Model-Model Implementasi Kebijakan bahan pendidikan

Gambar 6 : Model Sistem Sumber Wahab 1989 : 82

2.4. Model-Model Implementasi Kebijakan

Konsep implementasi kebijakan publik yang telah dipaparkan di atas, maka mengkaji lebih mendalam berikut dikemukakan tiga model implementasi kebijakan yaitu : 1 Model Meter dan Van Horn, 2 Model Grindle dan 3 Model Sahatier dan Mazmanian. 1. Model Kebijakan Mater dan Van Horn Model Meter dan Horn dalam Ayub 2005 : 4 merumuskan sebuah abstraksi yang memperlihatkan antara berbagai faktor yang mempengaruhi hasil atau kerja suatu kebijakan, implementasi kebijakan yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja yang tinggi berlangsung dalam hubungan berbagai faktor. Dalam teorinya Meter danVan Horn yang beranjak dari suatu argumen 24 Tuntutan – tuntutan Dokumen sumber – sumber Proses – prose konversi pengambilan keputusan dsb Lingkungan Masukan – Masukan Sistem Politik Keluaran kebijaksanaan Lingkungan Hasil Akhir Kebijaksanaan Lingkungan Lingkungan bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses implemtasi akan dipengaruhi oleh sifat kebijakan yang akan dilaksanakan. Mereka menawarkan suatu pendekatan untuk menghubungkan antara isu kebijakan dengan prestasi kerja. Kedua ahli ini menegaskan bahwa perubahan, kontrol dan kepatuhan bertindak merupakan konsep penting dalam prosedur-prosedur implementasi. Meter dan Van Horn berusaha membuat tipologi kebijakan menurut : 1 jumlah masing-masing perubahan yang akan dihasilkan, 2 jangkauan atau proses implementasi. Alasannya adalah bahwa proses implentasi itu akan dipengaruhi oleh dimensi-dimensi kebijakan semacam itu, dalam artian bahwa implementasi kebanyakan akan berhasil apabila perubahan yang dikehendaki relatif sedikit, sementara kesepakatan terhadap tujuan, terutama dari mereka yang mengoperasikan program relatif lebih tinggi Wahab, 1997 : 78. Pemahaman tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan kebijakan adalah penting, karena bagaimanapun juga implementasi kebijakan yang berhasil bisa juga gagal ketika para pelaksana tidak sepenuhnya menyadari terhadap standar dan tujuan kebijakan. 2. Model Grindle Implementasi kebijakan menurut Grindle ditentukan oleh isi kebijakan dan konek implementasi. Pernyataan Grindle ini kiranya tidak jauh berbeda dengan penjelasan Meter dan Van Horn, setidak-tidaknya melihat implementasi dalam keterpengaruhannya oleh lingkungan. 25 Pendapat mereka tidak jauh dengan gagasan yang selama ini telah berkembang dalam studi-studi kelembagaan. Studi ini melihat adanya tiga dimensi analisis dalam suatu organisasi yakni : tujuan, pelaksanaan tugas dan organisasi dengan lingkungan. Ayub, 2005 : 4 Ide dasar Grindle adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan menjadi implementasi kebijakan dilakukan, tetapi ini tidak berjalan mulus, dan konteks kebijakannya. Isi kebijakan mencakup 1 kepentingan yang berpengaruh oleh kebijakan, 2 jenis manfaat yang akan dihasilkan, 3 derajat perubahan yang diinginkan, 4 kedudukan pembuat kebijakan, 5 siapa pelaksana program dan 6 sumberdaya yang dikerahkan. Kebijakan yang menyangkut banyak kepentingan yang salinng berbeda lebih sulit diimplentasikan dibandingkan yang menyangkut sedikit kepentingan. 3. Model Sabatier dan Mazmanian Sabatier dan Mazmanian dalam Stilman 1988 : 379-300 meninjau implementasi dari kerangka analisisnya. Model ini dikenal dan dianggap sebagai salah satu model top-down palingg maju, karena telah mencoba mensitesiskan ide- ide dari pencetus teori model top-down dan button up menjadi enam kondisi bagi implementasi kebijakan yang efektif, apabila : 1. Tujuan-tujuan bersifat konsisten dan jelas, sehingga mereka bisa memberi standar evaluasi dan sumber yang legal. 2. teori kuasal yang memadai, sehingga menjamin bahwa kebijakan memiliki teori yang akurat bagaimana melakukan perubahan. 26 3. Standar organisasi disusun secara legal, guna mengupayakan kepatuhan bagi pelaksana kebijakan dan kelompok sasaran. 4. Para implementator punya komitmen dan ketrampilan dalam menerapkan kebebasan yang dimilikinya, guna mewujudkan tujuan kebijakan. 5. Dukungan dari kelompok-kelompok kepentingan dan kekuasaan dalam legislatif dan eksekutif. 6. Perubahan kondisi sosial ekonomi yang tidak menghilangkan dukungan kelompok keluasaan atau memperlemah teori kausal yang mendukung kebijakan tersebut. Kedua tokoh ini menyadari bahwa bila kondisi-kondisi di atas terpengaruhi bukan berati ada jaminan mutlak bahwa implementasi itu akan benar-benar berjalan efektif. Ada faktor-faktor lain yang harus diperhatikan, faktor-faktor tersebut oleh Sabatier dan Mazmanian disebut sebagai bagian dari kondisi.

2.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan