Psikologis Terhadap Keputusan Pembelian DeodorantRexona Pada Mahasiswa Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
prerumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakahsikapdan psikologisberpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian
deodorantRexona pada mahasiswa Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara”
1. 3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sikap dan psikologis terhadap keputusan pembelian produk deodorant Rexona pada mahasiswa
Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang dapat dijadikan
sebagai bahan acuan untuk terus meningkatkan kualitas produk dan lebih memahami kebutuhan konsumen yang akhirnya berguna bagi tujuan jangka
panjang perusahaan.
2. Bagi peneliti
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti khususnya dalam bidang manajemen pemasaran dan juga merupakan pendalaman
ilmu yang diperoleh peneliti selama proses kuliah dengan menerapkan teori-teori dan menghubungkannya dengan kenyataan serta dapat memberikan suatu
pembelajaran yang lebih mengenai keputusan pembelian. 3. Bagi peneliti lain
Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi peneliti yang lain dalam menganalisis perilaku konsumen untuk pengembangan lebih lanjut.
BAB II
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Uraian Teoritis 2.1.1
Pengertian Keputusan Pembelian.
Keputusan pembelian purchase decision konsumen adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen benar-benar membeli
produk Kotler dan Armstrong, 2001:226. Pada tahap evalusi, konsumen membentuk preferensi terhadap merek-merek yang terdapat pada perangkat
pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk tujuan membeli untuk merek yang paling disukai. Walaupun demikian, dua faktor dapat memengaruhi tujuan
membeli dan keputusan membeli .
Faktor pertama adalah sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain akan mengurangi alternatif pilihan seorang akan tergantung
pada dua hal, yaitu : 1. Intensitas sikap negatif orang lain tersebut terhadap alternatif pilihan
konsumen. 2. Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut. Semakin
tinggi intensitas sikap negatif orang lain tersebut akan semakin dekat hubungan orang tersebut dengan konsumen, maka semakin basar kemungkina konsumen
akan menyesuaikan tujuan pembeliannya Setiadi, 2003:17. Menurut Kotler 2002:226, keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh
faktor kedua yaitu nilai inti.Nilai intiyaitu sistem kepercayaan yang melandasi sikap dan perilaku konsumen. Nilai inti itu jauh lebih dalam daripada perilaku
atau sikap, dan pada dasarnya menentukan pilihan dan keinginan orang dalam jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian.
Setiadi 2005:16-20 menyebutkan tahapan-tahapan proses pengambilan keputusan pembelian, secara umum proses itu dapat dilihat pada Gambar 2.1
sebagai berikut: 2
3
Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Sumber :Setiadi 2005:16
Gambar diatas menyiratkan bahwa konsumen melewati kelima tahap seluruhnya pada setiap pembelian. Adapun dalam pembelian yang lebih rutin,
konsumen sering kali melompati atau membalik beberapa tahap ini. Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pengenalan Masalah. Proses membeli diawali pada saat pembeli menyadari adanya masalah
kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh
rangsangan internal dari kebutuhan normal seseorang atau rangsangan eksternal seseorang yaitu rasa lapar, dahaga, atau seks sehingga suatu tingkatan kebutuhan
tertentu dan berubah menjadi dorongan.
2. Pencarian Informasi. Pengenalan
masalah Pencarian
informasi Evaluasi
Alternatif Keputusan
Membeli Perilaku
sesudah pembelian
Universitas Sumatera Utara
Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Kita dapat membedakan dua tingkatan yaitu
tingkat pencarian informasi yang sedang–sedang saja yang disebut perhatian yang meningkat. Pencarian informasi aktif dimana ia mencari bahan–bahan bacaan,
menelpon teman-temannya dan melakukan kegiatan mencari untuk mempelajari yang lain.
3. Evaluasi Alternatif . Bagaimana konsumen memproses informasi tentang pilihan merek untuk
membuat keputusan akhir. Ternyata, tidak ada proses evaluasi yang sederhana dan tunggal yang digunakan oleh konsumen bahkan oleh satu konsumen pada seluruh
situasi pembeli. Sekarang sifat kognitif, yaitu perusahaan memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama pada pertimbangan yang
sadar dan rasional. 4. Keputusan Membeli.
Pada tahap evaluasi konsumen membentuk preferensi terhadap merek– merek pada perangkat pilihan. Konsumen juga membentuk tujuan pembeli untuk
mereka yang paling disukai. Walaupun demikian, dua faktor berikut dapat mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli. Faktor yang utama
adalah sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain akan mengurangi alternatif pilihan seseorang akan tergantung pada intensitas sikap negatif orang lain
terhadap alternatif yang paling disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semakin tinggi intensitas sikap orang lain tersebut
akan semakin dekat hubungan orang tersebut dengan konsumen, maka semakin
Universitas Sumatera Utara
besar kemungkinan konsumen akan menyesuaikan tujuan pembeliannya. Tujuan pembelian dipengaruhi juga oleh faktor-faktor keadaan yang tidak terduga.
Konsumen membentuk tujuan pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk
yang diharapkan. Pada saat konsumen ingin bertindak, faktor-faktor keadaan yang tidak terduga mungkin timbul dan mengubah tujuan membeli.
5. Perilaku Sesudah Membeli. Sesudah melakukan pembelian tehadap suatu produk, konsumen akan
mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen juga akan terlibat dalam tindakan sesudah pembelian dan penggunaan produk yang akan
menarik minat pemasar. 6. Keputusan Sesudah Membeli.
Setelah membeli suatu produk seseorang konsumen akan mendeteksi adanya cacat produk. Beberapa pembeli tidak menginginkan produk cacat
tersebut, yang lainnya akan bersikap netral dan beberapa bahkan melihat cacat itu sebagai sesuatu yang dapat meningkatkan nilai dari produk.
7. Tindakan–Tindakan Sesudah Membeli. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen pada suatu produk akan
mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Jika konsumen merasa puas maka ia akan memperlihatkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli produk itu
kembali. Konsumen yang tidak puas akan berusaha mengurangi ketidakpuasannya karena kodrat manusia untuk menciptakan keserasian, konsisten dan keselarasan
diantara pendapat, pengetahuan dan nilai-nilai pada dirinya.
Universitas Sumatera Utara
8. Penggunaan dan Pembuangan Setelah Pembelian . Pemasar juga mengontrol bagaimana pembeli menggunakan dan
membuang suatu produk. Apabila konsumen menemukan cara penggunaan yang baru, maka hal ini harus menarik minat pemasar karena penggunaan baru dapat
diiklankan.
2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen .
Perilaku membeli konsumen consumer buying behaviour merujuk pada perilaku membeli konsumen akhir-individu dan rumah tangga yang membeli
barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Seluruh konsumen akhir yang digabungkan akan membentuk pasar konsumen consumer market Kotler dan
Armstrong, 2001:195 Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dapat
diukur melalui empat determinan menurut Kotler 2002: 190 yaitu: 1. Faktor Budaya.
a. Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang.
b. Sub budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu : kelompok nasionalis, kelompok keagamaan, kelompok RAS dan kelompok grafis.
c. Kelas sosial adalah kelompok-kelompok yang relative homogeny dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, tersusun secara hierarki dan
keanggotaanya memiliki nilai, minat, dan perilaku yang serupa. 2. Faktor Sosial.
Universitas Sumatera Utara
a. Kelompok sosial terdiri dari suatu kelompok yang mempunyai pengaruh langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.
b. Keluarga dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu keluarga orientasi yakni merupakan orang tua dari seseorang dan keluarga prokreasi yakni
pasangan hidup anak-anak seseorang keluarga merupakan organisasi pembeli dan konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan ditelitui sedara
intensif. c. Peran dan dan status seseorang dapat diidentifikasi sebagai posisi seseorang
dalam tiap kelompok. 3. Faktor Pribadi.
a. Umur dan tahapan dalam siklus hidup membentuk konsumsi seseorang. b. Pekerjaan
c. Sikap d. Keadaan ekonomi seseorang terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan
tingkatannya, satbilitasnya, dan polanya, tabungan dan hartanya termasuk presentase yang mudah dijadikan uang, kemampuan untuk meminjam dan
sikap terhadap mengeluarkan uang tabungan. e. Gaya hidup seseorang.
4. Faktor Psikologis a. Motivasi adalah dorongan yang timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu
seperti rasa lapar, haus, dan rasa nyaman.
Universitas Sumatera Utara
b. Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan dan informasi untuk menciptakan
suatu gambaran yang timbul dari pengalaman. c. Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul
dari pengalaman. d. Kepercayaan merupakan suatu gagasan desktriptif yang dimiliki oleh
seseorang terhadap sesuatu. Menurut Kotler 2000:247-249, ada beberapa jenis perilaku keputusan
konsumen, antara lain sebagai berikut: 1. Perilaku pembelian kompleks.
Pembeli cenderung menyadari adanya perbedaan nyata antara berbagai merek. Perilaku membeli ini terjadi pada waktu membeli produk-produk yang
mahal, tidak sering dibeli, beresiko dan dapat mencerminkan diri pembelinya, seperti mobil, televisi, pakaian, jam tangan, komputer pribadi dan lain-lain.
2. Perilaku pembeli yang mengurangi ketidak sesuaian. Perilaku membeli mempunyai keterlibatan yang tinggi dan konsumen
menyadari hanya sedikit perbedaan antara berbagai merek. Perilaku membeli ini terjadi untuk pembelian produk yang mahal, tidak sering dilakukan, beresiko, dan
membeli secara relatif cepat, karena perbedaan merek tidak terlihat. 3. Perilaku pembelian menurut kebiasaan.
Dalam hal ini konsumen membeli suatu produk berdasarkan kesetiaan terhadap merek. Konsumen memilih produk secara berulang bukan karena merek
produk tetapi karena mereka sudah mengenal produk tersebut.
Universitas Sumatera Utara
4. Perilaku pembelian mencari variasi. Beberapa situasi pembelian ditandai dengan keterlibatan konsumen yang
rendah tetapi perbedaan merek bersifat nyata. Disini konsumen terlihat melakukan banyak peralihan merek. Konsumen memiliki sedikit kepercayaan, memilih
sebuah merek tanpa terlalu banyak mengevaluasi selama mengkonsumsi dan memakai sebuah produk.
2.1.4 Pengertian Sikap
Menurut Kotler 2002:200 Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan
bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan. Menurut Engel dalam Sumarwan 2003:136 menyatakan bahwa sikap adalah apa yang konsumen
sukai dan tidak sukai sedangkan, menurut Allport dalam Setiadi 2003 : 214, sikap adalah suatu mental dan syaraf sehubungan dengan kesigapan untuk
menanggapi, diorganisasi, melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku.
2.1.5 Komponen Sikap
Tiga komponen pembentuk sikap adalah Simamora, 2003:12 yaitu: 1. Komponen Kognitif Cognitive Component.
Komponen ini terdiri dari kepercayaan konsumen dan pengetahuan tentang obyek. Kepercayaan tentang atribut suatu produk biasanya dievaluasi secara
alami. Semakin positif kepercayaan terhadap suatu merek maka komponen
Universitas Sumatera Utara
kognitif akan terdukung yang pada akhirnya akan mendukung keseluruhan dari sikap itu.
2. Komponen Afektif Affective Component. Perasaan dan reaksi emosional dari suatu objek menunjukkan komponen
afektif dari sikap. Misalnya konsumen mengatakan “saya menyukai produk A”. Itu merupakan hasil dari emosi atau evaluasi afektif dari suatu produk. Evalusi ini
terbentuk tanpa adanya informasi kognitif kepercayaan tentang produk tersebut. Atau merupakan hasil evalusi dari penampilan produk pada setiap atributnya.
Kebanyakan kepercayaan tentang produk berhubungan dengan reaksi afektif. Misalnya air mineral yang mempunyai harga Rp. 1000 sampai Rp.2000 dapat
menghasilkan reaksi positif harga dianggap murah, atau reaksi negatif harga terlalu mahal. Hal ini akan mempengaruhi bagaimana kita bereaksi terhadap
produk itu sendiri 3. Komponen Konatif KonatifComponent.
Komponen ini adalah respons dari seseorang terhadap obyek atau aktivitas. Seperti keputusan untuk membeli atau tidaknya suatu produk akan
memperlihatkan komponen konatif. Komponen Konatif atau tindakan dapat dilihat dari adanya maksud untuk membeli.
Adapun karakteristik sikap seseorang terdiri dari : a. Sikap memiliki obyek.
Artinya sikap itu harus terkait dari obyek yang dituju, obyek tersebut bisa terkait dengan berbagai konsep konsumsi dan pemasaran seperti produk,
merek, iklan, harga, dan kemasan, penggunaan, media dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
b. Konsistensi sikap. Konsistensi sikap adalah gambaran perasaan dari seorang konsumen, dan
perasaan tersebut akan direfleksikan oleh perilakunya, karena itu sikap memiliki konsistensi dengan perilaku.
c. Sikap positif, negatif, dan netral. Menunjukkan adanya rasa menyukai terhadap sesuatu sikap positif, rasa tidak
menyukai suatu produk sikap negatif dan tidak memiliki sikap sikap netral. d. Intensitas Sikap.
Terdapat derajat tingkat kesukaan terhadap suatu produk, maka dapat diungkapkan melalui intensitas sikapnya.
e. Resistensi Sikap. Resistensi sikap adalah seberapa besar sikap konsumen bisa berubah karena
alasan tertentu. f. Persistensi Sikap.
Persistensi sikap adalah karakteristik sikap yang menggambarkan bahwa sikap akan berubah karena berlalunya waktu.
g. Keyakinan Sikap. Keyakinan sikap adalah kepercayaan konsumen mengenai kebenaran sikap
yang dimilikinya. h. Sikap dan Situasi.
Sikap seseorang terhadap suatu obyek sering kali muncul dalam konteks situasi, hal ini berarti situasi akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap
suatu obyek.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Psikologis.
Satu perangkat proses psikologis berkombinasi dengan karakteristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan
pembelian. tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan pemasaran luar dan keputusan pembelian
akhir Kotler, 2002: 226
Pilihan pembelian seseorang konsumen dipengaruhi empat faktor psikologis yang utama Setiadi 2003: 94 yaitu:
1. Motivasi Kebutuhan yang mendorong seseorang secara kuat mencari kepuasan atas
kebutuhan tersebut. Kebutuhan berubah menjadi motif kalau merangsang sampai tingkat intensitas yang mencukupi. Motif adalah kebutuhan yang cukup
menekan untuk mengarahkan seseorang mencapai kepuasan. 2. Persepsi
Menurut Kotler 2002:199, persepsi adalah proses menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasi, informasi guna membentuk gambaran yang berarti
tentang dunia. Bagaimana orang bertindak dipengaruhi oleh persepsinya mengenai sesuatu. Dua orang dengan motivasi yang sama dan dalam situasi
yang sama mungkin mengambil tindakan yang jauh berbeda karena mereka memandang situasi dengan cara yang berbeda. Seseorang yang termotivasi
bertindak akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi seseorang terhadap suatu obyek akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi
memiliki sifat subjektif. Persepsi akan dibentuk oleh seseorang dipengaruhi
Universitas Sumatera Utara
oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya. Selain itu satu hal yang yang perlu diperhatikan dari persepsi adalah bahwa persepsi secara substansil bisa sangat
berbeda dengan realitas. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda atas obyek yang sama karena tiga proses persepsi antara lain : perhatian selektif,
distorsi selektif, dan ingatan selektif Kotler 2002:198. a Perhatian Selektif.
Orang terlibat kontak dengan rangsangan yang sangat banyak setiap hari. Tantangan yang sesungguhnya adalah menjelaskan rangsangan mana
yang akan diperhatikan oleh orang-orang. Ada beberapa temuan antara lain: orang lebih cenderung memperhatikan rangsangan yang mereka
antisipasi, orang lebih cenderung memperhatikan rangsangan dengan deviasi yang besar dibandingkan dengan ukuran rangsangan normal.
b Distorsi Selektif. Distorsi selektif adalah kecenderungan orang untuk mengubah
informasi menjadi bermakna pribadi dan menginterpretasikan informasi itu dengan cara yang akan mendukung pra-konsepsi mereka.
c Ingatan selektif. Orang akan melupakan banyak hal yang mereka pelajari namun
cenderung akan mengingat hal-hal baik yang disebutkan tentang produk yang bersaing.
Universitas Sumatera Utara
3. Pembelajaran Perubahan perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh pengalaman.
Kebanyakan perilaku manusia dapat dipelajari. Teori pembelajaran percaya bahwa pengetahuan dihasilkan melalui dorongan, rangsangan, petunjuk, respon, dan
penguatan kembali. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil dari belajar. Dalam mengkonsumsi produk, konsumen akan mempertimbangkan manfaat yang
diperolehnya. Oleh karena itu kualitas produk sangat menentukan apakah konsumen akan memberikan respon positif atau negatif. Respon positif akan
terjadi ketika konsumen merasa puas, akibatnya probabilitas konsumen melakukan pembelian ulang semakin tinggi. Sementara itu konsumen akan
memberikan respon negatif jika respon atas tindakan itu tidak memuaskan. 4. Keyakinan
Menurut Kotler 2000:199, Keyakinan belief adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang sesuatu hal, sedangkan menurut Setiadi
2003:377 Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dipertahankan seseorang mengenai sesuatu. Perusahaan maupun pabrikan sangat tertarik pada keyakinan
yang ada dalam pikiran orang-orang tentang produk dan jasa mereka. Keyakinan ini membentuk citra produk dan merek, dan orang akan bertindak berdasarkan
citra tersebut. Jika beberapa keyakinan salah dan menghambat pembelian, Perusahaan akan meluncurkan kampanye untuk mengoreksi keyakinan tersebut.
Dengan demikian, Keyakinan belief terhadap suatu produk atau merek dapat mempengaruhi keputusan konsumen.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Penelitian Terdahulu