71
4.2.2 Keterkaitan ke Belakang Sektor Pertanian dengan Sektor Lainnya da- lam Perekonomian Indonesia
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat nilai koefisien teknis pada keterkaitan ke belakang langsung sektor pertanian dengan sektor lainnya dan nilai matrik
kebalikan leontif pada keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung sektor pertanian dengan sektor lainnya dalam perekonomian Indonesia. Semakin besar
nilai koefisien teknis atau matrik kebalikan leontif keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung antara sektor pertanian dengan sektor tertentu maka
semakin besar pula keterkaitan antar sektor tersebut. Semakin besar keterkaitan ke belakang antara sektor pertanian dengan sektor tertentu tersebut maka semakin
besar pula ketergantungan sektor pertanian dalam menggunakan output yang dihasilkan oleh sektor tertentu untuk digunakan sebagai input dalam proses
produksi sektor pertanian.
Tabel 4.7 Keterkaitan ke Belakang Sektor Pertanian Terhadap Sektor Lainya dalam Perekonomian Indonesia Tahun 2005
Sumber: Tabel Input Output Indonesia 2005, klasifikasi 9 sektor diolah
Sektor Lainnya Sektor Pertanian
Keterkaitan Kebelakang Langsung
Peringkat Langsung dan
Tidak Langsung Peringkat
Pertambangan dan Galian
8 0,0093
8 Industri Pengola-
han 0,0879
1 0,1358
1 Listrik, Gas, Air
0,0005 7
0,0037 7
Bangunan 0,0088
5 0,0116
5 Perdagangan, Ho-
tel, Restoran 0,0226
2 0,0358
2 Angkutan
dan Komunikasi
0,0107 4
0,0197 4
Keuangan dan
Jasa Persewaan 0,0134
3 0,0255
3 Jasa-Jasa
0,0051 6
0,0106 6
Rata-rata 0,0186
0,0315
72
Pada Tabel 4.9 dapat dilihat nilai rata-rata keterkaitan total ke belakang langsung sebesar 0,0186, nilai keterkaitan ke belakang langsung yang lebih besar
dari nilai rata-rata keterkaitan totalnya adalah nilai keterkaitan ke belakang langsung antar sektor pertanian dengan industri pengolahan yaitu sebesar 0,0879
dan nilai keterkaitan ke belakang langsung antar sektor pertanian dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 0,0226. Ini artinya keterkaitan
antara sektor pertanian dengan sektor industri pengolahan maupun sektor pertanian dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki keterkaitan ke
belakang langsung yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian menggunakan output barang atau jasa sektor industri pengolahan dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran sebagai input dalam proses produksi sangat besar jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian. Nilai
keterkaitan langsung ke belakang tersebut memiliki arti, misalnya nilai keterkaitan ke belakang langsung sektor pertanian dengan sektor industri pengolahan sebesar
0,0879. Nilai ini mengartikan bahwa apabila terjadi perubahan atau peningkatan terhadap permintaan akhir sektor pertanian sebesar satu rupiah maka secara
langsung output sektor industri pengolahan akan meningkat sebesar 0,0879 rupiah. Dengan demikian, ketika sektor pertanian dapat tumbuh dan berkembang
maka sektor tersebut dapat merangsang secara langsung pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Untuk keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung antara sektor pertanian dengan sektor lainnya memiliki nilai rata-rata keterkaitan total sebesar
0,0315 lihat Tabel 4.7. Nilai keterkaitan ke belakang langsung dan tidak lang-
73
sung yang lebih besar dari nilai rata-rata keterkaitan total tersebut adalah nilai ke- terkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri pengolahan yaitu sebesar
0,1358, dan nilai keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 0,0358. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa
keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung antara sektor pertanian den- gan sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, sangat
tinggi jika dibandingkan dengan sektor lainnya dalam perekonomian. Nilai keter- kaitan ke belakang langsung dan tidak langsung memiliki arti misalnya keterkai-
tan ke belakang langsung dan tidak langsung antara sektor pertanian dengan sek- tor industri pengolahan sebesar 0,1358. Nilai ini mengartikan bahwa apabila
terjadi perubahan atau peningkatan terhadap permintaan akhir sektor pertanian sebesar satu rupiah maka secara langsung dan tidak langsung output sektor
industri pengolahan akan meningkat sebesar 0,13587 ripiah. Keterkaitan ke belakang dapat dicontohkan misalnya antara sektor pertanian dengan sektor
industri pengolahan dimana output dari sektor industri pengolahan seperti pupuk, bibit benih, mesin pertanian, traktor dan lain sebagainya yang digunakan oleh
sektor pertanian dalam proses produksi. Dengan demikian, ketika sektor pertanian dapat tumbuh dan berkembang maka sektor tersebut dapat merangsang secara
langsung dan tidak langsung pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
4.3 Analisis Dampak Penyebaran
Analisis dampak penyebaran digunakan untuk mengetahui distribusi ke- gunaan dari pembangunan suatu sektor terhadap perkembangan seluruh sektor
74
dalam perekonomian Indonesia. Analisis ini dapat memberi informasi seberapa jauh suatu sektor dapat mendorong atau merangsang seluruh sektor dalam pereko-
nomian terkait perannya sebagai penyedia input antara ataupun pengguna input antara ketika sektor tersebut tumbuh apakah seluruh sektor dalam perekonomian
dapat tumbuh juga. Analisis ini merupakan pengembangan dari analisis langsung keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang karena mem-
bandingkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan ke bela- kang dikali jumlah seluruh sektor yang ada dengan total nilai keterkaitan langsung
dan tidak langsung ke depan dan ke belakang seluruh sektor. Oleh karena itu, ana- lisis dampak penyebaran dapat dibagi menjadi dua mekanisme yaitu melalui koe-
fisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. Koefisien penyebaran digunakan untuk melihat distribusi kegunaan dari suatu pembangunan sektor tertentu terkait
kontribusinya sebagai penyedia input bagi sektor lain dalam perekonomian. Se- dangkan kepekaan penyebaran digunakan untuk melihat distribusi kegunaan dari
suatu pembangunan sektor tertentu terkait kontribusinya sebagai pengguna output sektor lain untuk dijadikan input bagi sektor itu sendiri.
4.3.1 Koefisien Penyebaran Daya Penyebaran Kebelakang