hampir serupa dengan marketing, namun humas memiliki tanggungjawab lebih kompleks lagi. Antara lain menjaga hubungan baik yang telah terjalin dengan pelanggan tetap misalnya, dengan distributor, maupun dengan para karyawan (kegiatan corporate). (Anggoro, 2008:18)


(50)

2.2 Tinjauan Tentang Kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR)

2.2.1 Definisi Kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kegiatan adalah “aktivitas,

usaha, pekerjaan kekuatan kegairahan dan ketangkasan (dalam berusaha).”

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:375).

Adapun definisis kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR)

menurut Jhonson and Johnson (2006) mengemukakan definisi mengenai

Corporate Social Responsibility (CSR),yaitu bahwa:

“Corporate Social Responsibility (CSR) is about how companies manage the business processes to produce an overall positive impact on society”. (Jhonson and Johnson dalam Nor Hadi, 2011:46)

Definisi tersebut pada dasarnya berangkat dari filosofi bagaimana cara mengelola perusahaan baik sebagian maupun secara keseluruhan memiliki dampak positif bagi dirinya dan lingkungan.

Perusahaan yang menjalankan model bisnisnya dengan berpijak pada prinsip-prinsip etika bisnis dan manajemen pengelolaan sumber daya alam yang strategik dan sustainable akan dapat menumbuhkan citra positif serta mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari masyarakat (Wibisono dalam Nor Hadi, 2011:66)


(51)

Melihat pentingnya pelaksanaan Corporate Social Responsibility dalam membantu perusahaan menciptakan citra positifnya maka perusahaan seharusnya melihat Corporate Social Responsibility bukan sebagai sentra biaya (cost center) melainkan sebagai sentra laba (profit center) di masa mendatang. Logikanya sederhana, jika Corporate Social Responsibility diabaikan kemudian terjadi insiden. Maka biaya yang dikeluarkan untuk biaya recovery bisa jadi

lebih besar dibandingkan biaya yang ingin dihemat melalui

peniadaan Corporate Social Responsibility itu sendiri. Hal ini belum termasuk pada resiko non-finansial yang berupa memburuknya citra perusahaan di mata publiknya (Wibisono, dalam Nor Hadi 2010:52).

2.2.2 KlasifikasiKegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR)

Fajar (2005) mengatakan perilaku para pengusaha pun beragam, dari

kelompok yang sama sekali tidak malaksanakan sampai kelompok yang menjadikan CSR sebagai nilai inti (core value) dalam menjalankan usaha.

Dalam pengamatannya, terkait dengan praktik CSR, pengusaha dikelompokkan menjadi empat yaitu:

1. Kelompok hitam adalah mereka yang tidak melakukan praktik CSR

sama sekali. Mereka adalah pengusaha yang menjalankan bisnis semata-mata untuk kepentingan sendiri. Kelompok isi sama sekali tidak peduli pada aspek lingkungan dan sosial sekelilingnya dalam


(52)

menjalankan usaha, bahkan tidak memperhatikan kesejahteraan karyawannya.

2. Kelompok merah adalah mereka yang mulai melaksanakan praktik

CSR, tetapi memandangnya hanya sebagai komponen biaya yang akan mengurangi keuntungannya. Aspek lingkungan dan sosial mulai dipertimbangkan, tetapi dengan keterpaksaan yang biasanya dilakukan setelah mendapat tekanan dari pihak lain, seperti masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat. Kesejahteraan karyawan baru diperhatikan setelah karyawan ribut atau mengancam akan mogok kerja. Kelompok ini umumnya berasal dari kelompok satu (kelompok hitam) yang mendapat tekanan dari stakeholders, yang kemudian dengan terpaksa memperhatikan isu lingkungan dan sosial, termasuk kesejahteraan karyawan. CSR jenis ini kurang berimbas pada pembentukan citra positif perusahaan karena publik melihat kelompok ini memerlukan tekanan (dan gertakan) sebelum melakukan praktik CSR. Praktik jenis ini tak akan mampu berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan.

3. Kelompok ketiga adalah mereka yang menganggap praktik CSR

akan memberi dampak positif (return) terhadap usahanya dan menilai CSR sebagai investasi, bukan biaya. Karenanya, kelompok ini secara sukarela dan sungguh-sungguh melaksanakan praktik CSR dan yakin bahwa investasi sosial ini akan berbuah pada


(53)

lancarnya operasional usaha. Mereka mendapat citra positif karena masyarakat menilainya sungguh-sungguh membantu. Selayaknya investasi, kelompok ini menganggap praktik CSR adalah investasi sosial jangka panjang. Mereka juga berpandangan, dengan melaksanakan praktik CSR yang berkelanjutan, mereka akan mendapat ijin operasional dari masyarakat. Kita dapat berharap kelompok ini akan mampu memberi kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan.

4. Kelompok keempat, kelompok hijau, merupakan kelompok yang

sepenuh hati melaksanakan praktik CSR. Mereka telah

menempatkannya sebagai nilai inti dan menganggap sebagai suatu keharusan, bahkan kebutuhan, dan menjadikannya sebagai modal sosial (ekuitas). Karenanya, mereka meyakini, tanpa melaksanakan CSR, mereka tidak memiliki modal yang harus dimiliki dalam menjalankan usaha mereka. Mereka sangat memperhatikan aspek lingkungan, aspek sosial dan kesejahteraan karyawannya serta melaksanakan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Kelompok ini juga memasukkan CSR sebagai bagian yang terintegrasi ke dalam model bisnis atas dasar kepercayaan bahwa suatu usaha harus mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial. Mereka percaya, ada nilai tukar (trade-off) atas triple bottom line (aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial). Buahnya, kelompok ini tidak saja mendapat


(54)

citra positif, tetapi juga kepercayaan, dari masyarakat yang selalu

siap membela keberlanjutan usaha kelompok ini. Tak

mengherankan, kelompok hijau diyakini akan mampu berkontribusi besar terhadap pembangunan berkelanjutan. (Fajar, 2005)1

2.2.3 Prinsip-Prinsip Corporate Sosial Responsibility(CSR)

Alyson Warhurst dari University of Bath Inggris, tahun 1998 mengajukan prinsip-prinsip CSR sebagai berikut :

1. Prioritas Korporat, 2. Manajemen Terpadu, 3. Proses Perbaikan, 4. Pendidikan karyawan, 5. Pengkajian,Produk dan Jasa, 6. Informasi Publik,

7. Fasilitas dan Operasi, 8. Penelitian,

9. Prinsip Pencegahan, 10. Kontraktor dan Pemasok, 11. Siaga menghadapi darurat,

1


(55)

12. Transfer Best Practice, 13. Memberi sumbangan, 14. Keterbukaan,

15. Pencapaian pelaporan. (Warhurst dalam Nor Hadi,1998:63)

2.3 Tinjauan Tentang Citra

Keinginan sebuah organisasi untuk mempunyai citra yang baik pada public sasaran berawal dari pengertian yang tepat mengenai citra sebagai stimulus adanya pengelolaan upaya yang perlu dilaksanakan. Ketepatan pengertian citra agar organisasi dapat menetapkan upaya dalam mewujudkanya pada obyek dan mendorong prioritas pelaksanaan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian citra adalah:

a. Kata benda: gambar, rupa, gambaran

b. Gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan,

organisasi atau produk

c. Kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa atau puisi

d. Data atau informasi dari potret udara untuk bahan evaluasi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 270).


(56)

Menurut Soemirat dan Ardianto bahwa citra adalah kesan yang diperoleh

seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu obyek dapat diketahui dari sikapnya terhadap obyek tersebut (Soemirat dan Ardianto, 2002:111). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, citra menunjukan kesan suatu obyek terhadap objek lain yang terbentuk dengan memproses informasi setiap waktu dari berbagai sumber terpecaya. Terdapat tiga hal penting dalam citra, yaitu : kesan obyek, proses terbentuknya citra, dan sumber terpercaya.

Upaya perusahaan sebagai sumber informasi terbentuknya citra perusahaan memerlukan keberadaan secara lengkap. Informasi yang lengkap dimaksudkan sebagai informasi yang dapat menjawab kebutuhan dan keinginan obyek sasaran.

Rhenald Kasali mengemukakan, “Pemahaman yang berasal dari suatu informasi yang

tidak lengkap menghasilkan citra yang tidak sempurna” (Kasali, 2003:28)

Menurut Shirley Harrison (1995:71) informasi yang lengkap mengenai citra

perusahaan meliputi empat elemen sebagai berikut : 1. Personality

Keseluruhan karakteristik perusahaan yang dipahami public sasaran seperti perusahaan yang dapat dipercaya, perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial.


(57)

2. Reputation

Hal yang telah dilakukan perusahaan dan diyakini public sasaran berdasarkan pengalaman sendiri maupun pihak lain seperti kinerja keamanan transaksi sebuah bank.

3. Value

Nilai-nilai yang dimiliki suatu perusahaan dengan kata lain budaya perusahaan seperti sikap manajemen yang peduli terhadap pelanggan, karyawan yang cepat tanggap terhadap permintaan maupun keluhan pelanggan.

4. Corporate Identity

Komponen-komponen yang mempermudah pengenalan public sasaran terhadap perusahaan seperti logo, warna, dan slogan.

2.3.1 Jenis-jenis Citra

Jefkins (2003) menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut ini lima jenis citra yang dikemukakan, yakni:

1. Citra bayangan (mirror image)

Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi biasanya adalah pemimpinnya mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya.


(58)

2. Citra yang berlaku (current image)

Adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi.

3. Citra yang diharapkan (wish image)

Adalah suatu citra yan diinginkan oleh pihak manajemen. 4. Citra perusahaan (corporate image).

Adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya.

5. Citra majemuk (multiple image)

Banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang, atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan organisasi atau perusahaan. (Jefkins, 2003:59)

Efektivitas PR di dalam pembantukan citra (nyata, cermin dan aneka ragam) organisasi, erat kaitannya dengan kemampuan (tingkat dasar dan lanjut) pemimpin dalam menyelesaikan tugas organisasinya, baik secara individual maupun tim yang dipengaruhi oleh praktek berorganisasi (job design, reward system, komunikasi dan pengambilan keputusan) dan manajemen waktu/ perubahan dalam mengelola sumberdaya (materi, modal dan SDM) untuk mencapai tujuan yang efisien dan efektif, yaitu mencakup penyampaian perintah, informasi, berita dan laporan, serta menjalin hubungan dengan orang. Hal ini tentunya erat dengan penguasaan identitas diri yang mencakup aspek


(59)

fisik, personil, kultur, hubungan organisasi dengan pihak pengguna, respons dan mentalitas pengguna (Hubeis, 2001).2

2.3.2 Proses Pembentukan Citra

Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan

dan pengertian tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu objek dapat diketahui dari sikapnya terhadap objek tersebut. Efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra tentang lingkungan (Soemirat dan Ardianto, 2005:115) Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan sistem komunikasi yang dijelaskan oleh John S Nimpoeno dalam

Soemirat (2005, 114-115), sebagai berikut :

Public relations digambarakan sebagai input-output, proses intern dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu.

2

Hubeis, Musa. 2001. Publik Relesen sebagai Perangkat Manajemen dalam Organisasi Makalah Seminar Nasional Peran Public Relations dalam Pembangunan Pertanian Efektif dan Berkesinambungan, yang diselenggarakan oleh PS KMP dan PS MPI, PPS IPB di Hotel Salak, 19 April 2001. (senin 25 april 2011 22.10 WIB)


(60)

(John S Nimpoeno dalam soemirat, 2005 114-115). Sedangkan Walter menyebutkan terdapat empat komponen pembentukan citra yaitu: persepsi, kognisi, motivasi dan sikap suatu yang diartikan citra oleh individu terhadap rangsangan sebagai Picture in our head Walter (Lipman dalam Soemirat, 2004:114-116). Adapun model pembentukan citra antara lain sebagai berikut :

Gambar 2.1

Model Pembentukan Citra Pengalaman Stimulus

Kognisi

stimulus rangsangan Persepsi Sikap Respon

Motivasi

Sumber: (Lipman dalam Soemirat, 2005:115-116)

Keempat komponen itu diartikan sebagai mental representation (citra) dari stimulus. Empat komponen tersebut dapat diartikan sebagai berikut :

1. Persepsi. Diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur

lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain, individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang. Kemampuan mempersepsi itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra.


(61)

2. Kognisi. Yaitu suatu keyakinan diri individu terhadap stimulus. Keyakinan ini akan timbul apabila individu telah mengerti rangsang tersebut, sehingga individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup yang dapat mempengaruhi perkembangan informasinya.

3. Motif. Adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.

4. Sikap. Adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu. (Lipman dalam Soemirat, 2005;115-116)

Seperti telah disinggung diatas, seorang tokoh populer (public figure) senantiasa menyandang reputasi yang baik dan sekaligus yang buruk. Kedua macam citra bersumber dari adanya citra-citra yang berlaku (current image) yang bersifat negatif dan postif. Sebelumnya juga sudah disebutkan bahwa citra humas yang ideal adalah kesan yang benar, yakni sepenuhnya berdasarkan

pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang

sesungguhnya. Itu berarti citra tidak seyogianya “dipoles agar lebih indah dari warna aslinya”, karena hal itu justru dapat mengacaukannya.


(62)

Suatu citra yang sesungguhnya bisa dimunculkan kapan saja, tremasuk ditengah terjadinya musibah atau sesuatu yang buruk. Caranya adalah dengan menjelaskan secara jujur apa yang menjadi penyebabnya, baik itu informasi yang salah atau suatu perilaku yang keliru. Pemolesan citra (yang tidak sesuai dengan fakta yang ada) pada dasarnya tidak sesuai dengan hakikat humas itu sendiri.

Kalangan manajemen dan pemasaran, yakni mereka yang sering membeli dan menyalahgunakan humas sehingga merusakkan nama baik dunia kehumasan. Acap kali memiliki suatu pemikiran yang keliru bahwasannya pemolesan citra itu merupakan suatu usaha yang sah-sah saja. Tentu saja hal ini tidak bisa dibenarkan. Dalam rangka menegakkan kredibilitas humas maka segala macam usaha pemolesan citra harus dihindari. Kalaupun ada keuntungan jangka pendeknya maka itu tidak ada artinya dibandingkan dengan kerugian jangka panjang yang akan ditimbulkannya.

Hal ini perlu disadari mengingat media massa cenderung mencurigai humas. Mereka senantiasa begitu kritis untuk memastikan bahwa keterangan-keterangan humas yang mereka terima memang benar dan sama sekali bebas polesan. Jadi, kita tidak bisa membenarkan praktek yang sering dilakukan oleh sementara agen periklanan yang dilandaskan pada pemikiran keliru bahwa

usaha memoles citra perusahaan “demi kepentingan klien” adalah wajar-wajar saja. Praktisi humas yang sejati tidak akan memiliki pemikiran seperti itu. (Anggoro, 2008:69-70)


(1)

I. IDENTITAS DIRI

Nama Lengkap : Nandini Juanita

Tempat Tanggal Lahir : Bandung : 11 Juni 1989

Status : Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Taman Sari No. 118b Rt.01 Rw. 07 Kelurahan Babakan Siliwangi Kecamatan Coblong, Bandung 40132

No. Telp : 085759848889/0222510226

Email : nandini.juanita@yahoo.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

2007 – Sekarang Universitas Komputer Indonesia Bandung (Public Relations) 2004 – 2007 SMA Pasundan 8 Bandung

2001 – 2004 SLTPN 1 JL.Cagak Subang –


(2)

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Lispada selama di SMA 2006

2. OSIS DAN PRAMUKA selama di SLTP 2006

3. Lingkung Seni di SD 2006

IV. PELATIHAN

1. Acara Bedah Buku di UNIKOM 2007

2. Workshop Brand Management dan MC di UNIKOM 2007

3. Mentoring Agama Islam, UNIKOM Bandung 2007

4. Table Manner di Hotel The Jayakarta Bandung 2007

V. PRESTASI

1. Juara 1 Lomba Nyanyi di tingkat kabupaten 2000 2. Juara 2 Lomba Pianika di tingkat kecamatan 2000 3. Juara 2 Lomba Karaoke di tingkat Kecamatan 2000 4. Juara 1 Lomba Model Vintage tingkat Remaja 2007

VI. PENGALAMAN KERJA

1. Praktek kerja lapangan di divisi Humas PT. Kereta Api (persero) Daerah Operasi 2 Bandung

2. Sales Promotions Girl (SPG) Promina di Griya Pahlawan

VII. KEMAMPUAN

1. Mengoprasikan Ms Office: Word, PowerPoint,Publiser MS Office, & Excel 2. Mengoperasikan internet


(3)

KATA PENGANTAR

Bismilahirohmannirohim…

Alhamdulilah, puji dan syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikannya Tugas Akhir yang berjudul “Kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2

Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan”, tepat pada waktunya.

Dengan do’a kedua orang tua, akhirnya penulis mampu menyelesaikan laporan ini dengan baik, Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, maka penulis harapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak melibatkan berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih untuk dukungannya selama ini kepada orang tua tercinta yaitu Mama Euis Hayati.S.p.d, Bapa Achmad Riva’i dan Mama mertua Mama Mimin, Bapa H. Oyo Saryo serta suami Dedi Hikmat dan anak Andrea Dena Wimala serta kakak dan adik tercinta, Novi Artanti (Kakak) dan Maudy Putri Alamanda (Adik) yang tidak pernah berhenti mendoakan dan memberikan banyak dukungan baik moril maupun materil. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktunya.


(4)

Selain itu, pada kesempatan ini Peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih penulis ke[ada pihak-pihak terkait sehingga terwujud penelitian ini, yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yth. Bapak Prof. Dr .H. Samugyo Ibnu Redjo Drs. MA Selaku Dekan FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung, terimakasih atas segala bentuk perizinan yang telah diberikan kepada penulis.

2. Yth. Bapak Manap Solihat M.Si selaku Ketua Jurusan Public Relations FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung.

3. Yth. Ibu Melly Maulin P., S.Sos. M.Si, selaku sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan kepada peneliti.

4. Yth. Ibu Rismawaty, S.Sos. M.Si, selaku Dosen Wali Peneliti terimakasih atas ilmu, kritik, dan sarannya kepada Peneliti.

5. Yth. Ibu Tine Wulandari, S.I.KOM selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

6. Yth. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos. M.Si, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan kepada peneliti.

7. Yth. Ibu Iin Rahmi, S.Sos. M.I.KOM, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan, serta kesediannya menjadi Dosen Pembimbing pada laporan PKL. 8. Yth. Bapak Inggar Prayoga, S.I.KOM , terimakasih atas ilmu yang telah

diberikan kepada peneliti.


(5)

10.Segenap Dosen Public Relations Universitas Komputer Indonesia Bandung. 11.Sekretariat Public Relations Ibu Asrtri Ikawati .Amd. Kom dan Ibu Rr. Sri

Intan Fajarini, S.I.Kom Selaku Sekretariat Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universtas Komputer Indonesia Bandung.

12.Yth. Bapak Bambang Setyo Prayitno, selaku kepala Humas PT. KAI (persero) Daop 2 Bandung yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Humas PT. KAI (Persero) Bandung.

13. Yth. Bapak Rusen, dan Bapak Husni, selaku staf Humasda PT Kereta Api (Persero) Daop 2 Bandung. Terima kasih banyak atas bimbingan dan dukungannya yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian.

14.Yth. Seluruh Staf Humasda PT Kereta Api (Persero) Daop 2 Bandung. Terima kasih banyak atas kerjasamanya.

15.Yth. Bapak, Dedi dan Bapak Agus, selaku wakil kepala stasiun dan ketua RW DesaLebak jero. Terima kasih banyak atas bimbingan dan dukungannya yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian.

16.Ratih, Rusiana, Radita, Izty, Nurul, Fany, Ciko (Brink-K), terimakasih sobat atas dukungan, kebersamaan dan pengalamannya selama ini.

17.Iwan, Teh Vivi, Abang Badrul, Mas Herro, Mas Yusuf, Aniel, terimakasih sahabat terbaikku atas dukungan, kebersamaan dan pengalamannya selama ini. 18.Aldy, Eko, Dika, Novan, Ryan, Winda, Anne, Innri, Dian, Lisa, Reynold, serta teman-teman PR lainnya yang tidak bisa disebut satu per satu, terimakasih telah berbagi ilmu, kebersamaan, dan pengalamannya selama ini.


(6)

19. Aninda, Fitri, Echy, Memey, Nza, Moet, Nna, (Galeong) terimakasih sahabat atas dukungan, kebersamaan dan pengalamannya selama ini.

20.Mamet, anto, mow, terimakasih sahabat kecilku atas dukungan, kebersamaan dan pengalamannya selama ini.

21.Semua pihak yang secara langsung ataupun tidak , telah membantu Peneliti melaksanakan Penelitian ini.

Akhir kata penulis mengucapkan Hanya Allah SWT yang mampu membalas semua kebaikan Kita semua, semoga kita semua selalu ada dalam lidungan-Nya Amien.

Bandung, Juli 2011


Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Corporate Social Responsibilty (Csr) Kepada Masyarakat Kota Medan Oleh Bank Central Asia

0 62 100

Implementasi Program Corporate Social Responsibiliti (CSR) Oleh PT. Sorikmas Mining Di Desa Banua Rakyat

1 65 217

Corporate Social Responsibility Dan Citra Perusahaan (Study Korelasional Mengenai Pengaruh Implementasi Corporate Social Responsibility (Csr) Terhadap Citra Pt. Tirta Sibayakindo Di Mata Masyarakat Desa Doulu Dalam Dan Desa Doulu Pasar Kecamatan Berasta

1 79 137

Corporate Social Responsibility (CSR) dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional mengenai Program CSR Bakti Olahraga PT Djarum terhadap Peningkatan Citra Perusahaan di Kalangan Mahasiswa USU)

8 101 134

KORELASI ANTARA INFORMASI KEGIATAN CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY DENGAN CITRA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) SEBAGAI PERUSAHAAN PEDULI SOSIAL Studi pada Mitra Binaan PT KAI Daop VII Madiun

0 6 27

Implementasi Kebijakan Electronic Ticketing Di PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung

3 51 94

Daya Tarik Program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Citra Perusahaan Di Kalangan Peserta Kegiatan

9 106 205

Proses Humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung Dalam Mensosialisasikan Peraturan Larangan Berjualan di Area Stasiun di KTA Bandung (Study Deskriptif Proses Humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung Dalam Mensosialisasikan Per

2 20 114

Kredibilitas Humas Daerah Operasi 2 Bandung Dalam Menjalin Hubungan Baik Dengan Wartawan Tetap Di Lingkungan PT Kereta Api Indonesia (Persero)

2 21 157

Peran Humas Dalam Memonitoring Citra PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 6 Yogyakarta Melalui Kliping.

0 0 14