60 Pengamatan selama penelitian menemukan data bahwa dari 75
responden penelitian ada 38 orang 50.7 melakukan pengurasan 1 kali dalam 1 minggu dan pernah sakit DBD. Kurangnya frekuensi pengurasan
dapat mengakibatkan tumbuhnya jentik nyamuk untuk hidup dan dapat memicu terjadinya kasus demam berdarah
dengue.
Oleh karena itu frekuensi pengurasan pada kontainer yang lebih banyak dilakukan lebih dari 1 kali
dalam 1 minggu memicu munculnya kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arsin dan Wahiduddin 2004 tentang faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian demam berdarah
dengue
di Kota Makasar. Hasil penelitiannya adalah faktor pengurasan kontainer memiliki pengaruh terhadap
kejadian demam berdarah
dengue.
F. Hubungan Antara Pengetahuan Responden tentang DBD dengan
Kejadian DBD
Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan tingkat pengetahuan tentang DBD menunjukkan bahwa faktor pengetahuan mempunyai hubungan
terhadap kejadian DBD di Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan tahun 2009 dimana nilai p = 0,030. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima. Hasil penelitian pengetahuan responden tentang DBD dikatakan
kurang sebanyak 33 orang 44,0 dengan responden pernah sakit DBD.
61 Menurut Notoatmodjo 2003, pengetahuan merupakan respon seseorang
terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung, sedangkan tindakan nyata seseorang yang belum otomatis terwujud sebagai respons
terhadap stimulus merupakan
overt behaviour
. Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, dimana pengetahuan kesehatan akan
berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah
intermediate impact
dari pendidikan kesehatan, selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai
keluaran dari pendidikan. Faktor pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan
seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka wawasan yang dimilikinya akan semakin luas sehingga pengetahuan pun juga akan
meningkat, sebaliknya rendahnya pendidikan seorang ibu akan mempersempit wawasannya sehingga akan menurunkan tingkat pengetahuan terhadap
masalah kesehatan. Reponden yang berpendidikan tinggi akan cenderung memiliki wawasan yang luas serta mudah dalam menerima informasi dari luar,
seperti dari televisi, koran, dan majalah. Pada tingkat pendidikan menengah, seseorang telah mempunyai
wawasan dan tingkat pengetahuan yang cukup baik sehingga terbuka terhadap hal-hal baru, termasuk juga responden untuk berusaha menjaga kebersihan
disekitar lingkungan rumahnya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berhubungan dengan sikap kesehatan masyarakat, sehingga
berpengaruh pada pembentukan sikap dan perilaku seseorang terkait dengan
62 tingkat pengetahuan dan wawasannya dalam melakukan pencegahan dan
penanggulangan terhadap kejadian DBD. Oleh karena itu responden dengan latar belakang berpendidikan SMA ke bawah, memungkinkan cara pandang
untuk mencegah terjadinya demam berdarah
dengue
masih belum optimal. Oleh karena itu kurangnya tingkat pengetahuan responden tentang DBD dapat
menyebabkan peningkatan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.
Hasil penelitian ini sejalan dengan peneltian yang dilakukan oleh Duma,
et al
2007 tentang analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah
dengue
di Kecamatan Baruga Kota Kendari. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan berupa faktor pengetahuan berhubungan
dengan kejadian demam berdarah
dengue
di Kecamatan Baruga Kota Kendari.
G. Keterbatasan Penelitian