Asset approach User cost approach Value added approach

laba tersebut. Penelitian ini tidak memakai ROA dan ROE karena kelemahan ROA dan ROE yang tidak bisa menggambarkan apakah sejumlah output yang dihasilkan melalui penggunaan sejumlah input sudah efisien. Juga tidak bisa mengetahui seberapa besar input harus dikurangi atau output harus ditambah agar suatu bank efisien. Penelitian ini tidak menggunakan standar akuntansi, tetapi dengan Data Envelopment Analysis DEA pada manajerial perbankan. DEA menggunakan multi input dan output untuk menjelaskan kinerja bank secara riil. DEA menghitung efisiensi teknis untuk seluruh unit, dalam hal ini unit adalah bank. Skor efisiensi untuk setiap unit adalah relatif, tergantung pada tingkat efisiensi dari unit-unit lainnya dalam sampel. Nilai efisiensi antara 0 dan 1, dimana satu menunjukkan efisiensi yang sempurna Haddad et al., 2003.

2.1.6. Metode Pengukuran Input-Output Perbankan

Menurut Berger dan Humphrey 1990 dalam Jasmina 1995, ada tiga metode untuk mengukur input-output perbankan, yaitu:

1. Asset approach

Fungsi utama bank adalah sebagai perantara bagi pemberi dana dan peminjam dana. Pinjaman dan aset dianggap sebagai output bank, karena mempunyai karakteristik output sebagai bentuk penggunaan terakhir dari penerimaan bank, sedangkan input-nya adalah deposito dan kewajiban, karena mempunyai karakteristik input , yaitu sebagai bahan baku raw material dari dana yang dapat dipinjamkan oleh bank. Asset approach tidak memperhitungkan biaya pelayanan, antara lain deposito, menyediakan likuiditas, membantu pembayaran, memberi bunga, dan jasa penyimpanan barang save deposit.

2. User cost approach

Input dan output ditentukan berdasarkan kontribusinya terhadap pendapatan bank. Aset diklasifikasikan sebagai output jika return finansial dari aset melebihi opportunity cost dari investasi. Kewajiban diklasifikasikan sebagai output jika biaya finansial dari kewajiban tersebut lebih kecil dari opportunity cost-nya. Dalam user cost approach , output merupakan komponen yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan bersih. Sebagian besar studi user cost approach mengklasifikasikan demand deposit sebagai output, di mana demand deposit termasuk kewajiban, tetapi dimasukkan sebagai output karena mempunyai kontribusi terhadap pendapatan bersih. Masalah dalam user cost approach adalah opportunity cost sulit dihitung atau pengukuran pendapatan finansial dan opportunity cost akan mengakibatkan timbulnya kesalahan pengukuran dan sensitivitas hasil perhitungan terhadap perubahan data. Selain itu, user cost approach tidak dapat mencerminkan kegiatan umum perbankan, seperti penyesuaian antara jangka waktu aset dan kewajiban untuk menurunkan risiko tingkat bunga, keputusan untuk memiliki aset dan kewajiban dengan likuiditas yang beragam dan pinjaman dengan tingkat risiko yang berbeda-beda.

3. Value added approach

Pada value added approach, bagian yang mempunyai nilai tambah yang cukup tinggi ditetapkan sebagai output yang penting. Besarnya nilai tambah ditentukan dengan menggunakan alokasi biaya operasional perbankan. Bagian lain yang mempunyai nilai tambah lebih kecil ditetapkan sebagai output tidak penting. Berger dan Humphrey 1990, mengklasifikasikan aktivitas di mana bank-bank menciptakan nilai tambah yang tinggi seperti deposito giro, tabungan, deposito berjangka dan pinjaman real estate, komersial, installment sebagai output utama, dengan tenaga kerja, modal, dan pembelian dana diklasifikasikan sebagai input. Ukuran output dapat digunakan dua cara, yaitu berdasarkan jumlah counted dan nilai value. Dalam cara yang pertama bank dianggap sebagai perusahaan yang ‘memproduksi’ giro, tabungan, deposito berjangka, pinjaman. Jumlah account untuk deposito dan pinjaman merupakan output dengan total biaya meliputi seluruh biaya operasional. Dalam cara yang kedua, bank sebagai pengumpul dana yang disalurkan menjadi pinjaman dan aset. Nilai dari account deposito dan pinjaman merupakan output dengan total biayanya adalah biaya operasional ditambah biaya bunga. Menurut Ferrier dan Lovell 1990 dalam Jasmina 1995 untuk mengukur efisiensi biaya perbankan, perhitungan dengan jumlah output lebih tepat karena cara ini langsung menghubungkan biaya operasional dengan produksi output perbankan, sedangkan perhitungan dengan nilai output lebih tepat untuk analisa tingkat competitiveness suatu bank karena cara ini lebih memperhatikan pengaruh dari nilai output perbankan terhadap biaya operasional. Tetapi data jumlah produk perbankan sangat sulit diperoleh, sehingga untuk analisis efisiensi biaya perbankan biasa digunakan nilai riil dari deposito dan pinjaman. Dalam proses intermediasi, deposito dimasukkan sebagai output perbankan dengan biaya bunga dan biaya operasional merupakan total biaya yang harus dikeluarkan untuk proses tersebut, tingkat suku bunga deposito tidak perlu dimasukkan sebagai harga input, karena di samping sudah diperhitungkan dalam biaya bunga, deposito juga telah dikategorikan sebagai output perbankan.

2.1.7. Penelitian Terdahulu