Menghadapi kondisi ini, maka diperlukan kebijakan yang lebih dapat mengatur secara komprehensif mengenai pencegahan, penanganan,
penanggulangan, dan penegakan hukum atas tindak pidana perdagangan orang.
C. Tindak Pidana Perdagangan Orang menurut Undang-Undang No.21 Tahun 2007
Undang-Undang ini tidak mengenal hukum mati, hak hidup pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang masih dihargai, namun pelaku yang terbukti
melakukan TPPO hendaknya benar-benar dijatuhi pidana yang setimpal dengan kejahatannya, karena TPPO merupakan seriuous crime. Ada beberapa macam
sanksi pidana yang terdapat dalam UU PTPPO yaitu: 1.
Sanksi Pemindaan bersifat kumulatif Pemidanaan yang diatur dalam Pasal 2,3,4,5,6,7,8 dan 9 UU PTPPO
termasuk tindak pidana laing yang berkaitan dengan TPPO BAB III Pasal 19 sampai dengan 24, dijatuhi pemidanaan secara kumulatif. Jadi
pemidanaannya tidak hanya pidana penjara, tetapi juga pidana denda, termasuk terhadap pelaku yang di jatahui pidana penjara seumur hidup,
yakni denda paling sedikit Rp. 200.000.000,- dan paling banyak Rp. 5 miliar ps. 7 ayat 2
2. Sanksi Pemidanaan Pokok
Pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun paling lama 15 lima belas tahun dan pidana dendan paling sedikit Rp 120.000.000,- sertus
dua puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 600.000.000,- enam
Universitas Sumatera utara
ratus juta rupiah, yaitu untuk Pasal 2 ayat 1, Pasal 2 ayat 2, Pasal 3, 4, 5, 6, 10, 11, 12 dan Pasal 21 ayat 3 UU PTPPO.
3. Sanksi Pemidanaan dengan Pemberatan
Yang dimaksud dengan pemidanaan dengan pemberatan yaitu ancaman pidananya ditambah 13 sepertiga dari ancaman pidana
pokok, TPPO yang dijatuhi hukuman pidana dengan pemberatan adalah:
a. TPPO yang mengakibatkan masalah fisik dan mental korban
TPPO yang mengakibatkan luka berat, gangguan jiwa berat, penyakit menular yang membahahayakan jiwanya, kehamilan atau
terganggu atau hilangnya fungsi reproduksinya Pasal 7 ayat 1, maka ancaman pidananya di tambah 13 sepertiga dari ancaman
pidana Pasal 2 ayat 2, Pasal 3, 4, 5, dan Pasal 6 UU PTPPO. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 2, pasal 3,
4, 5, 6, UU PTPPO mengakibatkan matinya korban, maka pidana penjara minimum 5 tahun dan maksimum penjara seumur hidup
ditambah + dendan minimum Rp. 200Juta dan maksimum Rp. 5 Miliar Pasal 7 ayat 2.
b. TPPO yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara
Dalam penjelasan UU PTPPO Pasal 8 ayat 1 menyatakan yang dimaksud dengan “penyelenggara negara” dalam ketentuan ini
adalah pejabat pemerintah, anggota Tentara Nasional Indonsia, anggota Polri, aparat keamanan, penegak hukum atau pejabat
publik, sedangkan yang dimaksud dengan “menyalahgunakan
Universitas Sumatera utara
kekuasaannya” dalam ketetuan ini adalah menjalankan kekuasaan yang ada padanya secara tidak sesuai dengan tujuan pemberian
kekuasaan atau menjalankannya tidak sesuai ketentuan peraturan. c.
TPPO yang dilakukan secara Korporasi Pasal 15 UU PTPPO menyatakan pemidanaan terhadap suatu
korporasi yang melakukan tindak pidana perdagangan orang selain pidana penjara dan dendan terhadap pengurusnya dapat pula
dijatuhkan pidana dendan dengan pemberatan 3 tiga kali dari pidana denda sebagaimana ditetapkan Pasal 2, 3, 4, 5, dan Pasal 6
UU PTPPO, juga dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa: pencabutan izin usaha, perampasan kekayaan hasil tindak pidana,
pencabutan status badan hukum, pemecatan pengurus danatau pelanggaran kepada pengurus tersebut untuk mendirikan korporasi
dalam bidang usaha yang sama. d.
TPPO yang dilakukan oleh kelompok terorganisasi Pasal 16 UU PTPPO dalam hal ini tindak pidana perdagangan
orang yang dilakukan kelompok yang terorganisasi maka setiap pelaku dalam kelompok yang terorganisasi tersebut dipidana
dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ditambah 13 sepertiga.
e. Anak sebagai korban
Pasal 17 UU PTPPO menyatakan bahwa TPPO sebagaimana diatur dalam pasal 2, 3, dan 4 UU PTPPO yang dilakukan terhadap anak,
maka ancaman pidananya ditambah 13 sepertiga.
Universitas Sumatera utara
4. Sanksi Pemidanaan secara khusus.
a. Percobaan dan Membantu
Pasal 10 UU PTPPO menyatakan bahwa percobaan dan membantu melakukan TPPO dipidana sama sepenuhnya sebagaimana
ditentukan Pasal 2, 3, 4, 5, dan 6 UU PTPPO undang-undang ini, Pemidanaan dalam ketentuan in tidak dikurangi 13 nya dari
minimummaksimum pemidanaan utamanya sebagaimana yang ditentukan dalam KUHP.
b. Merencanakan dan Melakukan Pemufakatan Jahat.
Pasal 11 UU PTPPO menyatakan bahwa setiap orang yang merencanakan atau melakukan pemufakatan jahat untuk
melakukan tindakpidana perdagangan orang, dipidana dengan pidana yang sama sebagai pelaku sebagaimana dimaksud dalam
pasal 2, 3, 4, 5, dan pasal 6 UU PTPPO. c.
Menggunakan atau Memanfaatkan Korban TPPO Pasal 12 UU PTPPO menyatakan bahwa setiap orang yang
menggunakan atau memanfaatkan korban tindak pidana perdagangan orang dengan cara melakukan persetubuhan atau
perbuatan cabul lainnya dengan korban tindank pidana perdagangan orang, memperkerjakan korban tindak pidana
perdagangan orang untuk meneruskan praktik eksploitasi atau mengambil keuntungan dari hasil tindak pidana perdagangan orang
Universitas Sumatera utara
dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, 3, 4 ,5 dan 6 UU PTPPO.
79
Undang-undang PTPPO memberikan perhatian yang besar untuk melindungi hak korban atas penderitaan dan kerugian baik materil danatau
immateril, sebagai akibat TPPO yang dilakukan pelaku. Perlindungan ini harus diberikan pelaku kepada korban dalam bentuk Restitusi sebagai ganti rugi berupa
restitusi dilaksanakan sejak putusan pengadilan tingkat pertama terhadap perkara TPPO.
62
Restitusi adalah pembayaran ganti kerugian yang dibebankan kepada pelaku berdasarkan putusan pengadilan yang bekekuatan hukum tetap atas
kerugian materi atau immateriil yang diderita korban atau ahli warisnya. Diatur dalam Pasal 1 angka 13, Pasal 48, Pasal 49 dan Pasal 50 UU PTPPO. Sebelum
terbitnya UU PTPPO, ganti rugi immateriil kurang mendapat perhatian. Namun menurut fakta dilapangan, selama ini korban TPPO tidak sengaja harus
menanggung sendiri kerugian materiil yang dapat dihitung berdasarkan bukti- bukti dengan kasat mata, tetapi juga kerugian immateriil. Misalnya TPPO yang
menyangkut seksual atau eksploitasi seksual lainnya, penderitaan batin korban tidak berhenti pada saat pelaku selesai melakukan tindak pidananya TPPO,
kareana korban akan terus merasakan penderitaan lahir dan batin seumur hidupnya.
80
Menurut Sofyan, selaku Direktur Pusat Kajian dan Perlindungan Anak Medan bahwa pemberian ganti rugi immateril kepada korban TPPO tidaklah
mudah untuk memperhitungkannya, salah satu caranya dengan mendengar kesaksian dari saksi ahlipsikolog atau saksi pendampingkeluargaRohaniawan
teman dekat atau petugas Unit Pelayanan Perempuan dan Anak. Korban TPPO
Universitas Sumatera utara
sudah mengalami penderitaan luar biasa karena telah kehilangan harga diri, dihinggapi perasaan malu dan rendah diri. Dalam kondisi demikian, mendapatkan
ganti rugi baik materil maupun immateril mungkin dapat sedikit mengurangi penderitaanya, oleh karena itu aparat penegak hukum dan petugas terkait diawali
oleh penyidik pada waktu menerima laporan terjadinya kasusk TPPO Pasal 48 penjelasan, harus memberitahukan kepada Pelaporsaksi korban TPPO akan hak-
haknya untuk mendapatkan ganti rugi baik materil danatau immateriil berupa restitusi, diharapkan hakim dapat mempertimbangkan untuk memutuskan secara
profesional, ganti rugirestitusi dimaksud kepada korban.
81
Pemberian restitusiganti rugi dimaksud diatur dalam Pasal 48 UU PTTPO yakni:
1. Setiap korban tindak pidana perdagangan orang atau ahli warisnya
berhak memperoleh Restitusi. 2.
Restitusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berupa ganti kerugian atas:
a. Kehilangan kekayaan atau penghasilan
b. Penderitaan
c. Biaya untuk tindakan perawatan medis danatau psikologis,
danatau d.
Kerugian lain yang diderita korban sebagai akibat TPPO Dalam penjelasan Pasal 48 ayat 2 d, yang dimaksud dengan “kerugian
lain” adalah: a.
Kehilangan harta milik; b.
Biaya transportasi dasar;
Universitas Sumatera utara
c. Biaya pengacara atau biaya lain yang berhubungan dengan proses
hukum; atau d.
Kehilangan penghasilan yang dijanjikan pelaku. 3.
Restitusi tersebut diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam amar putusan pengadilan tentang perkara tindak pidana perdagangan orang.
4. Pemberian Restitusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan
sejak dijatuhkan putusan pengadilan tingkat pertama. 5.
Restitusi sebagaimana dimaksud pada ayat 4 dapat dititipkan terlebih dahulu di Pengadilan tempat perkara diputus.
6. Pemberian Restitusi dilakukan dalam 14 empat belas hari terhitung
sejak diberitahukannya putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap.
7. Dalam hal pelaku diputus bebas oleh pengadilan tingkat banding atau
kasasi, maka hakim memerintahkan dalam putusannya agar uang restitusi yang dititipkan dikembalikan kepada yang bersangkutan.
77
Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Orang sangat berbeda artinya dengan pengertian Penyelundupan Manusia, yang dapat ditemukan dalam
Protokol PBB bahwa penyelundupan manusia melalui darat, laut dan udara, yang merupakan suplemen dari Konvensi Kejahatan Transnasional, disebutkan:
“Penyelundupan Manusia” berarti segala usaha mendapatkan, memperoleh secara langsung maupun tidak langsung, keuntungan finansial maupun
material dari memasukkan seseorang secara illegal ke suatu negara dimana orang tersebut bukan merupakan warga negara atau penduduk tetapnya”.
Universitas Sumatera utara
“Masuk secara ilegal” berarti melintasi batas negara tanpa mematuhi peraturan yang berlaku untuk masuk secara ilegal ke dalam negara tujuan. Jika
disimpulkan, ada tiga komponenen Penyelundupan manusia yaitu: 1.
Aktivitas, pengangkutan atau pemindahan orang melintasi batas negara. 2.
Cara, berdasarkan keinginan pribadi, biasanya pendatang ilegal tersebut yang mengontak pelaku penyelundupan manusia untuk mencapai
tujuannya. 3.
Tujuan, untuk keuntungan pribadi pelaku dengan cara melintasi secara ilegal ke negara tujuan
4. Perdagangan Orang dan Penyelundupan Manusia sering disalahartikan
sebagai sesuatu hal yang sama, Padahal kedua-duanya sangat berbeda.
Universitas Sumatera utara
BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PERCOBAAN TINDAK
PIDANA PERDAGANGAN ORANG MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007
A. Kasus