Sejarah Pondok Pesantren Persatuan Islam Karangpawitan Garut

85 3. Siswa pada usia di sekolah tingkat Madrasah Tsanawiyah sedang mengalami masa remaja, yakni dia di tuntut untuk menentukan pilihan-pilihan nilai, norma dan moral yang tepat untuk kehidupan masa depannya.

H. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Sejarah Pondok Pesantren Persatuan Islam Karangpawitan Garut

Untuk memperoleh gambaran tentang keberadaan pondok pesantren tingkat Madrasah Tsanawiyah, peneliti telah melakukan observasi dan wawancara dengan sesepuh pondok pesantren.Dari hasil kegiatan tersebut peneliti memperoleh data yang merupakan gambaran obyek penelitian sebagai berikut. Berawal dari seorang pemuda Kristen katolik sekitar tahun 1965 bertempat tinggal di Jakarta, masuk Islam mualaf kemudian termarjinalkan oleh anggota keluarga yang lain. Sehingga dia pindah ke daerah Garut untuk menemui saudara- saudaranya, kemudian waktu berjalan dan dia seorang diri, berusaha untuk tetap hidup dengan bekerja sebagai kuli pada sebuah perusahaan kayu dan perlengkapan rumah tangga. Beberapa tahun berjalan, dia berniat untuk mencoba usaha kayu dari gajinya sendiri setelah mencoba belajar sebagai tukang kuli kayu dan bangunan pada perusahaan. Lambat laun perekonomian dia membaik dan mampu membeli sebuah rumah di Garut Kota, beberapa tahun berjalan kemudian menjual rumahnya dan mendirikan rumah baru di daerah Karangpawitan, banyak orang memperhatikan bahwa laju perekonomiannya berkembang pesat, sampai salah satu tokoh organisasi 86 Persatuan Islam mendekatinya dan mulai secara bertahap belajar mengenai Islam. Seiring perjalanan waktu dia belajar Islam lebih dalam, dia terinsprirasi untuk mengembangkan Islam lewat pendidikan, hal itu seirama dengan organisasi persatuan Islam pada penyebaran paham Islamnya melalui Dakwah dan Pendidikan. Maka didirikanlah Pondok Pesantren pada tahun 1980 dengan dana pribadi tanpa bantuan pemerintah dan swadaya masyarakat, dan tentu saja menjadi cemooh di berbagai kalangan masyarakat yang kurang suka dengan keberadaan pesantren.Hal tersebut tidak menyurutkan niat untuk berjuang menyebarkan Islam lewat pendidikan.Pada tahun 1996, akhirnya atas ijin Allah SWT keluarga mualaf sepakat pesantren secara resmi di wakafkan ke organisasi keagamaan yaitu Persatuan Islam. Pada tahun 1998 sang pendiri meninggal dunia di masjid jami pesantren yang dia bangun bersama pesantrennya.Berjalannya zaman tidak meredupkan perjuangan muwakif hingga saat ini, dalam hal pendanaan saja, muwakif menjadi penopang nomor satu dalam pembangunan. Mayoritas penduduk masyarakat sekitar kebanyakan penganut agama permai agama sunda karuhun dan desa ini merupakan desa yang tingkat pendidikannya sangat rendah, dan tingkat kesejahteraannya relative rendah dalam tingkat minimum dengan mata pencaharian sebagai buruh kuli batu bata, ternak dan bertani. Dalam hal ini dibutuhkan suatu tekad untuk mencoba memecahkan masalah yang ada dan membuat proyeksi pembinaan umat kedepan secara Islami yang dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan segala aspek tancangan dan ancaman, serta kekuatan dan potensi yang dimikili. 87 Sebagai lembaga yang melaksanakan ajaran Islam serta mengarahkan dakwah pada kesatuan umat yang sadar bahwa setiap muslim mempunyai kewajiban terhadap muslim lainnya untuk melakukan amarma’ruf nahyi munkar, menjalankanibadah sesuai tuntunan Al-Quran dan As-Sunah. Keberadaan pesantren sebagai basis regenerasi umat Islam yaitu membina kesadaran dan rasa tanggung jawab umat terhadap ajaran Islam melalui pendidikan, dakwah, kesejahteraan dan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya. Setelah diwakafkan pada organisasi keagamaan Persatuan Islam, Pesantren akhirnya dikelola secara penuh oleh organisasi, dan dibantu secara managemen dan pendanaan oleh keluarga muwakif.Saat ini, keberadaan pondok pesantren sebagian orang masih beranggapan bahwa organisasi persatuan Islam belum maksimal memberdayakan semua SDM organisasi sekolahnya. Para santri mengikuti kegiatan belajar mengajar pada pagi, sore dan malam hari, sebagian ada yang menginap dan sebagian ada yang tinggal dirumah masing- masing. Kebanyakan para santri yang sekolah di pesantren ini adalah warga dari kecamatan lain. Mengenai klasifikasi pesantren, jika merujuk pada klasifikasi pesantren yang dikemukakan oleh Zamakhsyari Mas’ud, 2007: 20 Pesantren yang santrinya kurang dari seribu orang termasuk kategori pesantren kecil disamping itu pengaruhnya pun hanya sekitar kecamatan dan kabupaten, walaupun ada beberapa orang santri dari luar kabupaten. 88 Penyelenggaraan pendidikan di lembaga pesantren ini menggunakan 100 kurikulum Nasional dan 100 kurikulum kepesantrenan agama, sehingga banyak orang memberikan nama sebagai sekolah pendidikan plus. Kegiatan belajar mengajar formal berlangsung pada pagi, ketika sore siswa yang tinggal di asrama di bebaskan melakukan aktifitas. Sedangkan pada waktu subuh, ada kalanya santri melanjutkan membaca dan menghapal Al-Quran atau ceramah dari pihak pesantren. Kegiatan tersebut walaupun belum maksimal dalam arti pembinaan yang melibatkan seluruh guru dari jam formal atau pun pembina khusus tahfidh, namun pesantren terus berupaya untuk memaksimalkan kegiatan pembinaan akhlak ini dari berbagai lini, termasuk lini pendidikan formal.Waktu belajar pada jam formal, terdapat muatan- muatan yang menekankan bahwa siswa atau santri harus hapal atau mengulang beberapa ayat sebelum jam pelajaran dimulai, hal ini bertujuan siswa ditekan-kan untuk selalu ingat dan terekam muatan ayat-ayat Al-Quran sebagaimana dipahami oleh beberapa pengurus sekolah atau Madrasah bahwa dengan pengulangan terus- menerus mereka yakin bahwa akan tumbuh kebiasaaan yang baik dan pula membantu kecerdasan dan kemampuan berfikir anak. Hal inilah salah satunya yang mendorong bahwa Al-Quran adalah kitab suci yang dapat membantu mencerdaskan, kuat ingatan, berakhlak baik, dengan tujuan itulah para siswa di tuntut untuk menghafal Al-Quran sesuai dengan kurikulum atau ketentuan madrasah. 89

2. Profil Pondok Pesantren Persatuan Islam Karangpawitan Garut