BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trafficking bukanlah hal yang baru. Kasus trafficking telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, yaitu pada masa kekaisaran Romawi yang dipimpin oleh
Justinian, tahun 527-565M.
1
Pada masa itu, Justinian menulis sebuah catatan tentang adanya pihak yang ingin mengambil keuntungan lebih banyak dari
prostitusi. Pihak tersebut merayu para perempuan muda miskin dengan barang- barang mahal. Setelah itu, mereka menyekap dan memaksa para perempuan itu
untuk terus bekerja dalam rumah bordil selama mucikari menghendakinya. Trafficking in person atau perdagangan manusia mungkin bagi banyak
kalangan merupakan hal yang sudah sering atau biasa untuk didengar oleh karena tingkat terjadinya trafficking yang tidak dipungkiri sering terjadi di Indonesia
sendiri. Fenomena ini memang adalah hal yang sering menjadi pusat perhatian berbagai kalangan. Sebagaimana yang diketahui bahwa trafficking terhadap
manusia adalah suatu bentuk praktek kejahatan kejam yang melanggar martabat manusia, serta merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia paling konkrit
yang sering memangsa mereka yang lemah secara ekonomi, sosial, politik, kultural, dan biologis. Banyak kalangan menyebut trafficking terhadap manusia,
yang saat ini digunakan secara resmi di dalam Undang-Undang No.21 tahun 2007 dengan sebutan Perdangangan Orang sebagai “the form of modern day slavery”.
2
Universitas Sumatera utara
Sebutan tersebut sangat tepat karena sesungguhnya ia adalah bentuk dari perbudakan manusia di zaman modern ini. Ia juga merupakan salah satu bentuk
perlakuan kejam terburuk yang melanggar harkat dan martabat manusia. Undang-Undang No.21 tahun 2007 tentang “Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang PTPPO” melarang semua jenis tindakan, cara, atau semua bentuk ekploitasi yang mungkin terjadi dalam praktek perdagangan orang.
Baik yang dilakukan antar wilayah dalam negeri maupun antar negara baik pelaku perorangan maupun korporasi.
Penegakan hukum dewasa ini dapat dikatakan belum memenuhi harapan., bukan hanya karena masalah profesionalisme aparat penegak hukum yang
dipertanyakan tetapi juga masalah peraturan perundang-undangan serta masalah ketersediaan sarana dan prasarana pendukungnya.
3
Proses penegakan hukum tidak akan pernah terlepas dari upaya kebijakan politik kriminal, karena kebijakan
kriminal atau upaya penanggulangan kejahatan itu merupakan bagian integral dari upaya perlindungan masyarakat social defence dan upaya pencapaian
kesejahteraan masyarakat social welfare.
4
Di dalam KUHP, sesungguhnya telah terdapat banyak Pasal yang biasa didayagunakan untuk menindak pelaku trafficking ini, seperti Pasal 263 tentang
Memalsukan surat-surat, Pasal 227 tentang Mengaburkan asal usul seseorang. Pasal 258, Pasal 286, Pasal 287, Pasal 288, Pasal 289, Pasal 290, dan masih
banyak lagi yang akan dibahas lebih lagi nantinya. Disamping itu, trafficking terhadap manusia juga sesungguhnya dilarang dalam berbagai peraturan
Perundang-undangan Republik Indonesia di luar KUHP yang memuat ancaman
Universitas Sumatera utara
pindak pidana kepada pelaku tindak pidana terkait trafficking, seperti; Undang- Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM, Undang-Undang Nomor 23 tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, Undang-Undang Nomor 7 tahun
1984 Tentang Penghapusan segala bentuk Diskriminasi terhadap perempuan, Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 13 tahun 2006 Tentang Perlindungan saksi dan korban, Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri, Undang-
Undang Nomor 9 tahun 1992 tentang Kemigrasian, Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 tahun 2002
tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahaan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1991 Tentang
Penghapusan Korupsi dan lain sebagainya. Pasal 83 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak misalnya juga menetapkan larangan
memperdangangkan, menjual atau menculik anak untuk diri sendiri atau untuk dijual.
Upaya penegakan hukum terkait dangan tindak pidana perdagangan orang ini, maka pada tanggal 19 April 2007, Lembaran Negara No. 58, Pemerintah
Indonesia telah mengesahkan Undang-Undang tentang Pemerantasa Tindak Pidana Perdagangan Orang UU PTPPO No. 21 Tahun 2007 oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. Pada tanggal 19 April 2007, lahirlah Undang-Undang Tindak Pidana Perdagangan Orang, terbitnya undang-undang ini merupakan suatu
Universitas Sumatera utara
prestasi, karena dianggap sangat komprehensif dan mencerminkan ketentuan yang diatur dalam Protokol PBB.
Perdagangan orang trafficking adalah pelanggaran HAM yang paling kejam karena merupakan bentuk baru dari perbudakan dan tidak mengindahkan
derajat dan martabat manusia. Di Indonesia, trafficking merupakan salah satu masalah kriminal yang sulit dicegah dan ditangkap pelakunya. Contoh kasus
fenomenal yang berhasil ditangkap adalah kasus 600 anak perempuan dari Sumatera Utara yang dijual untuk dilacurkan ke Dumai, Kepulauan Riau.
5
Sementara itu, Badan Reserse dan Kriminal Markas Besar Kepolisan Republik Indonesia mencatat, tahun 1999 hinggal Desember 2007 terdapat 514 kasus
trafficking.
6
Meskipun Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang pemberantasan Tindak Perdagangan Orang, masih banyak
pelaku yang belum tertangkap. Kejahatan trafficking seringkali tak hanya berlokasi di negeri sendiri Indonesia, tetapi juga melibatkan pihak asing yang
bertempat di luar negeri negara lain sehingga sulit untuk diberantas. Oleh karena itu, harus ada kerja sama yang kuat antar negara untuk memberantas trafficking.
Trafficking manusia juga dikienal diseluruh dunia sebagai satu-satunya tindakan atau perbuatan pidana yang telah secara signifikan menjerumuskan
jutaan korban ke dalam perbudakan dan memungkinkan jaringan kejahatan terorganisir untuk mengalihkan dana yang besar ke berbagai upaya
mengoperasikan kejahatan terkait lainnya, seperti perdagangan narkotika, pencucian uang dan lain sebagainya yang dapat berpotensi melumpuhkan sendi-
sendi perekonomian negara dan sistem penegak hukum. Hal ini juga yang
Universitas Sumatera utara
menyebabkan tindak pidana perdagangan orang ini masuk kedalam kejahatan lintas negara.
B. Permasalahan