Koefisien Penyebaran Daya Penyebaran Kebelakang

74 dalam perekonomian Indonesia. Analisis ini dapat memberi informasi seberapa jauh suatu sektor dapat mendorong atau merangsang seluruh sektor dalam pereko- nomian terkait perannya sebagai penyedia input antara ataupun pengguna input antara ketika sektor tersebut tumbuh apakah seluruh sektor dalam perekonomian dapat tumbuh juga. Analisis ini merupakan pengembangan dari analisis langsung keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang karena mem- bandingkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan ke bela- kang dikali jumlah seluruh sektor yang ada dengan total nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang seluruh sektor. Oleh karena itu, ana- lisis dampak penyebaran dapat dibagi menjadi dua mekanisme yaitu melalui koe- fisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. Koefisien penyebaran digunakan untuk melihat distribusi kegunaan dari suatu pembangunan sektor tertentu terkait kontribusinya sebagai penyedia input bagi sektor lain dalam perekonomian. Se- dangkan kepekaan penyebaran digunakan untuk melihat distribusi kegunaan dari suatu pembangunan sektor tertentu terkait kontribusinya sebagai pengguna output sektor lain untuk dijadikan input bagi sektor itu sendiri.

4.3.1 Koefisien Penyebaran Daya Penyebaran Kebelakang

Nilai koefisien penyebaran diperoleh dari penjumlahan seluruh nilai keter- kaitan kebelakang langsung dan tidak langsung matrik kebalikan leontif yang dikalikan dengan jumlah seluruh sektor klasifikasi 9 sektor, kemudian dibagi dengan nilai total keterkaitan langsung dan tidak langsung. Sektor yang memiliki nilai koefisien penyebaran yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa sektor 75 tersebut memiliki kemampuan meningkatkan pertumbuhan seluruh sektor hulunya yaitu sektor yang menyediakan input bagi sektor tersebut kemampuan menarik. Pada Tabel 4.8, dapat dilihat nilai koefisien penyebaran sektor-sektor pe- rekonomian Indonesia. Sektor pertanian memiliki koefisien penyebaran sebesar 0,83310. Hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian kurang mampu untuk mena- rik pertumbuhan seluruh sektor hulunya ketika sektor pertanian dapat tumbuh dengan baik. Sektor pertanian memiliki keterkaitan ke belakang yang tinggi den- gan sektor hulunya yaitu sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran baik keterkaitan ke belakang langsung maupun keterkaitan ke bela- kang langsung dan tidak langsung akan tetapi dengan sektor hulu yang lain sektor pertanian tidak memiliki keterkaitan yang tinggi. Oleh karena itu, nilai dari koefi- sien penyebaran tersebut dapat menunjukan bahwa sektor pertanian tidak memili- ki kemampuan yang signifikan untuk dapat meningkatkan pertumbuhan seluruh sektor yang menjadi sektor hulunya ketika sektor tersebut tumbuh dan berkem- bang. Tabel 4.8 Nilai Koefisien Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Indo- nesia Tahun 2005 Sektor Penyebaran Kebelakang Pertanian 0,83310 Pertambangan dan Galian 0,75279 Industri pengolahan 1,07396 Listrik, Gas, Air 1,25756 Bangunan 1,14766 Perdagangan, Hotel, Restoran 0,99745 Angkutan dan Komunikasi 1,03743 Keuangan dan Jasa Persewaan 0,88608 Jasa-Jasa 1,01396 Sumber: Tabel Input Output Indonesia 2005, klasifikasi 9 sektor diolah 4.3.2 Kepekaan Penyebaran Daya Penyebaran Kedepan 76 Nilai kepekaan penyebaran diperoleh dari penjumlahan seluruh nilai ke- terkaitan ke depan langsung dan tidak langsung matrik kebalikan leontif yang dikalikan dengan jumlah seluruh sektor klasifikasi 9 sektor, kemudian dibagi dengan nilai total keterkaitan langsung dan tidak langsung. Sektor yang memiliki nilai kepekaan penyebaran yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki kemampuan meningkatkan pertumbuhan sektor hilirnya yaitu sektor yang menggunakan output dari sektor tersebut kemampuan mendorong. Pada Tabel 4.9, dapat dilihat nilai kepekaan penyebaran sektor-sektor pe- rekonomian Indonesia. Sektor pertanian memiliki kepekaan penyebaran sebesar 0,94362. Hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian kurang mampu untuk medo- rong pertumbuhan seluruh sektor hilirnya ketika sektor pertanian dapat tumbuh dengan baik. Sama halnya dengan nilai koefisien penyebaran penyebaran kebela- kang, nilai kepekaan penyebaran menunjukan bahwa sektor pertanian juga tidak memiliki kemampuan untuk dapat meningkatkan pertumbuhan seluruh sektor yang menjadi sektor hilirnya ketika sektor tersebut tumbuh dan berkembang. Tabel 4.9 Nilai Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Indo- nesia Tahun 2005 Sektor Penyebaran Kedepan Pertanian 0,94362 Pertambangan dan Galian 0,94826 Industri pengolahan 1,90430 Listrik, Gas, Air 0,80588 Bangunan 0,72343 Perdagangan, Hotel, Restoran 0,96799 Angkutan dan Komunikasi 0,88255 Keuangan dan Jasa Persewaan 1,00711 Jasa-Jasa 0,81686 Sumber: Tabel Input Output Indonesia 2005, klasifikasi 9 sektor diolah 77 Dari hasil analisis diatas menunjukan bahwa sektor pertanian memiliki daya penyebaran kebelakang dan kedepan yang rendah dalam perekonomian In- donesia. Artinya, sektor pertanian masih cukup rendah untuk mendorong atau me- rangsang pertumbuhan seluruh sektor dalam perekonomian. Akan tetapi berdasar- kan hasil dari analisis dampak penyebaran tersebut, sektor pertanian memiliki kemampuan mendorong yang lebih besar jika dibandingkan dengan kemampuan menariknya. Dapat ditunjukan dari nilai kepekaan penyebaran yang lebih besar daripada nilai koefisien penyebarannya. Hal ini menunjukan bahwa sektor perta- nian lebih banyak memberikan output nya kepada sektor lain untuk diolah ketim- pang menggunakan input dari sektor lain untuk dijadikan input bagi sektor terse- but. 4.4 Analisis Pengganda Tujuan analisis ini adalah untuk melihat dampak perubahan dari peningka- tan permintaan akhir suatu sektor yang pengaruhnya terhadap pertumbuhan out- put, pendapatan, dan tenaga kerja seluruh sektor perekonomian. Oleh karena itu, analisis pengganda dapat dibagi menjadi pengganda output, pengganda pendapa- tan, dan pengganda tenaga kerja. Analisis pengganda tersebut dibagi menjadi dua lagi yaitu pengganda tipe I dan pengganda tipe II. Pengganda tipe I diperoleh dari pengolahan lebih lanjut dari matrik kebalikan leontif terbuka. Sedangkan pengganda tipe II diperoleh dari matrik kebalikan leontif tertutup dengan memasukan rumah tangga sebagai endo- genous dari model. Pada pengganda output baik tipe I maupun tipe II, dampak diukur untuk tiap satu satuan perubahan output, sedangkan pada pengganda pen- 78 dapatan tipe I dan tipe II diukur tiap satu satuan pendapatan dan pada pengganda tenaga kerja tipe I dan tipe II diukur tiap satu satuan tenaga kerja. Tabel 4.10 Nilai Pengganda Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Sek- tor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005 Sektor Pengganda Output Pengganda Pendapatan Pengganda Tenaga Kerja Tipe I Tipe II Tipe I Tipe II Tipe I Tipe II Pertanian 1,3399 1,7620 1,2890 1,6783 1,1165 1,2190 Pertambangan dan Galian 1,2107 1,4805 1,2608 1,6417 1,9354 4,4800 Industri Pe- ngolahan 1,7273 2,1251 1,9626 2,5554 4,3126 5,8967 Listrik, Gas, Air 2,0226 2,4466 2,2864 2,9770 5,7867 9,9437 Bangunan 1,8458 2,3163 1,8656 2,4291 2,7077 3,9835 Perdagangan, Hotel, Resto- ran 1,6042 2,1134 1,5106 1,9668 1,4784 1,9028 Angkutan dan Komunikasi 1,6685 2,1907 1,7091 2,2253 1,6787 2,4604 Keuangan dan Jasa Per- sewaan 1,4251 1,8473 1,4641 1,9063 1,4324 2,0867 Jasa-Jasa 1,6308 2,5004 1,2639 1,6457 1,7998 3,1700 Sumber: Tabel Input Output Indonesia Tahun 2005, klasifikasi 9 sektor diolah 4.4.1 Pengganda Output Berdasarkan Tabel multiplier diatas, sektor pertanian memiliki nilai peng- ganda output tipe I sebesar 1,3399 dan pengganda output tipe II sebesar 1,7620. Nilai pengganda output tipe I menunjukan bahwa setiap peningkatan permintaan akhir dari sektor pertanian sebesar satu rupiah maka akan meningkatkan output seluruh sektor dalam perekonomian sebesar 1,3399 rupiah. Sedangkan nilai peng- 79 ganda output tipe II menunjukkan bahwa setiap peningkatan permintaan akhir dari sektor pertanian yang diakibatkan dari meningkatnya konsumsi rumah tangga pa- da sektor tersebut yaitu sebesar satu rupiah maka akan meningkatkan output di seluruh sektor perekonomian sebesar 1,7620 rupiah. Nilai-nilai pengganda tersebut sangat rendah jika dibandingkan dengan sektor-sektor lain. Sektor pertanian berada pada urutan kedelapan baik dari peng- ganda I maupun pengganda II. Berdasarkan hasil dari analisis penyebaran yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sektor pertanian memiliki kemampuan men- dorong atau merangsang pertumbuhan seluruh sektor dalam perekonomian sangat rendah ketika sektor pertanian itu sendiri dapat meningkat. Sama halnya yang ter- dapat pada analisis penyebaran tersebut, analisis pengganda output menunjukan bahwa meningkatnya permintaan akhir dari sektor pertanian menyebabkan output seluruh sektor dalam perekonomian meningkat akan tetapi jumlahnya sangat kecil sekali jika dibandingkan dengan sektor-sektor lain.

4.4.2 Pengganda Pendapatan