Pola Pertumbuhan C. gracilis Uji Pendahuluan Range Finder Test

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pola Pertumbuhan C. gracilis

Berdasarkan hasil pengamatan, kepadatan kultur C. gracilis sebagai bagian dari persiapan uji toksisitas selama 7 hari diperoleh kurva pertumbuhan yang disajikan pada Gambar 2. Pola Pertumbuhan C.gracillis 200 400 600 800 1000 1200 1400 1 2 3 4 5 6 7 hari pengamatan k e pa da ta n x 1 4 s e l m l kultur minggu pertama kultur minggu kedua kultur minggu ketiga Gambar 2. Kurva pertumbuhan kultur C. gracilis selama 7 hari Menurut kurva pertumbuhan sel diatas, adaptasi kultur terjadi sampai hari ke-1. Pada hari ke-1 sampai hari ke-2 terjadi percepatan pertumbuhan, sedangkan pada permulaan hari ke-2 sampai hari ke-3 terjadi fase eksponensial, hari ke-3 sampai dengan hari ke-4 terjadi pengurangan laju pertumbuhan, hari ke-4 sampai hari ke-5 hampir tidak ada penambahan populasi stationary phase dan terjadi penurunan sel pada awal hari ke-5 menuju hari ke-7 Lampiran 5. Melalui kurva pertumbuhan sel C. gracilis terhadap waktu dapat diketahui waktu yang tepat untuk inokulasi di saat pertumbuhan C. gracilis pada puncaknya yaitu pada hari 3 sampai 4 dan dapat diketahui pola pertumbuhannya yaitu cenderung logaritmik sehingga memudahkan saat menganalisis data untuk perolehan nilai NOEC dan LOEC. Kultur ini dilakukan selama 3 kali. Hal ini untuk memastikan bahwa pada saat hari ke-4 C. gracilis telah mencapai kepadatan 10 6 selml sehingga memenuhi kriteria sebagai biota uji menurut Asean Canada CPMS-II,1995.

4.2 Parameter Kualitas Air

Kualitas air uji memiliki peranan yang penting dalam menentukan kelayakan habitat bagi biota uji. Beberapa parameter yang digunakan dalam penentuan kualitas air uji adalah suhu, salinitas, pH, dan oksigen terlarut. Hasil pengukuran kualitas air disajikan pada Tabel 5 dan 6. Tabel 5. Hasil pengukuran kualitas air pada uji toksisitas kadmium pada mikroalga C. gracilis. Konsentrasi mg CdL Konsentrasi aktual mg CdL pH DO mgL Temperatur C Salinitas 00 kontrol 8.13 6.21 24.1 34 0.56 0.56 8.14 6.3 24.2 34 1 0.92 8.15 6.32 24.2 34 1.8 1.7 8.19 6.3 24.2 34 3.2 3.2 8.15 6.31 24.1 34 5.6 4.9 8.17 6.37 24.2 34 Tabel 6. Hasil pengukuran kualitas air pada uji toksisitas timbale pada mikroalga C. gracilis. Konsentrasi nominal Pb mgL Konsentrasi aktual mg Pbl pH DO mgL Temperatur C Salinitas 00 kontrol 8.15 6.28 24.1 34 0.32 0.26 8.15 6.27 24.2 34 0.56 0.45 8.15 6.29 24.2 34 1 0.71 8.17 6.29 24.2 34 1.8 1.79 8.18 6.21 24.2 34 3.2 2.74 8.15 6.24 24.2 34

4.2.1 Suhu

Pada pengukuran kualitas air uji dengan toksikan kadmium dan timbal diperoleh suhu berkisar antara 24.1-24.2 o C. Nilai suhu air pada setiap konsentrasi kadmium dan timbal cenderung sama karena penelitian ini dilakukan di laboratorium sehingga perbedaan suhu dapat dikontrol. Kualitas air uji masih mendukung penelitian ini karena C. gracilis tumbuh optimal pada suhu 12-25 o C Bissinger et al., 2008.

4.2.2 Derajat Keasamaan pH

Derajat keasaman pH kualitas air uji pada masing-masing perlakuan kadmium dan timbal berkisar antara 8.13-8.18, sehingga kondisi ini merupakan kondisi yang layak untuk media pertumbuhan. pH untuk masing-masing perlakuan memiliki perbedaan yang relatif kecil karena dengan pemberian toksikan tidak secara langsung memberikan pengaruh terhadap perubahan pH pada media air uji dan C. gracilis dapat mentoleransi pH tersebut. Hal inilah yang akan memudahkan uji analisis berikutnya, dimana faktor yang benar-benar ingin dilihat adalah konsentrasi logam berat dan parameter kualitas air diasumsikan sama. Newel dan Newel 1977 in Darmayati et al., 1998 menyatakan bahwa diatom sangat dipengaruhi oleh pH air laut, akan tetapi pH dengan rentang 7.8-8.8 bukanlah suatu faktor pembatas untuk pertumbuhan diatom.

4.2.3 Salinitas

Hasil pengukuran salinitas pada media air uji untuk masing-masing perlakuan kadmium dan timbal adalah sama yaitu 34 0. Diharapkan nilai salinitas akan konstan selama uji berlangsung karena dengan penurunan nilai salinitas akan meningkatkan toksisitas logam. Lioa et all in Yuniananda 1996 mengemukakan bahwa salinitas minimum untuk pertumbuhan Chaetoceros sp adalah 6 , tetapi jenis diatom ini juga dapat tumbuh pada salinitas 50 0.

4.2.4 Oksigen Terlarut

Hasil pengukuran oksigen terlarut pada media air uji untuk masing-masing perlakuan kadmium dan timbal berkisar antara 6.21-6.37 mgl. Kondisi ini memungkinkan media air dijadikan media uji, karena menurut Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup No.51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut, oksigen terlarut yang diinginkan untuk biota laut lebih besar dari 5 mgl. Nilai oksigen terlarut pada suatu media akan berpengaruh terhadap tingkat toksisitasnya.

4.3 Uji Pendahuluan Range Finder Test

Uji ini dilakukan untuk mendapatkan kisaran konsentrasi akhir dari logam berat timbale yang akan digunakan untu uji definitive. Pada saat yang sama dilakukan pengukuran kualitas air uji. Tabel 7 menyajikan pengukuran kualitas air uji pendahuluan toksikan timbal pada C. gracilis dan Tabel 8 menyajikan hasil uji pendahuluan Tabel 7. Kualitas air uji pendahuluan toksisitas timbal pada C. gracilis Konsentrasi nominal mg CdL pH DO mgL Temperatur C Salinitas kontrol 8.09 6.21 26.3 33 0.01 8.14 6.23 26 33 0.1 8.16 6.06 25.8 33 1 8.18 6.02 26.1 33 10 8.16 6.01 26.1 33 100 7.89 6.08 26.3 33 Tabel 8. Persentase penghambatan kepadatan C. gracilis terhadap timbal pada uji pendahuluan Toksikan Konsentrasi nominal mgl Rata-rata jumlah sel x10 4 selml I S Timbal Pb kontrol 73.67 - - 0.01 58.91 20 - 0.1 53.67 27.2 - 1 30.42 58.7 - 10 52.17 29.2 - 100 93.92 - 27.5 I = persentase penghambatan inhibition S = Persentase rangsangan stimulation Tabel 7 menunjukkan bahwa parameter kualitas air tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan sel C. gracilis karena tiap – tiap parameter memiliki nilai yang hampir sama walaupun dikondisikan memiliki konsentrasi timbal yang berbeda-beda dan data kualitas air ini menunjukkan bahwa C. gracilis berada pada kondisi optimum untuk pertumbuhannya. Berdasarkan analisis statistik menggunakan sistem interpolasi linier yang terdapat pada program ICPN, diperoleh nilai IC 50 untuk timbal pada uji pendahuluan adalah 0.7 mgl. Dengan demikian konsentrasi timbal yang digunakan untuk uji akhir definitive test adalah 0.32, 0.56, 1, 1.8 dan 3.2 ppm dan konsentrasi kadmium yang dipakai adalah 0.56, 1, 1.8, 3.2 dan 5.6 ppm. Urutan kisaran konsentrasi dalam uji definitif mengacu pada deret logaritmik. Hasil rata-rata kepadatan sel C. gracilis pada larutan kontrol timbal range finder test setelah 96 jam adalah 7.367x10 5 selml. Uji ini dianggap valid karena kepadatan sel pada larutan kontrol setelah 96 jam lebih dari 2x10 5 selml, sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh ASEAN-Canada CPMS-II 1995 untuk uji toksisitas pada mikrolaga. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 kontrol 0.01 0.1 1 10 100 konsentrasi Pb mgl k e pa da ta n s e l x 1 4 s e l m l Gambar 3. Grafik kepadatan sel C. gracilis dengan berbagai konsentrasi timbal jam ke-96 pada uji toksisitas pendahuluan Gambar 3 menunjukkan bahwa kepadatan sel terendah terdapat pada konsentrasi timbal 1 mgl. Kepadatan sel tertinggi terdapat pada konsentrasi timbal 100 mgl, berdasarkan data Tabel 8 berarti kepadatan sel pada konsentrasi 100 mgl lebih tinggi daripada kepadatan sel kontrol, dengan kata lain pada konsentrasi 100 mgl C. gracilis mengalami rangsangan untuk melakukan pertumbuhan. Berdasarkan Gambar 3 semakin tinggi konsentrasi timbal yang diberikan belum tentu akan menurunkan kepadatan sel C. gracilis. Hal ini di sebabkan oleh kemampuan timbal yang mudah mengendap diperairan laut, seperti reaksi kimia berikut: PbNO 3 2 + 2NaHCO 3 PbCO 3 s + 2NaNO 3 + CO 2 +H 2 O Moody,1991 Terikatnya timbal II nitrat dengan sodium hidrogenkarbonat mampu membentuk timbal II karbonat, dimana timbal II karbonat sebagai produk reaksi kimia yang berbentuk solid dan memiliki kemampuan untuk mengendap dalam air. Mengendapnya timbal II karbonat berarti mengurangi tingkat toksisistas dalam kolom air, dengan kata lain konsentrasi timbal 10 mgl dan 100 mgl dimungkinkan memiliki kandungan timbal terlarut yang jauh lebih kecil dari konsentrasi nominalnya, sedangkan sodium nitrat sebagai nutrient bagi mikroalga tidak mengendap. Sehingga pertumbuhan dari C. gracilis akan terjadi perangsangan karena turunnya toksisitas dan bertambahnya nutrien yang dibutuhkan. Dibawah ini merupakan komposisi kandungan timbal dan nitrat dalam Senyawa PbNO 3 2: Tabel 9. Kandungan timbal dan nitrat dalam senyawa PbNO 3 2 dalam berbagai konsentrasi Konsentrasi nominal timbal mgl Kandungan timbal mg Kandungan nitrat mg 0.01 0.016 0.027 0.1 0.16 0.267 1 1.6 2.67 10 15.99 26.7 100 159.85 267 Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa kandungan nutrien nitrat lebih banyak daripada toksikan timbal dengan perbandingan nitrat dan timbal adalah 27 :16. Oleh karena itu hasilnya cenderung tidak stabil, karena memdapatkan pengaruh faktor luar yang berupa nutrien, dimana semakin tinggi konsentrasi timbal maka akan semakin tinggi nutrien yang dihasilkan. 4.4 Uji Definitif 4.4.1 Konsentrasi Aktual