Kurikulum yang digunakan Pondok Pesantren

91 hoak yang melindungi gedung sekolah kususnya asrama dari panas matahari secara langsung. Seragam Madrasah Tsanawiyah ini juga berdeda, untuk santri perempuan memakai rok berwarna coklat, baju kurung warna krem serta kerudung warna kuning tua dengan cara dililit. Mereka menamakannya “kerudung hoas”.Sementara untuk santri laki-laki memakai celana berwarna coklat dengan baju berwarna putih dan memakai peci berwarna hitam. Seragam seperti ini cukup unik dan memiliki identias sendiri karena berbeda dengan madrasah lain pada umumnya yang memakai seragam berwarna putih dan biru. Ada beberapa istilah yang juga berbeda dengan madrasah lain pada umumnya. Untuk penamaan siswa, madrasah ini menggunakan istilah santriwan untuk siswa laki-laki dan santriwati untuk siswa perempuan.Untuk penamaan guru, biasa memanggil dengan sebutan Ustadz untuk guru laki-laki dan Ustadzah untuk guru perempuan.Dan untuk penamaan organisasi intra sekolah yang lebih dikenal dengan istilah OSIS, madrasah ini menggunakan istilah Rijaalul Ghad untuk santri laki-laki dan Ummahaatul Ghad untuk santri perempuan.

b. Kurikulum yang digunakan Pondok Pesantren

Pondok pesantren Persatuan Islam tingkat Madrasah Tsanawiyah Persatuan Islam dengan nomor statistik 21.2.32.07.18.012 menggunakan kurikulum dari Kementrian Agama yaitu KTSP dan Kurikulum Pesantren yang dibuat oleh internal Organisasi Persatuan Islam. KTSP itu sendiri merupakan seperangkat acuan dan 92 pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai santri, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah, santri lebih proaktif serta posisi guru hanya sebagai fasilitator saja. Lain halnya dengan kurikulum lokal.Kurikulum ini berfungsi sebagai acuan materi agama yang terdapat di internal Persatuan Islam yang harus dipahami oleh santri pada tingkat Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah.Kurikulum ini menjadi kewajiban bagi pondok pesantren yang berada dalam binaan organisasi masyarakat Persatuan Islam.Hal ini dilakukan supaya pesantren tidak kehilangan identitasnya sebagai lembaga pendidikan yang berbasis Agama Islam. Kurikulum lokal ini merupakan acuan yang lebih menekankan pada pengetahuan agama yang terdapat dalam kitab berbahasa Arab dan gundul tidak berharokat maka dibutuhkan suatu ilmu alat untuk membacanya, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Adapun materi dalam kurikulum pesantren ini adalah sebagai berikut: Nahwiyah, Sharf semacam ilmu alat untuk membantu cara membaca arab gundul atau bacaan arab tanpa harokat, dasar-dasar Ilmu Mustholah sebagai Ilmu untuk menelusuri sebuah hadist, apakah hadist tersebut shahih, dlaif, layin atau lembek atau bahkan tertolak, tahfidh Al-Qur’an, ilmu aqidah dan akhlak, serta bahasa arab arobiyatunnasyiin. 93 Materi-materi tersebut menjadi fokus utama daripada materi-materi umum. Karena selama ini kurikulum KTSP yang dikeluarkan oleh pemerintah dianggap kurang efektif digunakan di madrasah ini dibanding dengan kurikulum tahun 1994. Kurikulum yang dipergunakan di Madrasah Tsanawiyah saat ini memuat mata pelajaran khusus pondok pesantren yang dilaksanakan di luar jam formal seperti waktu sore hari magrib dan subuh, sedangkan mata pelajaran baku yang dikeluarkan oleh pemerintah dilaksanakan mulai dari jam tujuh tigapuluh pagi sampai jam satu siang. Adapun kegiatan ekstrakurikuler di madrasah ini di antaranya, malam bina iman dan taqwa atau MABIT, membaca Al-Quran sebelum jam pelajaran formal di mulai dan latihan membaca arab gundul. Dengan menggunakan kurikulum lokal dan keberadaan kegiatan ekstrakurikuler ini pemerintah sebenarnya terbantu dalam hal meningkatkan mutu pendidikan dan pemahaman terhadap agama Islam. Sehingga menghasilkan lulusan yang memahami dasar-dasar agama yang kuat, mampu bersaing dengan lulusan-lulusan yang lain serta ber akhlakul karimah.

c. Sarana dan Prasarana