Hubungan Antara Ketersediaan Tutup pada Kontainer dengan Kejadian Hubungan Antara Frekuensi Pengurasan Kontainer dengan Kejadian

58

D. Hubungan Antara Ketersediaan Tutup pada Kontainer dengan Kejadian

DBD Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan ketersediaan tutup pada kontainer menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersediaan tutup pada kontainer dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009 dimana nilai p = 0,001. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Pentingnya ketersediaan tutup pada kontainer sangat mutlak diperlukan untuk menekan jumlah nyamuk yang hinggap pada kontainer, dimana kontainer tersebut menjadi media berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti . Apabila semua masyarakat telah menyadari pentingnya penutup kontainer, diharapkan keberadaan nyamuk dapat diberantas, namun kondisi ini tampaknya belum dilaksakanakan secara maksimal. Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa dari 75 responden ada 36 responden 48,0 pernah sakit DBD dan tidak terdapat tutup pada kontainernya. Oleh sebab itu dengan kondisi tidak adanya tutup kontainer tersebut maka dapat menggambarkan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009 disebabkan oleh tidak adanya tutup pada kontainer. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arsin dan Wahiduddin 2004 tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian demam berdarah dengue DBD di Kota Makasar. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keberadaan tutup kontainer berhubungan dengan keberadaan vektor DBD. 59

E. Hubungan Antara Frekuensi Pengurasan Kontainer dengan Kejadian

DBD Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan frekuensi pengurasan kontainer menunjukkan bahwa frekuensi pengurasan kontainer mempunyai hubungan terhadap kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009 dimana nilai p = 0,027. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini bisa jadi disebabkan karena secara umum nyamuk meletakkan telurnya pada dinding tempat penampungan air, oleh karena itu pada waktu pengurasan atau pembersihan tempat penampungan air dianjurkan menggosok atau menyikat dinding- dindingnya Sutaryo, 2005. Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembangbiak di tempat itu. Pada saat ini telah dikenal pula istilah ”3M” plus, yaitu kegiatan 3M yang diperluas. Bila PSN DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk Aedes aegypti dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi Depkes RI, 2005. Kemauan dan tingkat kedisiplinan untuk menguras kontainer pada masyarakat memang perlu ditingkatkan, mengingat bahwa kebersihan air selain untuk kesehatan manusia juga untuk menciptakan kondisi bersih lingkungan. Dengan kebersihan lingkungan diharapkan dapat menekan terjadinya berbagai penyakit yang timbul akibat dari lingkungan yang tidak bersih. 60 Pengamatan selama penelitian menemukan data bahwa dari 75 responden penelitian ada 38 orang 50.7 melakukan pengurasan 1 kali dalam 1 minggu dan pernah sakit DBD. Kurangnya frekuensi pengurasan dapat mengakibatkan tumbuhnya jentik nyamuk untuk hidup dan dapat memicu terjadinya kasus demam berdarah dengue. Oleh karena itu frekuensi pengurasan pada kontainer yang lebih banyak dilakukan lebih dari 1 kali dalam 1 minggu memicu munculnya kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arsin dan Wahiduddin 2004 tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian demam berdarah dengue di Kota Makasar. Hasil penelitiannya adalah faktor pengurasan kontainer memiliki pengaruh terhadap kejadian demam berdarah dengue.

F. Hubungan Antara Pengetahuan Responden tentang DBD dengan

Dokumen yang terkait

Hubungan Kondisi Perumahan dengan Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang Kabupaten Inderagiri Hilir Riau Tahun 2012

1 59 132

Kepadatan Jentik Penular Demam Berdarah Dengue (DBD) Antara Desa Endemis Dan Non Endemis Serta Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Tahun 2000

0 32 97

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan Tembelahan Kota Kecamatan Tembelahan Kabupaten Endragem Heler Propinsi Riau Tahun 2003

1 64 85

Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor Kota Medan Tahun 2009

0 28 88

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

0 2 16

PENDAHULUAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

0 2 5

HASIL PENELITIAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

0 0 7

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

1 1 13

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KAB. JENEPONTO ipi165800

0 0 6

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO KECAMATAN PACITAN TAHUN 2009

0 1 12