12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian
Dalam penelitian ini, sektor-sektor perekonomian diklasifikasikan ke dalam 9 sektor perekonomian. Sembilan sektor perekonomian itu adalah sektor
pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan atau konstruksi, sektor perdagangan,
hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa.
Sektor pertanian memiliki cabang-cabang sektor atau sub sektor yang membentuk sektor pertanian tersebut. Sub sektor tersebut adalah sub sektor
tanaman pangan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan dan hasilnya, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan.
Pembagian sub sektor tersebut sama hal nya terkait definisi pertanian itu sendiri. Menurut BPS 2003, pertanian adalah semua kegiatan yang meliputi
penyediaan komoditi tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Semua kegiatan penyediaan tanaman bahan makanan,
perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan itu dilakukan secara sederhana, yang masih menggunakan peralatan tradisional
3
.
3
Badan Pusat Statistik. 2003. Statistik Pertanian 2003. BPS, Jakarta. Hal. 26.
13
Dengan demikian, sektor pertanian menjadi variabel dalam penelitian ini yang akan dilihat pengaruhnya terhadap kedelapan sektor lainnya dalam
perekonomian Indonesia.
2.2. Konsep Perhitungan Pendapatan Nasional
Pembangunan dapat diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat statis dalam kurun
waktu yang cukup lama dapat menciptakan dan mempertahankan kenaikan pendapatan nasional. Diperlukan suatu ukuran dalam mengidentifikasi
pembangunan suatu negara. Ukuran yang sering digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan adalah Produk Domestik Bruto PDB. PDB
dalam bidang ekonomi adalah nilai seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu yang sering dijadikan sebagai metode untuk
menghitung pendapatan nasional
4
. Dalam pemahaman ekonomi makro, PDB dapat dipelajari dengan
pendekatan dari sisi penerimaan, pengeluaran, dan produksi. Menghitung nilai PDB dengan pendekatan pengeluaran dapat dinotasikan dalam bentuk PDB =
konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + ekspor-impor. Konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi adalah
pengeluaran yang dilakukan oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah adalah pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah serta ekspor dan impor adalah
pengeluaran bersih atas perdagangan luar negeri. Menghitung nilai PDB dengan
4
Gregory Mankiw. 2005. Teori Makroekonom. Edisi ke-5. Erlangga, Jakarta. Hal. 16.
14
pendekatan pendapatan juga dapat dinotasikan dalam bentuk PDB = sewa + upah + bunga + laba. Sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti
tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha
5
. Pendekatan produksi dapat digunakan untuk melihat peran suatu sektor
dari sisi output, pendapatan, dan tenaga kerja. Nilai PDB juga dapat diperoleh dari penjumlahan nilai tambah barang dan jasa akhir dalam produksi barrang dan jasa
dari berbagai sektor perekonomian
6
. Selama hampir setengah abad, perhatian utama masyarakat perekonomian
dunia tertuju pada cara-cara untuk mempercepat pertumbuhan pendapatan nasional. Meskipun demikian, selama perkembangan ilmu pengetahuan ekonomi,
para teoritikus ilmu pengetahuan masa kini masih menyempurnakan makna, hakikat, dan konsep pertumbuhan ekonomi. Ini dipahami karena ketika banyak di
antara negara-negara Dunia Ketiga berhasil mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi sesuai target mereka, namun gagal memperbaiki taraf hidup
sebagian besar penduduknya. Hal ini menunjukkan bahwa ada yang salah dalam definisi pertumbuhan ekonomi yang dianut selama ini.
Nilai PDB belum dapat mencerminkan kondisi atau peran menyeluruh sektor-sektor ekonomi dalam perekonomian. Nilai PDB menunjukkan
perkembangan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi untuk konsumsi akhir berupa konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi
5
Ibid. Hal. 18-19
6
Ibid.
15
dan ekspor impor. Nilai PDB juga diperoleh dari penjumlahan nilai tambah dalam produksi barang dan jasa dari berbagai sektor perekonomian. Nilai PDB tidak
dapat melihat kontribusi suatu sektor terkait perannya dalam menyediakan barang dan jasa antara bagi sektor-sektor lain dalam perekonomian. Hal ini dipahami
karena contohnya sektor pertanian dalam proses pembangunan ekonomi memiliki pengaruh terhadap sektor-sektor lain terkait penyediaan input antara bagi sektor
lain atau pun sebaliknya penggunaan input antara dari sektor lain. Untuk itu, PDB bukan merupakan indikator tunggal untuk melihat peran menyeluruh suatu sektor.
2.3 Konsep Keterkaitan