39
- Tipe I
Tipe ini digunakan untuk melihat pengaruh penciptaan lapangan kerja akibat perubahan output suatu sektor sebesar satu satuan.
- Tipe II
Tipe ini digunakan untuk mengetahui pengaruh perubahan lapangan kerja akibat perubahan output suatu sektor sebesar satu satuan dan memasukan
efek induksi konsumsi.
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian dengan menggunakan Analisis Input Output telah banyak dilakukan. Penelitian dengan menggunakan analisis ini pada umumnya
mempelajari bagaimana pengaruh suatu sektor dalam perekonomian, melihat keterkaitan antar sektor dalam perekonomian, dampak penyebaran sektor-sektor
tersebut, serta efek pengganda yang ditimbulkan suatu sektor dalam perekonomian.
Penelitian yang menganalisis peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi dengan menggunakan alat Analisis Input Output sudah pernah dilakukan
sebelumnya. Nugroho 2002
16
meneliti tahap industrialisasi sektor pertanian serta dampak investasi dan peranannya dalam perekonomian Propinsi Jawa Tengah.
Penelitian tersebut menggunakan Tabel Input Output updating Jawa Tengah
16
Bramantyo Tri Adi Nugroho. 2003. Tahap Industrialisasi Sektor Pertanian Serta Dampak In- vestasi dan Peranannya Dalam Perekonomian Provinsi Jawa Tengah Analisi Input Output.
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian IPB.
40
Tahun 1998. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah masih cukup besar walaupun sektor tersebut tidak menjadi
sektor ungulan dalam Provinsi Jawa Tengah. Hal ini di buktikan dari pembentukan output sektor pertanian menduduki peringkat kedua. Nilai
keterkaitan ke depan langsung maupun langsung dan tidak langsung lebih besar daripada keterkaitan ke belakangnya. Hal ini menunjukkan bahwa output
pertanian lebih banyak digunakan sebagai input bagi sektor-sektor lain. Analisis pengganda sektor pertanian relatif rendah dibandingkan sektor lainnya. Analisis
koefisien pertanian menunjukkan bahwa industrialisasi yang terjadi di sektor pertanian masih belum maju.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Nurlela 2003
17
, melihat dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Barat. Penelitian
tersebut menggunakan Tabel Input Output Provinsi Jawa Barat Tahun 2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterkaitan ke depan sektor pertanian berada pada
peringkat kedua dan keterkaitan kebelakang berada pada peringkat ke delapan dari sepuluh sektor perekonomian. Berdasarkan analisis dampak penyebaran,
subsektor pertanian berada pada peringkat ke delapan koefisien penyebaran dan peringkat ketiga kepekaan penyebaran dari sepuluh sektor yang ada. Analisis
pengganda menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki nilai relatif rendah untuk pengganda output, pengganda pendapatan, dan tenaga kerja.
17
Fitri Nurlela. 2003. Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat Analisis Input Output. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian IPB.
41
Penelitian-penelitian terdahulu untuk selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 2.2. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak dari aspek
cakupan wilayah penelitiannya. Penelitian-penelitian terdahulu cakupan wilayah penelitiannya pada tingkat provinsi sedangkan penelitian ini cakupan
penelitiannya pada tingkat nasional. Ada beberapa penelitian terdahulu yang menganalisis sektor pertanian dengan cakupan wilayah penelitiannya sama
dengan penelitian ini yaitu secara nasional, akan tetapi penelitian terdahulu menganalisis sektor pertanian dari permasalah yang berbeda.
Berdasarkan studi literatur penelitian terdahulu bahwa analisis keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor-sektor lain dan pengaruhnya terhadap
perekonomian Indonesia dengan menggunakan Tabel Input Output 2005 klasifikasi 9 sektor belum pernah dilakukan.
42
Tabel 2.2 Penelitian-Penelitan Terdahulu Nama
Judul Tabel IO
Hasil Penelitian Deskripsi
1. Dyah Ayu Mariana
Handari 2006
Dampak Investasi di
Sektor Pertanian
Terhadap Perekonomian
di Indonesia Tabel IO
Indonesia Updating
Tahun 2003 Klasifikasi
27 sektor a Analisis Keterkaitan:
1. Langsung ke Depan: 0,46 2. Langsung dan Tidak Langsung ke
Depan: 2,02 3. Langsung ke Belakang: 0,25
4. Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang: 1,45
b Analisis Penyebaran: 1. Penyebaran ke Depan: 1,06
2. Penyebaran ke Belakang: 0,76 c Analisis Pengganda:
1. Pengganda Output: Tipe I: 1,45
Tipe II: 1,80 2. Pengganda Pendapatan:
Tipe I: 1,38 Tipe II: 1,66
3. Pengganda Tenaga Kerja: Tipe I: 1,19
Tipe II: 1,27 d Analisis Dampak Investasi menunjukkan
bahwa sub sektor dari sektor pertanian yang memiliki nilai investasi yang baik
adalah sub sektor perkebunan. a Nilai langsung dan tidak langsung
ke depan sektor pertanian sebesar 2,02 berada pada urutan ketiga
terbesar dari klasifikasi 10 sektor. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sektor pertanian dapat mendorong pertumbuhan
sektor hilirnya
melalui penyediaan input jika dibandingkan
dengan sektor-
sektor lain. Kemudian, nilai
langsung dan tidak langsung ke belakang sektor pertanian sebesar
1,45 berada
pada urutan
kesembilan. Hal
tersebut menunjukkan
bahwa sektor
pertanian kurang
mampu merangsang pertumbuhan sektor-
sektor hulunya
melalui penggunaan
input jika
dibandingkan dengan
sektor- sektor lain.
b Analisis penyebaran menunjukkan bahwa sektor pertanian lebih
mampu untuk
mendorong pertumbuhan
seluruh sektor
43
hilirnya dibandingkan
merangsang pertumbuhan seluruh sektor hulunya.
c Analisis Pengganda menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki
efek pengganda yang rendah baik pengganda output, pendapatan
maupun tenaga kerja terhadap sektor-sektor lain.
2. Siera Aninditha
Casandri Putri 2008
Peran Sektor Pertanian
Terhadap Perekonomian
Provinsi Bangka
Belikung Tabel IO
Bangka Belitung
Tahun 2005 klasifikasi 9
sektor a Analisis Keterkaitan:
1. Langsung ke Depan: 0,18 2. Langsung dan Tidak Langsung ke
Depan: 1,26 3. Langsung ke Belakang: 0,09
4. Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang: 1,12
b Analisis Penyebaran: 1. Penyebaran ke Depan: 0,92
2. Penyebaran ke Belakang: 0,81 c Analisis Pengganda:
1. Pengganda Output: Tipe I:1,06
Tipe II: 1,13 2. Pengganda Pendapatan:
Tipe I:1,11 Tipe II:1,26
3. Pengganda Tenaga Kerja: Tipe I:1,04
Tipe II:1,08 a Nilai langsung dan tidak langsung
ke depan sektor pertanian sebesar 1,26 berada pada urutan ketujuh
dari klasifikasi 9 sektor. Hal tersebut
menunjukkan bahwa
sektor pertanian kurang dapat mendorong pertumbuhan sektor
hilirnya melalui penyediaan input jika dibandingkan dengan sektor-
sektor lain. Kemudian,
nilai langsung dan tidak langsung ke
belakang sektor pertanian sebesar 1,12
berada pada
urutan kedelapan.
Hal tersebut
menunjukkan bahwa
sektor pertanian
kurang mampu
merangsang pertumbuhan sektor- sektor
hulunya melalui
penggunaan input
jika dibandingkan
dengan sektor-
44
sektor lain. b Analisis penyebaran menunjukkan
bahwa sektor pertanian lebih mampu
untuk mendorong
pertumbuhan sektor
hilirnya dibandingkan
merangsang pertumbuhan sektor
hulunya walaupun
jika dibandingkan
dengan sektor-
sektor lain dampak penyebaran sektor pertanian masih sangat
rendah. c Analisis Pengganda menunjukkan
bahwa sektor pertanian memiliki efek pengganda yang rendah baik
pengganda output, pendapatan maupun tenaga kerja terhadap
sektor-sektor lain.
3. Dyah Hapsari
Amalina S. 2008
Pengaruh Keterkaitan
Antar Sektor Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
Daerah Tabel IO
Provinsi Tahun 2000
a Analisis keterkaitan sektor industri pengolahan dengan sektor pertanian
dalam perekonomian
daerah menunjukkan
keterkaitan total
ke belakang dan keterkaitan ke depan yang
tinggi terdapat pada provinsi Lampung, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan,
dan Sumatera
Utara. Sedangkan
keterkaitan total ke belakang dan keterkaitan total ke depan yang rendah
45
terdapat pada Provinsi Maluku Utara, NTT, Kalimantan Barat, Jawa Barat,
Jawa Timur, dan Banten. b Analisis keterkaitan sektor industri
pengolahan dengan sektor perdagangan, hotel, restoran dalam perekonomian
daerah menunjukkan bahwa tidak ada provinsi dalam penelitian yang memiliki
keterkaitan total ke belakang dan keterkaitan total ke depan yang tinggi.
Semua provinsi yang diteliti memiliki keterkaitan total ke belakang dan ke
depan yang rendah.
4. Annisa Kurniawati
2008 Analisis Peran
Perkebunan dan Industri
Minyak Kelapa Sawit
Terhadap Perekonomian
Indonesia Tahun 2005
Tabel IO Indonesia
Tahun 2005 Klasifikasi
66 sektor a Analisis Keterkaitan Perkebunan Kelapa
Sawit: 1. Langsung ke Depan: 0,2
2. Langsung dan Tidak Langsung ke Depan: 1,3
3. Langsung ke Belakang: 0,32 4. Langsung dan Tidak Langsung ke
Belakang: 1,52 Analisis Keterkaitan Industri Kelapa Sawit:
1. Langsung ke Depan: 0,312 2. Langsung dan Tidak Langsung ke
Depan: 1,47 3. Langsung ke Belakang: 0,64
4. Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang: 2,16
a Analisis keterkaitan menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit
dan industri kelapa sawit memiliki keterkaitan ke belakang dan
kedepan yang
tinggi baik
langsung maupun langsung dan tidak
langsung. Ini
artinya, perkebunan kelapa sawit maupun
industri kelapa
sawit dapat
mendorong dan
merangsang pertumbuhan sektor hulu dan
hilirnya. bAnalisis
dampak penyebaran
menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit dan industri kelapa
sawit memiliki daya penyebaran
46
b Analisis Penyebaran Perkebunan Kelapa Sawit:
1. Penyebaran ke Depan: 0,88 2. Penyebaran ke Belakang: 1,03
Analisis Penyebaran Industri Kelapa Sawit: 1. Penyebaran ke Depan: 1,00
2. Penyebaran ke Belakang: 1,47
c Analisis Pengganda Perkebunan Kelapa Sawit:
1. Pengganda Output: Tipe I:1,52
Tipe II: 1,69 2. Pengganda Pendapatan:
Tipe I:2,20 Tipe II:2,60
3. Pengganda Tenaga Kerja: Tipe I:1,10
Tipe II:1,14 Analisis Pengganda Industri Kelapa Sawit:
1. Pengganda Output: Tipe I:2,16
Tipe II: 2,26 2. Pengganda Pendapatan:
Tipe I:10,06 Tipe II:11,83
3. Pengganda Tenaga Kerja: Tipe I:7,29
Tipe II:1,08 ke belakang dan ke depan yang
tinggi. Artinya, ketika perkebunan kelapa sawit dan industri kelapa
sawit dapat
tumbuh dan
berkembang maka sektor-sektor tersebut dapat mendorong dan
merangsang pertumbuhan seluruh sektor dalam perekonomian.
c Analisis pengganda menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit
dan industri kelapa sawit memiliki nilai pengganda pendapatan yang
lebih besar dibandingkan dengan pengganda output dan pengganda
tenaga kerjanya. Akan tetapi jika dibandingkan
dengan sektor-
sektor lainnya
dalam perekonomian, efek pengganda
perkebunan kelapa sawit dan industri kelapa sawit masih sangat
rendah.
47
2.8 Kerangka Pemikiran Operasional