BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Pengertian Bank
Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku ini dipergunakan para bankir untuk melayani nasabah. Menurut Ajuha dalam Hasibuan
2004, bank menyalurkan modal dari mereka yang tidak dapat menggunakannya secara menguntungkan kepada mereka yang dapat membuatnya lebih produktif untuk
kepentingan masyarakat. Bank juga berarti saluran untuk menginvestasikan tabungan secara aman dan dengan tingkat bunga yang menarik.
Menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992, tanggal 25 Maret 1992 tentang perbankan yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998, bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka fungsi bank secara umum adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary.
2.1.2. Penggolongan Bank
Jenis bank bank berdasarkan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan
adalah: 1. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, di mana dalam pelaksanaan kegiatan usahanya dapat secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Bank umum merupakan bank yang pengumpulan dananya, terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito,
dan dalam usahanya memberikan kredit jangka pendek.
2. Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, yang dalam pelaksanaan kegiatan usahanya dapat secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Bank Perkreditan Rakyat hanya menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu. Sedangkan menurut kepemilikannya, bank terbagi menjadi 5, yaitu:
1. Bank milik PemerintahBank Persero adalah bank yang seluruh sahamnya
dimiliki pemerintah.
2. Bank milik Pemerintah Daerah adalah bank yang seluruh sahamnya
dimiliki pemerintah daerah.
3. Bank milik Swasta Nasional adalah bank yang seluruh sahamnya dimiliki
pahak swasta nasional.
4. Bank milik Koperasi adalah bank yang seluruh sahamnya dimiliki oleh
koperasi.
5. Bank AsingCampuran adalah bank yang seluruh sahamnya dimiliki pihak
asing atau sebagian sahamnya dimiliki pihak asing dan sebagian dimiliki
pihak swasta nasional Kasmir, 2002.
2.1.3. Fungsi Bank
Menurut UU No.10 tahun 1998, fungsi bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito, atau giro dan menyalurkannya kembali
kepada masyarakat yang membutuhkan, terutama untuk usaha-usaha produktif. Menurut Dendawijaya 2001, peranan bank adalah sebagai:
1. Agent of Trust
Dasar utama kegiatan bank adalah kepercayaan, dalam hal penghimpunan dana dan penyaluran dana. Masyarakat yang menyimpan uangnya di bank percaya
bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan percaya pada saat yang dijanjikan masyarakat
dapat menarik simpanannya. Pihak bank menyalurkan dananya pada debitur atas dasar kepercayaan bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjaman, akan
mengelola dana dengan baik, debitur mempunyai kemampuan mengembalikan
pinjaman saat jatuh tempo, dan bank percaya bahwa debitur memunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman saat jatuh tempo.
2. Agent of Development
Sektor riil dan moneter berinteraksi saling memengaruhi, sektor riil tidak dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Bank
sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil, sehingga masyarakat dapat melakukan investasi,
distribusi, dan konsumsi barang dan jasa. Kelancaran kegiatan investasi-distribusi- konsumsi merupakan kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.
3. Agent of Services
Bank menawarkan jasa-jasa yang lain selain penghimpunan dan penyaluran dana, misalnya jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian
jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.
2.1.4. Arsitektur Perbankan Indonesia API
API didirikan pada tanggal 9 Januari 2004 oleh Bank Indonesia. API merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat
menyeluruh dan memberikan arah, bentuk dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima samlai sepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan pengembangan
industri perbankan di masa datang yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh visi mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan
kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, yang didukung oleh enam pilar. Pilar pertama adalah struktur
perbankan yang sehat, pilar kedua adalah sistem pengaturan yang efektif, pilar ketiga adalah sistem pengawasan yang independen dan efektif, pilar keempat adalah industri
perbankan yang kuat, pilar kelima adalah infrastruktur pendukung yang mencukupi, dan pilar keenam adalah perlindungan konsumen. Guna mewujudkan visi API dan
sasaran yang ditetapkan, serta mengacu kepada tantangan-tantangan yang dihadapi perbankan, maka keenam pilar API akan dilaksanakan melalui program kegiatan
sebagai berikut : 1.
Program penguatan struktur perbankan nasional Bertujuan untuk memperkuat permodalan bank umum, yang dilakukan melalui:
penambahan modal baru, baik dari shareholder lama maupun investor baru; merger dengan bank atau beberapa bank lain untuk mencapai persyaratan modal minimum
baru; penerbitan saham baru atau secondary offering di pasar modal; penerbitan subordinated loan
. 2.
Program peningkatan kualitas pengaturan perbankan Bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengaturan serta memenuhi standar
pengaturan yang mengacu pada international best practice. Program tersebut dapat dicapai dengan penyempurnaan proses penyusunan kebijakan perbankan serta
penerapan 25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision secara bertahap dan menyeluruh.
3. Program peningkatan fungsi pengawasan
Bertujuan untuk meningkatkan independensi dan efektivitas pengawasan perbankan yang dilakukan oleh BI. Hal ini dicapai dengan peningkatan kompetensi pemeriksa
bank, peningkatan koordinasi antar lembaga pengawas, pengembangan pengawasan berbasis resiko, peningkatan pengawasan efektivitas enforcement, dan konsolidasi
organisasi sektor perbankan di BI. 4.
Program peningkatan kualitas manajemen dan operasional perbankan Bertujuan untuk meningkatkan good corporate governance GCG, kualitas
manajemen resiko dan kemampuan operasional manajemen. 5.
Program pengembangan infrastruktur perbankan Bertujuan untuk mengembangkan sarana-sarana pendukung operasional perbankan
yang efektif seperti credit bureau, lembaga pemeringkat kredit domestik, dan pengembangan skim penjaminan kredit.
6. Program peningkatan perlindungan nasabah
Bertujuan untuk memberdayakan nasabah melalui penetapan standar penyusunan mekanisme pengaduan nasabah, pendirian lembaga mediasi independen, peningkatan
transparansi informasi produk perbankan dan edukasi bagi nasabah.
2.1.5. Konsep Efisiensi Perbankan