3. Program peningkatan fungsi pengawasan
Bertujuan untuk meningkatkan independensi dan efektivitas pengawasan perbankan yang dilakukan oleh BI. Hal ini dicapai dengan peningkatan kompetensi pemeriksa
bank, peningkatan koordinasi antar lembaga pengawas, pengembangan pengawasan berbasis resiko, peningkatan pengawasan efektivitas enforcement, dan konsolidasi
organisasi sektor perbankan di BI. 4.
Program peningkatan kualitas manajemen dan operasional perbankan Bertujuan untuk meningkatkan good corporate governance GCG, kualitas
manajemen resiko dan kemampuan operasional manajemen. 5.
Program pengembangan infrastruktur perbankan Bertujuan untuk mengembangkan sarana-sarana pendukung operasional perbankan
yang efektif seperti credit bureau, lembaga pemeringkat kredit domestik, dan pengembangan skim penjaminan kredit.
6. Program peningkatan perlindungan nasabah
Bertujuan untuk memberdayakan nasabah melalui penetapan standar penyusunan mekanisme pengaduan nasabah, pendirian lembaga mediasi independen, peningkatan
transparansi informasi produk perbankan dan edukasi bagi nasabah.
2.1.5. Konsep Efisiensi Perbankan
Bank dikatakan efisien bila dapat menjalankan fungsinya, khususnya fungsi intermediasi, dengan biaya serendah-rendahnya. Menurut Tobin 1984 dalam
Jasmina 1995, efisiensi perbankan dapat dilihat dari konsep functional efficiency dalam sistem keuangan. Dalam hal ini Tobin mengukur bagaimana sektor perbankan
menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, yang meliputi masalah pengambilan risiko, alokasi sumber daya, pemberian jaminan, administrasi
mekanisme pembayaran, dan mobilisasi tabungan untuk investasi. Dalam kondisi pasar persaingan sempurna, kemampuan perbankan untuk memperoleh keuntungan
menjadi ukuran kinerja performance bank. Tingkat efisiensi yang dicapai suatu bank merupakan cerminan dari kualitas
kinerja yang baik. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 610PBI2004, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh
terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui Penilaian Kuantitatif dan atau Penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan capital, kualitas aset assets
quality , manajemen management, rentabilitas earning, likuiditas liquidity dan
sensitivitas terhadap risiko pasar sensitivity to market risk. Penilaian Kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan proyeksi rasio-rasio keuangan
bank. Penilaian Kualitatif adalah penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil Penilaian Kuantitatif, penerapan manajemen resiko dan kepatuhan Bank.
Peringkat hasil akhir penilaian tingkat kesehatan bank disebut Peringkat Komposit. Kinerja bank selama ini diukur menggunakan standar akuntansi, misalnya
return on equity ROE, return on asset ROA, asset turn over dan atau return on
permanent capital . ROE dan ROA hanya menggambarkan tingkat pengembalian
laba, tidak menggambarkan tingkat efisiensi output perbankan yang menghasilkan
laba tersebut. Penelitian ini tidak memakai ROA dan ROE karena kelemahan ROA dan ROE yang tidak bisa menggambarkan apakah sejumlah output yang dihasilkan
melalui penggunaan sejumlah input sudah efisien. Juga tidak bisa mengetahui seberapa besar input harus dikurangi atau output harus ditambah agar suatu bank
efisien. Penelitian ini tidak menggunakan standar akuntansi, tetapi dengan Data Envelopment Analysis
DEA pada manajerial perbankan. DEA menggunakan multi input
dan output untuk menjelaskan kinerja bank secara riil. DEA menghitung efisiensi teknis untuk seluruh unit, dalam hal ini unit adalah bank. Skor efisiensi
untuk setiap unit adalah relatif, tergantung pada tingkat efisiensi dari unit-unit lainnya dalam sampel. Nilai efisiensi antara 0 dan 1, dimana satu menunjukkan efisiensi yang
sempurna Haddad et al., 2003.
2.1.6. Metode Pengukuran Input-Output Perbankan