B. Analisis Terhadap Putusan No 1642Pid B2009PN Mdn
Putusan Pengadilan Negeri Medan terhadap terdakwa yang menjatuhkan vonis selama 3 tiga tahun dan denda Rp. 120.000.000,- seratus dua puluh juta
rupiah terhadap terdakwa menurut penulis sudah sesuai dengan ketentuan dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 dan tujuan dari pemindaan, mengigat
tidak selalu tuntutan pidana dari JPU harus dipenuhi, karena hakim mempunyai dasar pertimbangan-pertimbangan dalam memutus dan menjatuhkan pidana
kepada terdakwa, tetapi terhadap pengenaan saksi denda sudah sesuai dengan tututan dan ancama pasal yang didakwakan. Pengenaan sanksi sebesar
Rp. 120.000.000,- seratus dua puluh juta dirasakan akan menimbulkan efek jera bagi para perekrut penghubung calo Trafickker, mengingat denda minimal dari
pasal yang didakwakan adalah sama dengan yang diputuskan oleh hakim. Dengan telah terpenuhinya unsure-unsur tindak pidana dalam pasal 10
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007, dan dikenakannya sanksi pidana yang setimpal dengan perbuatan yang dilakukannya, dengan diberikan hukuman agar
tidak melakukan pengulangan terhadap perbuatan tindak pidana perdagangan orang menimbulkan efek jera pada pelaku, dan menjadi orang yang lebih baik di
masa mendatang sesuai dengan tujuan pemindanaan dari aliran modern. Selain itu yang lebih utama adalah untuk menakut-nakuti pada masyarakat yang akan
atau mungkin melakukan tindak pidana perdagangan orang preventif. Menganalisis
Putusan Pengadilan
Negeri Medan
No. 1.642Pid.B2009PN.Mdn di atas, dari sisi pelaksanaan pidana, tidak akan terlepas dari substansi UU, SDM aparat penegak hukum, sarana dan prasarana
pendukung, kelompok kepentingan dalam masyarakat, dan budaya hukum
Universitas Sumatera utara
masyarakat. Karena itu dalam mengadili dan menjatuhkan vonis, hakim tidak hanya berpedoman pada hukum tertulis saja corong undang-undang, tapi harus
memperhatikan nilai-nilai yang ada dalam hidup masyarakat. Atas dasar itu, penegakan hukum harus berpedoman pada cara-cara
penyelesaian konflik berdasarkan aturan hukum, baik hukum tertulis UU ataupun hukum tidak tertulis nilai-nilai yang berupa hukum adat. Tugas dari
aparat penegak hukum sebaiknya tidak hanya sebagi penjaga ketertiban social order yang berfungsi sebagai mulutcorong undang-undang, tetapi harus
didasarkan pada kekuatan ratio manusia dan nilai-nilai dalam masyarakat, yang merupakan pengakuan atas hak asasi manusia.
Dilihat dari segi hukum HAM, putusan terhadap pelaku harus memenuhi rasa keadialan masyarakat, dan nilai-nilaii yang hidup dalam masyarakat. Namun
rasa keadilan masyarakat tidak dapat terpenuhi sepenuhnya, karena tindak pidana perdangangan orang yang sangat meresahkan dan menganggu tatanan dalam
masyarakat, dalam realita juga didukung oleh masyarakat tertentu karena masih dianggap menguntungkan dari segi ekonomi bagi pihak pelaku, tatapi secara
umum TPPO harus diberantas. Karena itu, apabila putusan hakim dirasakan kurang adil dan tidak
memenuhi rasa keadilan masyarakat, maka akan menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap hukum, dan pada akhirnya akan menimbulkan kekacauan
dan ketidakpastiaan, bahkan tidak menutupi kemungkinan akan terjadi peradilan jalanan.
Universitas Sumatera utara
Selain itu prosess penegakan dan pelaksanaan hukum pidana yang telah dilaksanakan sebagaimana di atas, maka peranan hukum pidana tidak hanya
berperan sebagai sarana mengatur ketertiban masyarakat social order dalam rangka menciptakan kebijakan sosial social defence, dana baik secara preventif
maupun refresif, maka putusan hakim akan sesuai dengan tujuan kebijakan hukum pidana, yaitu kesejahteraan masyarakat.
Universitas Sumatera utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan