Domba Sistem Pencernaan Pada Ruminansia

commit to user 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Domba

Menurut Kartadisastra 1997, semua domba memiliki beberapa karakteristik yang sama kedudukanya dalam sistematika hewan yaitu Filum; Chordata, Sub. Filum; Vertebrata bertulang belakang, Marga; Gnastomata mempunyai rahang, Kelas; Mamalia menyusui, Bangsa; Plasentalia mempunyai plasenta, Suku; Ungulata berkuku, Ordo; Artiodactyla berkuku genap, Sub. Ordo; Selenodanta ruminansia, Seksi; Pecora memamah biak, Famili; Bovidae, Sub. Famili;Caprinus, Genus; Ovis aries. Domba yang kita kenal sekarang merupakan hasil domestikasi manusia yang sejarahnya diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mauflon Ovis Musimon merupakan jenis domba liar yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia Kecil. Argali Ovis ammon merupakan jenis domba liar yang berasal dari Asia Tengah dan memiliki tubuh besar yang mencapai tinggi 1,20 m. Urial Ovis vignei merupakan jenis domba liar yang berasal dari Asia Murtidjo, 1993. Domba lokal tubuhnya kecil, dan warna bulunya bermacam-macam. Kadang-kadang terdapat lebih dari satu warna pada seekor hewan. Domba jantan bertanduk kecil, sedangkan domba betina tidak bertanduk. Berat domba jantan berkisar 30 sampai 40 kg, yang betina berkisar 15sampai 20 kilogram. Daging yang dihasilkan relatif sedikit. Tahan hidup di daerah yang kurang baik dan pertumbuhannya sangat lambat Sumoprastowo, 1993. Domba adalah ternak ruminansia yang mempunyai perut majemuk dan secara fisiologis sangat berbeda dengan ternak berperut tunggal seperti babi dan unggas. Ternak ini memamah kembali dan mengunyah pakannya ruminasi serta telah beradaptasi secara fisiologis untuk mengkonsumsi pakan yang berserat kasar tinggi rumput dan hijauan tanaman makanan ternak yang tidak bisa dimanfatkan langsung oleh manusia dan ternak non ruminansia Wodzicka et al., 1993. commit to user 5

B. Sistem Pencernaan Pada Ruminansia

Sistem pencernaan merupakan suatu sistem yang terdiri dari saluran pencernaan yang dilengkapi beberapa organ yang bertanggung jawab atas pengambilan, penerimaan, pencernaan dan absorbsi zat makanan mulai dari mulut ampai ke anus Soebarinoto et al., 1991. Proses pencernaan ternak ruminansia di mulai di ruang mulut. Di dalam ruang mulut, ransum yang masih berbentuk kasar dipecah menjadi partikel-partikel kecil dengan cara pengunyahan dan pembasahan oleh saliva, dari mulut ransum masuk ke rumen melalui oesophagus Kamal, 1994. Lambung ruminansia terdiri dari 4 bagian yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Rumen adalah bagian perut yang paling besar dengan kapasitas paling besar. Menurut Arora 1989 rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kantong yang menyimpan dan mencampur ingesta bagi fermentasi mikrobia. Kerja ekstensif bakteri dan mikrobia terhadap zat-zat makanan menghasilkan pelepasan produk akhir yang dapat diasimilasi. Rumen mempunyai fungsi yang penting antara lain: menyimpan bahan makanan kemudian difermentasi, merupakan tempat fermentasi, tempat absorbsi hasil akhir fermentasi, tempat pengadukan mixing dari ingesta Soebarinoto et al., 1991. Menurut Kartadisastra 1997 di dalam rumen terkandung berjuta-juta binatang bersel tunggal bakteri dan protozoa yang menggunakan campuran makanan dan air sebagai media hidupnya. Bakteri rumen dapat diklasifikasikan sebagai berikut ; bakteri selulolitik, hemiselulolitik, amilolitik, proteolitik, lipolitik, ureolitik, bakteri pencerna gula, bakteri pemakai asam laktat dan bakteri methanogenik. Bakteri selulolitik menghasilkan enzim selulase untuk menghidrolisis selulosa. Termasuk spesies bakteri ini adalah Bacteriodes succinogenes, Ruminococcus flavefaciens, Ruminococcus albus, dan Butyrivibrio fibrisolvens. Bakteri hemiselulolitik menghasilkan enzim hemiselulase untuk menghidrolisis hemiselulosa, termasuk spesies bakteri ini adalah Butyrifibrio fibrisolvens, Bacteriodes ruminocola dan eubacterium ruminantium. Bakteri amilolitik menghasilkan enzim amilase yang akan mencerna amilum menjadi maltosa commit to user 6 dan isomaltosa kemudian diuraikan lagi menjadi glukosa dan glukosa-6- phospat. Spesies bakteri amilolitik yang penting adalah Bacteriodes amylophilus, Streptococcus bovis, dan Bacteriodes ruminocola. Bakteri proteolitik akan menghasilkan enzim protease yang akan memecah protein menjadi peptida dan asam amino. Spesies bakteri proteolitik dalam rumen adalah selemonas sp, Bacteriodes sp, dan Butyrivibrio sp. Bakteri lipolitik akan menghasilkan enzim lipase yang akan memecah lemak menjadi gliserol dan asam lemak. Spesies bakteri lipolitik adalah Anaevovibrio lipolitica. Bakteri ureolitik menghasilkan enzim urease untuk menghidrolisis urea menjadi amonia dan CO 2. Spesies bakteri ureolitik antara lain Succinivibrio dextrinosolvens, dan Selenomonas sp. Bakteri pencerna gula merupakan bakteri yang dapat menghidrolisis monosakarida. Termasuk spesies bakteri ini lactobacili dan borrelia. Bakteri pemakai asam laktat adalah bakteri yang mampu menggunakan asam laktat sebagai sumber energi, yaitu diubah menjadi asam propionat. Spesies bakteri ini antara lain propionibacterium sp dan veillonella alkaliscens. Bakteri methanogenik adalah bakteri yang memproduksi gas methan, bakteri ini sensitif terhadap oksigen. Protozoa dari cairan rumen dibagi dua ordo, yaitu Oligitricha dan Holotrica. Holotricha berbentuk memanjang dan seluruh permukaan tubuhnya tertutup silia. Sumber energi utama bagi Holotricha adalah glukosa, xilosa, sukrosa, galaktosa dan fruktosa. Oligitricha mempunyai ciri hanya terdapat silia di ujung tubuhnya. Sumber makanan dari Oligitricha adalah selulosa dan pati Soebarinoto et al., 1991. Retikulum merupakan bagian perut yang mempunyai bentuk permukaan menyerupai sarang tawon. Retikulum mempunyai fungsi antara lain: memudahkan pakan dicerna ke rumen maupun ke omasum, yang dicerna ke rumen yaitu hijauan atau konsentrat yang padat, sedangkan yang ke omasum adalah ingesta yang telah dicerna dan bersifat cair, merupakan tempat fermentasi dan tempat berkumpuilnya benda-benda asing Soebarinoto et al., 1991. commit to user 7 Omasum merupakan bagian perut yang mempunyai bentuk permukaan berlipat-lipat dengan stuktur yang kasar. Omasum mempunyai fungsi antara lain: mengatur arus ingesta ke abomasum melalui omasa abomasal orifice, tempat memperkecil ukuran partikel ingesta, tempat menyaring ingesta yang kasar dan tempat fermentasi dan absorbsi Soebarinoto et al., 1991. Abomasum merupakan tempat pertama terjadinya pencernaan makanan secara kimiawi karena adanya sekresi getah lambung Arora, 1989. Ditambahkan oleh Soebarinoto et al 1991 bahwa fungsi dari abomasum untuk mengatur arus ingesta dari abomasum menuju ke duodenum yang dibantu oleh adanya tonjolan-tonjolan pada permukaan dalam abomasum yang disebut fold ridges. Sebagian besar pencernaan terjadi di dalam usus kecil sehingga sebagian nutrisi tercerna telah diabsorbsi dan sisanya yang belum tercerna kemudian masuk ke dalam usus besar. Selulosa, hemiselulosa, dan lignin tidak dapat dicerna oleh enzim yang dihasilkan oleh kelenjar getah pencernaan. Kelenjar pada usus besar terutama hanya kelenjar mucus dan tidak memproduksi enzim. Pencernaan dalam usus kecil ini dilakukan oleh enzim yang terbawa bersama- sama pakan yang berasal dari bagian saluran pencernaan sebelumnya atau oleh enzim yang berasal dari aktivitas mikroorganisme yang terdapat di dalam usus besar. Mikroba tersebut adalah dari tipe proteolitik yaitu laktobaksilluss, streptokokus koliform, bakteroida, klostridia, dan ragi. Mikrobia tersebut akan memecah sisa- sisa eksogenus dan endogenus menjadi indol, sketol, fenol, amin, ammonia, hydrogen sulfida , dan asam lemak volatil asetat, propionat, butirat. Di samping itu di dalam usus besar terjadi sintesis beberapa vitamin B yang dapat langsung diabsorbsi untuk dimanfaatkan oleh ternak. Feses atau bahan sisa yang keluar lewat anus tersusun dari : air, sisa- sisa pakan yang tidak tercerna, getah dari saluran pencernaan, sel- sel epitel usus, bakteri mikrobia, garam anorganik, indol, sketol, dan hasil- hasil dekomposisi yang lain oleh bakteri Kamal, 1994. commit to user 8

C. Pakan Ruminansia

Dokumen yang terkait

Suplementasi Hidrolisat Tepung Bulu Ayam dan Mineral Esensial dalam Ransum Berbasis Limbah Perkebunan Terhadap Produksi VFA Total dan NH3 Pada Domba Jantan

0 31 49

Pemanfaatan Kulit Daging Buah Kopi Yang Diamoniasi Pada Pakan Domba terhadap Populasi Mikroba, konsentrasi VFA dan NH3 domba lokal jantan lepas sapih.

0 33 71

Pemanfaatan Tepung Kulit Umbi Ubi kayu (Manihot utilisima) Fermentasi Aspergillus niger pada Ransum terhadap Populasi Mikroba, Konsentrasi VFA dan Konsentrasi NH3 Domba Jantan

0 37 60

Pengaruh rasio pemberian pakan yang berbeda terhadap produksi VFA dan NH3 rumen serta kapasitas lambung domba lokal jantan

0 15 47

PENGARUH PENGGUNAAN AMPAS TEMPE DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN DOMBA LOKAL JANTAN

0 6 53

PENGARUH COATING MINYAK SAWIT PADA UREA TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, NEUTRAL DETERGENT FIBER (NDF) DAN ACID DETERGENT FIBER (ADF) DALAM RANSUM DOMBA LOKAL JANTAN

0 4 38

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS UREA DALAM AMOMASI BATANG PISANG TERHADAP KARAKTERISTIK CAIRAN RUMEN (pH, Konsentrasi N-NH3, dan VFA) SECARA IN-VITRO.

0 0 6

PENGARUH PEMAKAIAN KONSENTRASI UREA DALAM AMONIASI KULIT BUAH COKLAT (KBC) TERHADAP KARAKTERISTIK CAIRAN RUMEN (pH, N-NH3, dan VFA) SECARA IN-VITRO.

0 0 6

Pengaruh Pemberian Urea Dan Amonium Sulfat Pada Amoniasi Ampas Tebu Terhadap Ph Dan Konsentrasi N-Nh3 Cairan Rumen Domba Lokal Sumedang.

0 0 8

PENGARUH COATING UREA DALAM RANSUM TERHADAP pH, KONSENTRASI NH3 DAN VFA PADA DOMBA LOKAL JANTAN JurusanProgram Studi Peternakan

0 0 42