53
Karen E. Bravo, “Human Trafficking: Global and Nation Responeses To The Cries for Freedom, Article, Westlaw: University of St. Thomas Law Journal, 2009, hal. 2
pendampingan korban. Polri sebenarnya atau tepatnya bertanya kepada korban apakah korban di dalam lingkungan sosialnya telah mendapatkan pelayanan dan
pendampingan yang cukup. Jika korban memang menginginkannya, Polri sebaiknya menghubungi lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dibidang
pendampingan korban. Rekomendasi umum berkenan dengan hal ini ialah agar tiap Polri dan Polresta memiliki prosedur tetap untuk memberikan pelayanan dan
pendampingan korban yang ada. Pihak korban, setiap saat, selama proses penyidikan, pemerikasaan di kepolisan dan kejaksaan serta selama persidangan di
pengadilan, harus berpeluang atau dapat menerima pelayanan atau dukungan dari lembaga sosial. Seorang penasehat, pekerja sosial atau pendamping yang dipilih
sendiri oleh korban harus di perkenankan untuk hadir selama proses di atas berlangsung, yakni untuk memberikan pelayanan dan dukungan emosional kepada
korban. Dalam hal ini tindak pidana yang diatur dalam UU PKDRT No. 232004,
Polri wajib memberikan keterangan kepada korban tentang hak korban untuk mendapatkan pelayanan pendampingan Pasal 18 dan juga wajib melakukan
koordinasi terpadu denga dinas atau lembaga sosial yang dibutuhkan korban Pasal 22. Menurut ketentuan Pasal 23, korban, selama proses penyidikian dan
penuntutan, berhak untu di dampingi oleh seorang relawan pendamping.
B. Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Orang
Kejahatan trafficking perdagangan orang atau yang dapat dikategorikan sebagai “perbudakan modern” adalah merupakan persoalan global sangat serius.
53
Hal ini merupakan suatu permasalahan pelanggaran terhadap Hak Azasi Manusia HAM. Perlindugan terhadap Hak Azasi Manusia menekankan bahwa setiap
Universitas Sumatera utara
54
Pancasila sila ke-2, butir kesatu dan kedua
55
UUD 1945 Pasal 28 ayat 1, hasil amandemen ke-2, tanggal 18 Agustus 2000
56
Founding Father Negara Indonesia mengatur tentang Hak Azasi Manusia HAM ini dalam Pasal-Pasal Batang Tubuh Undang-Undang Dasar UUD 1945, ini yang menjadi dasar bagi pelaksanaan
perlindungan Hak Azasi Manusia HAM di Indonesia
57
Farhana, Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 201, hal. 1,
orang dilahirkan memiliki kebebasan, dengan harkat dan martabat yang sederajat, serta berhak atas perlindungan tanpa diskriminasi.
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab mengatur bahwa bangsa Indonesia mengakui
mahluk Tuhan Yang Maha Esa, kemudian wajib mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban azasis setiap manusia, tanpa membeda-bedakan
suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
54
Undang-Undang Dasar 1945 dalam rumusan salah satu pasalnya disebutkan mengenai hak untuk tidak diperbudak.
55
Untuk mewujudkan perlindungan hak tersebut, maka Pemerintah Indonesia memandang perlu untuk
melakukan pengaturan tersendiri mengenai tindak pidana trafficking perdagangan orang.
Secara universal juga telah diakui bahwa setiap manusia dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak yang sama. Setiap orang berhak atas
kehidupan, pekerjaan, kemerdekaan, dan keamanan pribadi.
56
Namun terkadang dalam upaya memperoleh hak-hak tersebut dihadapkan pada beragam tantangan
dan perlakuan yang melanggara Hak Azasi Manusia yang disertai denga kekerasan fisik maupun kekerasan seksual.
Trafficking perdangan orang bukan merupakan bentuk kejahatan yang baru dikenal. Dalam sejarah bangsa Indonesia, perdagangan orang pernah terjadi
yaitu melalui perbudakan atau perhambaan. Pada masa kerajaan, perdagangan perempuan merupakan bagian pelengkap dari sistem pemerintahan feodal.
57
Perdagangan orang lebih terorganisir dan berkembang pesat pada masa penjajahan
Universitas Sumatera utara
58
Ibid, hal. 2.
59
Ibid, hal. 3. Pada masa ini Jepang bukan hanya memaksa perempuan pribumi menjadi pelacur, tetapi Jepang juga membawa perempuan dari Singapura, Malaysia, dan Hongkong ke Jawa untuk melayani
Perwira Tinggi Jepang.
60
Konsideran Undang-undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang
Belanda, hal ini terlihat dari adanya perbudakan tradisional dan perseliran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Eropa. Perdagangan orang ini dapat berbentuk
kerja rodi, penjualan anak perempuan untuk mendapatkan imbalan materi dan kawin kontrak,
58
demikian juga halnya dengan masa penjajahan Jepang.
59
Pada awal perkembangan perdagangan orang belum merupakan tindak pidana, sehingga tidak ada hukuman yang diberikan pada para pelaku
perdagangan orang tersebut. Kemudian, pada masa kemerdekaan perdagangan orang dinyatakan sebagai tindakan yang melawan hukum. Hal ini dengan
pemikiran bahwa perdagangan orang tersebut telah meluas baik dalam bentuk jaringan kejahatan yang terorganisir, antar negara maupun internal negara, maka
timbul keinginan pemerintah untuk mencegah dan menanggulangi tindak pidana perdangangan orang dengan melakukan upaya pencegahan dini, penindakan
pelaku, perlindungan korban, dan peningkatan kerjasama.
60
Pemerintah Indonesia mengkriminalisasi perdagangan orang dengan Pasal 297 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP yang secara eksplisit
mengatur tentang perdagangan orang. Pasal itu mengatur bahwa memperniagakan perempuan dan memperniagakan laki-laki yang belum dewasa, dihukum penjara
selama-lamanya 6 enam tahun. Pasal-Pasal yang sering dipakai sebagai dsar hukum untuk menjerat pelaku trafficking perdagangan orang adalah Pasal 285,
Pasal 287-298, Pasal 324, dan Pasal 506 KUHP. Pengaturan dalam KUHP masih membutuhkan penyempurnaan agar dapat menjerat setiap kegiatan atau modus
baru perdgangan orang.
Universitas Sumatera utara
61
Deklarasi Universal tentang Hak Azasi Manusia DUHAM diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948, yang merupakan standar umum mengenai pemajuan dan mendorong
penghormatan terhadap hak dan kebebasan manusia sebai landasan dari keadilan, kebebasan dan kedamaiaan
62
Achie Sudiarti Luhulima, “Bahan Ajar Tentang Hak Perempuan”, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007, hal. 38-39.
63
Ibid, hal. 78.
64
Administrator, “Trafficking di Indonesia”, http:www.humantrafficking.orgcountriesIndonesia
, diakses tanggal 15 Juni 2012
65
Ibid
Kebijakan Pemerintah dilakukan dengan mengeluarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional RAN
Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak, yang salah satu tujuan kuncinya adalah utnuk mendorong danatau menyempurnakan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan perdagangan orang, khususnya perdagangan perempuan dan anak.
Dalam Deklarasi Universal tentang Hak Azasi Manusia DUHAM
61
dinyatakan bahwa pengakuan martabat dan hak yang sama dan mutlak umat manusia adalah dasar dari kemerdekaan, keadilan, dan peredamaian dunia, dan
bahwa aspirasi tertinggi rakyat adalah penikmatan kebebasan mengeluarkan pendapat, kepercayaan dan bebas dari rasa takut dan kekurangan.
62
Lebih lanjut diataur juga bahwa setiap orang berhak atas pekerjaan, berhak memilih pekerjaan, berhak atas syarat-syarat pekerjaan yang adil dan
menguntungkan.
63
Kenyataannya dalam pelaksanaannya upaya masyarakat untuk keinginan memperoleh pekerjaan untuk kehidupan yang layak menyebabkan
banyak yang terperangkap dalam sebuah perdagangan orang. Perdagangan orang terjadi denga tidak memandang jenis kelamin dan usia, baik laki-laki atau
perempuan, dewasa, atau bahkan anak-anak.
64
Daerah-daerah di Indonesia yang dulunya hanya sebagai daerah penerima sekarang berubah menjadi daerah transit,
bahkan sebagai daerah pengirim dan sebaliknya. Perdagangan orang terjadi tidak hanya lintas daerah dalam wilayah Indonesia namun telah meluas menjadi lintas
negara atau antar negara.
65
Universitas Sumatera utara
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia HAM dalam Pasal 65 diatur secara ekplisit mengenai kriminalisasi perdagangan
orang tersebut yaitu dengan menyebutkan bahwa setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan ekploitasi dan pelecehan seksual,
penculikan, perdagangan anak, serta dari berbagai bentuk penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.
Pasal 9 huruf c Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Azasi Manusia disebutkan bahwa perbudakan merupakan salah
satu kejahatan kemanusiaan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas dan sistematik. Penjelasan pasal ini menyebutkan dengan tegas bahwa
perbudakan adalah termasuk tindakan perdagangan manusia, khususnya perempuan dan anak-anak.
Perkembangan selanjunnya yaitu lahirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang UU
PTPPO, undang-undang ini semakin memperjelas pemahaman tindak pidana ini. Pasal 1 ayat 1 UU PTPPO berbunyi: Perdagangan orang adalah tindakan
perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan,
penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau menfaat sehingga
memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan
eksploitasi atau mengakibatkan orang tersebtu terekploitasi.
Universitas Sumatera utara
66
Karen E. Bravo, Op. Cit., hal.2.
67
Monsignor Franklyn M, “International Trafficking in Persons: Suggested Responses to a scourge of Humankid”, Westlaw: Intercultural Human Rights Law Review, 2008, hal. 1.
Penjelasan umum dari undang-undang ini menyebutkan bahwa perdangan orang adalah bentuk modern dari perbudakan manusia. Perdagangan orang juga
merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk dari pelanggaran harkat dan martabat manusia.
Kemajuan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi ini dimanfaatkan oleh orang atau sekelompok orang utnk melakukan atau
mengembangkan kejahatannya. Salah satu bentuk kejahatan yang berkembang itu adalah perbudakan atau perhambaan dalam bentuk yang baru yaitu perdagangan
orang trafficking, yang beroperasi secara tertutup dan terorganisasi dan disertai dengan semakin canggihnya peralatan dan modus operandinya.
66
Monsignor Franklyn M, menyatakan bahwa:
67
Human trafficking is not a new phenomenon. Since a decade or so, however, this appalling practic has reached epidemic proportions. Listed
as one of the three profitable organized crimes alongside the trafficking of weapons and drugs intrinsically related to them, human trafficking is part
of the dark side of reality virutually evertywhere. The U.S. State Department’s 2007 report on human trafficking estimates that 800,000
people are being trafficked across bordesrs each year, with 80 of the victims being women and children, and up to 50 minors.
Protokol untuk mencegah, menekan dan menghukum pelaku perdagangan
orang khusus perempuan dan anak, Suplement Konvensi PBB untuk melawan oraganisasi kejahatan transnasioanl, Protokol
ini memberi pengertian perdangangan orang adalah:
1. Perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan atau penerimaan
seseorang, dengan ancaman atau kekerasan atau bentuk-bentuk lain dari pemaksaan, penculikan, penipuan, kebohongan, atau
penyalahgunaan kekuasaan atau possisi rentan atau memberi atau menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan agar dapat
Universitas Sumatera utara
68
Farhana, Op. Cit, hal. 21.
69
Achie Sudiarti Luhulima, op. Cit,. hal 182
2. memperoleh persetujuan dari seseorang yang berkuasa atas orang lain,
untuk tujuan eksploitasi. Eksploitasi termasuk, paling tidak, eksploitasi untuk melacurkan orang lain atau bentuk-bentuk lain dari eksploitasi
seksual, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau prakti-praktik serupa perbudakan, penghambaan atau pengambilan organ tubuh.
3. Persetujuan korban perdagangan orang terhadap eksploitasi yang
dimaksud yang dikemukakan dalam subl aliena a ini tidak relevan jika salah satu dari cara-cara yang dimuat dalam subalinea a
digunakan. 4.
Perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang anak untuk tujuan eksploitasi dipandang sebagai
perdagangan orang bahkan jika kegiatan ini tidak melibatkan satu pun cara yang dikemukakan dalam subalinea a Pasal ini.
5. Anak adalah setiap orang yang berumur di bawah 18 tahun.
68
Dalam suplemen ini juga disebutkan maksud dibuatnya protokol ini yaitu: untuk mencegah dan melawan perdagangan terhadap orang, memberi
perlindungan kepada perempuan dan anak-anak, untuk melindungi dan mendamping korban perdagangan orang dengan penuh kepedulian terhadap hak-
hak azasi manusia.
69
Universitas Sumatera utara
70
Kathleen K. Hogan, “Comment Slavery In The 21
st
Century and In New York: What Has The State Legislature Done?” Westlaw: Albany Law School, 2008, hal. 2.
71
International Organization Migration IOM Indonesia, http:www.iom.or.idloadpdf.jsp?lang=eng=upd2fike
=cuastics2010June201028072010.pdf, diakses tanggal 15 juni 2012
72
Ibid
Kathleen K. Hogan dalam komentarnya mengatakan: “Human trafficking is a very profitable form of organized crime. It is the
most profitable form of illegal trade worldwide, second to the trafficking of arms and drugs. Criminal grups make more than nine billion dollars in
annual revenue globally form the trafficking of humans beings.
70
Dengan demikian dapat dilihat bahwa trafficking perdagangan orang merupakan tindak pidana yang bisa dilakukan oleh perorangan dan sindikasi
organised crime yang sangat menguntungkan karena perputaran uang yang sangat besar. Sebagai bukti bahwa kejahatan perdagangan orang adalah
merupakan kejahatan yang sangat menguntungkan, hal itu bisa dilihat dari perkembangan tindak kejatahatan ini dari tahun ke tahun.
Data International Organization of Migration IOM Indonesia, disebutkan Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara pengirim
terbesar dengan total persentase sebesar 99,71 sembilan puluh sembilan koma tujuh puluh satu persen, diikuti oleh negara Uzbekistan 0.24 nol koma dua
puluh empat persen dan Kamboja dan Ukraina masing-masing dengan persentase 0,03 nol koma nol tiga persen.
71
Data perdagangan orang dengan kategori provinsi pengirim atau daerah asal di Indonesia, lima kota yang menduduki peringkat teratas adalah Jawa Barat,
Kalimantan Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara.
72
Dari semua data kejahatan trafficking perdagangan orang yang terjadi sebagian besar kejahatan itu dilakukan ke luar negeri dengan negara tujuan
Universitas Sumatera utara
73
Ibid
74
Ibid
75
Ibid
76
Ibid
Malaysia, Saudi Arabia, dan Singapura,
73
ketiga negara ini menduduki 3 tiga peringkat teratas.
Dari penelitian yang dilakukan International Organization Migration IOM Indonesian, dapat dilihat bahwa kejahatan trafficking perdagangan orang
yang dilakukan oleh agen sejumlah 2059 dua ribu lima puluh sembilan kasus atau sebanyak 54,40, agen penyalur resmi sebanyak 736 tujuh ratus tiga puluh
enam kasus atau sebanyak 19,54, anggota keluarga sebanyak 260 dua ratus enam puluh kasus atau sebanyak 6,87, teman 236 dua ratus tiga puluh enam
kasus atau sebanyak 6,24, tetangga sebanyak 232 dua ratus tiga puluh dua kasus atau sebanyak 6,13, kontak pribadi ada 112 seratus dua belas kasus atau
sebanyak 2,96 , sedangkan yang tanpa data sebanyak 150 seratus lima puluh kasus atau sekitar 3,96.
74
Meskipun kejahatan trafficking perdagangan orang telah diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan, tapi aparat penegak hukum masih belum
bisa memaksimalkan perannya dalam memberantas trafficking, hal ini dapat terjadi karena ringannya hukuman yang diberikan kepada para pelaku trafficking
di Indonesia.
75
Akibatnya kasus trafficking bukannya dapat diatasi tetapi sebaliknya makin meningkat.
Peningkatan ini terjadi karena beberapa faktor seperti adanya kelemahan pada perangkat hukum peraturan perundang-undangan dan juga adanya faktor-
faktor di luar peraturan perundang-undangan. Kelemahan pada perangkat hukum disebabkan adanya peraturan yang sulit untuk diterapkan pada kasus-kasus
trafficking yang ditangani oleh aparat penegak hukum.
76
Universitas Sumatera utara
77
Ibid
78
Banyak kasus trafficking diputus hakim Pengadilan Negeri dengan pidana jauh lebih rendah dari batas minimal yang ditetapkan oleh undang-undang
Faktor-Faktor di luar peraturan perundang-undangan misalnya adanya pandangan masyarakat tentang perempuan yang menganggap bahwa bila ada
kejahatan yang terjadi pada dirinya, maka hal itu merupakan kesalahannya sendiri. Selain itu ada juga pandangan masyarakat yang enggan terlibat dengan masalah
orang lain terutama yang berhubungan dengan polisi karena akan merugikan diri sendiri, alasan lainnya ada kecenderungan pradigma pemerintah yang mamandang
tenaga kerja sebagai komoditi penghasil devisa negara, kemudian adanya faktor- faktor sosial yang berkembang di masyarakat, misalnya masih adanya
diskriminasi terhadap perempuan. Ada juga kelemahan yang datang dari aparat penegak hukum yang disebabkan ketidaktahuan mereka tentang masalah
trafficking perdagangan orang.
77
Bachtiar H. Tambunan mengatakan bahwa kesulitan untuk memberantas trafficking karena beberapa kendala yaitu:
78
1. Luas wilayah Indonesia yang tidak sebanding dengan petugas
pengawas di perbatasan 2.
Kemampuan penyidik polisi yang masih rendah, sedangkan tempat kejadian perkara terkadang melintasi dua negara hal ini menimbulkan
masalah dalam pelaksanaan penyidikan. 3.
Belum adanya atau jarangnya kerjasama atar negara untuk menindaklanjuti kasus trafficking dan sulitnya melakukan penyidikan
apabila tempat kejadian perkara di luar negeri dan tersangkanya adalah warga negara asing.
Universitas Sumatera utara
Menghadapi kondisi ini, maka diperlukan kebijakan yang lebih dapat mengatur secara komprehensif mengenai pencegahan, penanganan,
penanggulangan, dan penegakan hukum atas tindak pidana perdagangan orang.
C. Tindak Pidana Perdagangan Orang menurut Undang-Undang No.21 Tahun 2007