6. Efesiensi pendidikan Masalah efesiensi berkenaan dengan seberapa sumber-sumber pontesial
pendidikan, baik yang bersifat manusiawi maupun non manusiawi yang sangat terbatas, dapat dioptimalkan penggunaannya.
Di era-era belakangan ini, keadaan dunia senantiasa perubahan terus. Perubahan tersebut berlangsung cepat, menyeluruh, mendalam dan serba tak terduga.
Cepat, karena perubahan tersebut tak pernah dapat diikuti oleh mereka yang turut terlibat, apalagi oleh yang tak pernah terlibat. Menyeluruh, kerena perubahan
tersebut menyangkut hampir segala aspek kehidupan dan sector di dunia ini. Mendalam, karena perubahan tersebut sampai ke detail-detail subjek yang sedang
atau lagi berubah. Serta tak terduga, karena perubahan-perubahan yang terjadi sering kali dapat diestimasi dan diramalkan secara jitu oleh ahli ramal di berbagai bidang,
biarpun hal tersebut dilakukan dengan menggunakan pendekatan apa pun.
2.7. Konsep Pendidikan Indonesia
Jika manusia Indonesia yang dibutuhkan dimasa depan diindikasikan oleh kualitas-kualitas sebagaimana disebutkan di atas, maka harus ada konsep pendidikan
yang relevan adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan kualitas pendidikan yang harus diprioritaskan.
Kualitas pendidikan sangat penting artinya, karena hanya manusia yang berkualitas saja yang bisa bertahan hidup di masa depan. Manusia yang dapat
bergumul dalam massa dimana dunia semakin sengit tingkat persaingannya 32
adalah manusia yang berkualitas. Manusia yang demikianlah yang diharapkan dapat bersama-sama manusia yang lain turut berpartisipasi dalam percaturan
dunia yang senantiasa berubah dan penuh teka-teki. 2. Peningkatan persiapan peserta didik menghadapi dunia yang selalu berubah.
Hal ini membawa konsekuensi logis bagi pemberian materi ajaran yang serba pasti. Anak didik harus sejak dini dilatih untuk menghadapi perubahan yang terus
menerus, karena dengan adanya pengalaman menghadapi perubahanlah mereka tidak kan terkejut dengan adanya perubahan-perubahan yang akan dialami
dimasyarakatnya kelak. Kemampuan yang pernah dimiliki ketika menghadapi perubahan di lembaga pendidikan, akan ditransfer kedalam dunia senyatanya
yang serba berubah dalam pengertian yang sebenarnya, dan bukan aritifisial. 3. Peningkatan kemandirian anak melalui pengajaran.
Ini harus menjadi kebijaksanaan pendidikan, mengingat manusia di masa depan yang dapat berkompetisi serta bias membawa bangsanya dalam percaturan dunia
yang sedang berubah, adalah manusia yang mandiri dan tidak tergantung. Manusia demikian hanya mungkin dihasilkan oleh lembaga pendidikan yang
ketika membelajarkan anak. Mengingat kemandirian sendiri berproses sangat lama dan banyak makan waktu, maka sejak di sekolah dasar pengajaran yang
mengarahkan perserta didik untuk dapat mandiri harus sudah dimulai. Prestasi anak di sekolah atau lembaga pendidikan antara lain juga harus dilihat dari sisi
kemandiriannya. Harus juga ada penghargaan kepada anak didik yang tinggi 33
tingkat kemandiriannya agar dapat memacu yang lain menjadi siswa atau peserta didik yang mandiri.
4. Mengarahkan anak didik di lembaga pendidikan kearah karya nyata. Ini harus dilakukan agar siswa didik sejak dini berlatih untuk banyak berkarya.
Kemampuan berkarya haruslah ditempatkan dalam proses kehormatan, karena orang yang berkaryalah yang dapat memberikan sumbangan langsung dan
bermanfaat bagi sesamanya. Kebiasaan berkarya yang dilakukan oleh anak di dunia pendidikan akan dapat diteruskan anak manakala telah kembali
kemasyarakat kelak. Penghargaan atas karya anak di sekolah haruslah tinggi, agar mereka terpacu terus untuk berkarya. Perlu juga ditanamkan bahwa kebanggaan
yang sangat besar banyak bergantung kepada banyak dan seberapa berkualitas karya seseorang. Evaluasi pendidikan dengan demikian juga harus banyak
diasentuasikan ke dalam kekaryaan yang dimiliki oleh anak didik. 5. Penanaman kedisiplinan yang tinggi kepada peserta didik di lembaga-lembaga
pendidikan Kedisiplinan demikian harus dimulai dari diri sendiri. Disiplin diri perlu. Agar
anak kelak di masyarakat terus-menerus menyumbangkan sesuatu yang berharga masyarakatnya. Tak ada waktu yang tak diisi dengan kebajikan buat sesamanya.
Kehidupan benar-benar dihabiskan di medan pengabdian sesuai dengan profesi mereka masing-masing.
34
6. Penanaman keimanan dam Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ini sangat diperlukan, agar ketika terlibat dalam arus percaturan dunia, dia
senantiasa mengendalikan diri agar tidak terjerembab ke dalam Lumpur kehidupan yang sesat. Bagaimanapun ia adalah makhluk beragama yang harus
menaati perintah tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Apa yang dia perbuat dengan demikian akan senantiasa memperoleh perkenaan-Nya.
7. Penanaman kesetiakawanan di antara teman sebangsa. Ini sangat penting oleh karena ia hidup dalam kerangka dan wadah nation yang
hamper setiap hari akan senantiasa berinteraksi dengan sesamanya. Interaksi dengan sesame ini mengingatkan yang bersangkutan pada hakikat dirinya, ialah
selain sebagai makhluk pribadi juga sekaligus sebagai makhluk social. Dengan demikian dalam konteks mahkluk social tersebut ia akan senantiasa bertanya
kepada dirinya sendiri, apakah yang sudah ia perbuat untuk sesamanya sebangsa dan setanah air.
2.8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses pendidikan