3.3.4 Uji mencari kisaran konsentrasi Range Finder Test
Sebelum melakukan uji toksisistas perlu dilakukan uji pendahuluan untuk menentukan kisaran konsentrasi timbal Pb yang akan diujikan. Uji pendahuluan
tidak perlu dilakukan pada kadmium karena kisaran konsentrasi kadmium untuk biota uji C. gracilis mengacu pada penelitian Hindarti, 2008. Uji ini dilakukan
karena informasi atau literatur tentang toksisitas timbal terhadap pertumbuhan C. gracilis belum ditemukan. Uji dilakukan selama 96 jam dengan menggunakan
urutan konsentrasi, yaitu kontrol, 0.01, 0.1, 1, 10, dan 100 mgl dengan tiga kali ulangan untuk tiap konsentrasi. Nilai IC
50
didapatkan berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan prinsip interpolasi linier. Nilai ini digunakan
sebagai dasar untuk menentukan kisaran konsentrasi timbal dalam uji definitif dengan satuan yang digunakan adalah mgl.
3.3.5 Uji Toksisitas Kadmium dan Timbal terhadap Perkembangan Jumlah sel C. gracilis
Berdasarkan penelitian sebelumnya Hindarti, 2008 diperoleh seri konsentrasi kadmium definitive test yang dilakukan selama 96 jam, yaitu kontrol,
0.56, 1, 1.8 , 3.2, dan 5.6 mgCdL dengan tiga kali ulangan untuk tiap konsentrasi. Berdasarkan nilai IC
50
yang diperoleh dari uji pendahuluan, maka konsentrasi timbal yang dipergunakan dalam uji akhir definitive test yang dilakukan selama
96 jam yaitu kontrol, 0.32, 0.56, 1, 1.8, 3.2 mgPbL dengan tiga kali ulangan untuk tiap konsentrasi. Penentuan kisaran konsentrasi didasarkan pada deret
logaritmik, yaitu kisaran berada pada minimal dua level deret logaritmik diatas dan dibawah nilai IC
50
.
Larutan uji yang telah dibuat dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml sebanyak 100 ml. Pembuatan larutan uji dimulai dari kontrol, konsentrasi larutan
terendah sampai dengan konsentrasi tertinggi. Setelah itu ditambahkan C. gracilis yang telah berumur 4 hari sebanyak 1 ml dengan kepadatan 1x10
6
selml Lampiran 4. Hal ini dilakukan agar dalam 100 ml larutan uji terdapat 10
4
sel C. gracilis per mililiter. Kemudian seluruh Erlenmeyer ditutup dengan alumunium
foil agar terhindar dari kontaminasi. Seluruh Erlenmeyer diletakkan pada ruang yang bersuhu 27±1
C dengan pencahayaaan terus menerus sebesar 400 foot candle. Setiap hari Erlenmeyer
diaduk dua kali agar larutan di dalamnya menjadi homogen dan posisinya diacak agar mendapat pencahayaan yang merata. Kepadatan kultur diamati secara teratur
dengan menghitung jumlah sel pada jam ke-48, 72, dan 96. Perhitungan kepadatan sel untuk tiap konsentrasi dilakukan tiga kali ulangan. Larutan uji dari
masing-masing Erlenmeyer diambil 0.9 ml dan tambahkan lugol 0.1 ml sebagai pengawet dalam botol sample yang berukuran 2 ml. Uji toksisitas dapat diterima
jika kepadatan sel dalam kontrol mencapai 2x 10
5
selama 96 jam sesuai prosedur yang ditetapkan oleh Asean-Canada CPMS II 1995. Pada Tabel 4 disajikan
kondisi yang direkomendasikan untuk uji toksisitas mikroalga.
Tabel 4. Kondisi yang direkomendasikan Asean-Canada CPMS II1995 untuk uji toksisitas pertumbuhan mikroalga.
No. Kondisi Uji
Perlakuan 1
Tipe uji Statis, tidak diperbaharui
2 Temperatur
27±1
o
C 3
Pencahayaan Pencahayaan kontinu
4. Kualitas cahaya
Cool White pencahayaan flouresenct 5
Intensitas cahaya 400±40 foot candle
6. Ukuran labu erlenmeyer
250 ml 7.
Volume larutan uji 100 ml
8. Umur kultur mikroalga yang
digunakan 4-7 hari
9. Kepadatan awal kultur
10
4
selml 10.
Jumlah ulangan per konsentrasi 3
11. Banyaknya pengadukan
2 kali sehari 12.
Air pelarut Media pertumbuhan mikroalga tanpa
EDTA 13
Faktor pengenceran Logaritmik
14 Lama uji
96 jam 15
Pengaruh yang diukur Pertumbuhan jumlah sel
16 Nilai akhir End point
IC
50
, NOEC dan LOEC 17
Kriteria uji yang dapat diterima Rata-rata pertumbuhan pada kontrol
setelah 96 jam mencapai 2x10
5
selml
3.3.6. Pengukuran kualitas air