Uji Patogenisitas SGB HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari Gambar 9 di atas dapat dilihat bahwa sumur 1 yang merupakan hasil SDS-PAGE hialuronidase yang telah dipurifikasi dengan kromatografi filtrasi gel dalam Sephadex G-100 menujukkan adanya dua pita dengan berat molekul sekitar 100 kD. Pita-pita tersebut salah satunya diperkirakan merupakan pita hialuronidase SGB, hal ini ditandai dengan tingginya aktivitas hialuronidase pada fraksi tersebut. Enzim standar hyaluronat lyase sumur 2 menunjukkan satu pita dengan berat molekul yaitu sekitar 100 kD. Sumur 3 yang merupakan protein dalam supernatan menunjukkan adanya pita-pita protein yang berukuran besar 97,4 – 200 kD. Menurut Pritchard et al. 1994 hialuronidase SGB memiliki ukuran berat molekul sekitar 100 kD, dengan demikian diperkirakan pita-pita yang muncul salah satunya adalah pita dari hialuronidase. Streptokokus grup B strain 3502 dengan serotipe III menghasilkan hialuronidase dalam kadar yang tinggi dalam medium minimal dan tumbuh pada fase mid-log dimana material yang memiliki berat molekul tinggi dikeluarkan dalam medium kultur yang diperoleh dengan ultrafiltrasi. Hasil PAGE enzim tersebut yang dimurnikan dengan afinitas kromatografi pada kolum yang didesain khusus mengandung N- p-aminophenyl oxamic acid yang terikat pada agarose menunjukkan pita yang jelas pada 100 kDa. Pita tersebut diperkirakan adalah pita hialuronidase Pritchard dan Lin 1993

4.5 Uji Patogenisitas SGB

Infeksi Streptokokus Grup B dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu infeksi dengan onset dini early-onset dan infeksi dengan onset lambat late- onset . Pada manusia, infeksi early-onset terjadi pada usia 7 hari, umumnya terjadi pada hari pertama kelahiran sedangkan infeksi late-onset terjadi 1 minggu hingga 2-3 bulan setelah kelahiran. Infeksi pada mencit yang berusia 0-48 jam dapat menjadi simulasi infeksi early-onset pada manusia Rodewald et al. 1992. Menurut Schuchat 1996, 80 Infeksi SGB terjadi dalam bentuk early-onset dan 6 dari infeksi tersebut menyebabkan kematian. Pada penelitian ini kematian akibat infeksi early-onset lebih banyak terjadi dibandingkan dengan late-onset Tabel 8. Infeksi early-onset akibat SGB menjadi penyebab utama kematian pada bayi baru lahir dan lebih dari 6000 kasus infeksi ini terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya Benitz et al 1999. Tabel 8. Hasil uji patogenisitas SGB isolat dari penderita komplikasi obstetri pada mencit neonatal Jumlah KematianJumlah Perlakuan Kelompok Perlakuan Infeksi Early- onset Infeksi Late- onset Survive SV-1 45 05 15 SV-2 05 05 55 SR-6 05 25 35 SR-7 55 05 05 SV-14 45 05 15 SV-17 35 05 25 SR-21 35 05 25 SR-22 45 15 05 SV-24 25 15 25 SR-30 05 15 45 Kontrol 05 05 55 Dari tabel 8 di atas terlihat bahwa isolat SR-7 dapat menimbulkan kematian mencit neonatal 100 dalam bentuk infeksi early-onset. Sebaliknya isolat SV-2 tidak menimbulkan kematian pada mencit neonatal baik dalam bentuk early-onset maupun late-onset, demikian pula dengan kelompok kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa isolat SR-7 adalah isolat yang paling patogenik sedangkan SV-2 adalah sebaliknya. Dari hasil penentuan serotipe didapat bahwa isolat SR-7 adalah isolat dengan serotipe VI sedangkan isolat SV-2 adalah serotipe III. Di Amerika Serikat SGB serotipe III adalah serotipe yang paling sering terisolasi dari infeksi late-onset Lin et al. 1998. Kematian mencit pada selang waktu 0-48 jam diakibatkan oleh infeksi early-onset . Mencit yang mengalami kematian menunjukkan gejala klinis seperti kurang nafsu minum, lemah, pucat, terjadi penggembungan di bagian perut yang disertai perut berwarna hitam Gambar 10. Hal ini diduga disebabkan oleh septikemia. Septikemia merupakan suatu kondisi sepsis berat dengan adanya agen penginfeksi di dalam darah yang dikonfirmasi dengan kultur Young 1995. Kasus infeksi SGB early-onset yang sering dijumpai ialah pneumonia 35-55 dan septikemia 25-40, sedangkan meningitis jarang terjadi 4-6. Kasus meningitis lebih sering dijumpai pada infeksi SGB late-onset Tumbaga dan Philip 2003. Infeksi SGB pada fetus terjadi akibat adanya inokulasi bakteri SGB dalam cairan amnion menuju jalur asenden sehingga bakteri masuk dalam kantong amnion dan menimbulkan aspirasi in utero atau melalui aspirasi cairan vagina pada saat melewati jalan lahir. Hal ini mengawali terjadinya pneumonia, bakteri masuk dalam sel epitel dan sel endotel paru fetus. Tahap berikutnya bakteri masuk dalam aliran darah dan menghasilkan infeksi sistemik Rubens et al. 1992; Tamura et al. 1994. Gambar 10. Mencit neonatal yang mengalami kematian akibat septikemia. Mencit neoanatal yang diinfeksi isolat SR7. Gambar 11. Mencit neonatal yang sehat Kematian yang terjadi setelah 48 jam dikategorikan sebagai infeksi late- onset . Pada penelitian ini infeksi late-onset ditandai dengan gejala klinis yang hampir sama dengan infeksi early-onset, yaitu kurang nafsu minum, lemah dan pucat. Namun dari 5 ekor mencit neonatus yang mengalami infeksi late-onset dijumpai 1 ekor hewan yang mengalami kekerdilan yang akhirnya mengalami kematian Gambar 12. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya infeksi meningeal yang mengakibatkan meningitis, akibatnya suplai darah dan oksigen ke otak menjadi berkurang sehingga menimbulkan hambatan pertumbuhan dan terjadi kekerdilan. Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa infeksi late-onset paling banyak disebabkan oleh isolat SR-6 40, dimana dari penentuan serotipe isolat SR-6 adalah SGB serotipe VIII. Streptokokus grup B serotipe VIII adalah serotipe yang paling banyak dijumpai pada wanita hamil sehat di Jepang Lachenauer et al. 1999. Gambar 12. Perbandingan mencit yang mengalami kekerdilan D dengan mencit normal A, B, dan C pada usia yang sama 10 hari Meningitis disebabkan karena adanya invasi bakteri ke dalam sel endotelial mikrovaskular otak brain microvascular endothelial cellsBMEC yaitu suatu lapisan sel tunggal yang mendasari sawar darah otak blood-brain barrier. Hal ini dibuktikannya dengan menemukan SGB intraseluler dalam vakuola yang terikat membran setelah melakukan uji in vitro dengan menginkubasi bakteri pada sel monolayer BMEC manusia. Invasi SGB ke dalam BMEC mungkin merupakan step awal dalam patogenesis meningitis sehingga bakteri masuk ke dalam sistem saraf pusat CNS baik dengan cara transcytosis atau dengan injuri dan disrupsi endotel sawar darah otak. Streptokokus Grup B strain tipe III COH1 wild-type strain kurang efisien dalam menginvasi sel BMEC dibanding strain COH1-13 yang merupakan isogenic transposon mutant dari COH1 yang mengalami defisiensi produksi kapsul polisakarida. Hal ini mengindikasikan bahwa kapsul polisakarida SGB mengurangi kemampuan invasi bakteri dalam sel BMEC Nizet et al. 1997. Gibson et al. 1993 juga membuktikan bahwa kapsul polisakarida tipe III dari SGB mengurangi kemampuan invasi bakteri dalam sel HUVE human umbilical vein endothelial . Sementara itu Tamura et al. 1994 juga membuktikan bahwa sifat adhesi COH 1-13 sedikit lebih tinggi dibandingkan COH1. Dengan demikian kapsul polisakarida tidak begitu penting dalam proses adhesi pada sel epitel. Hal ini mungkin disebabkan karena berkurangnya interaksi antara reseptor adhesin dengan kapsul polisakarida atau penurunan interaksi antara residu asam sialat kapsul dengan permukaan sel epitel. Namun walaupun COH1-13 memperlihatkan peningkatan adhesi dan invasi pada sel epitel, strain tersebut juga memperlihatkan adanya penurunan virulensi. Hal ini mengindikasikan bahwa ada step lain dalam patogenesis penyakit SGB dimana kapsul memegang peran penting dalam virulensi. Reisolasi SGB dari Darah. Bakteri SGB dapat diisolasi kembali dalam darah setelah empat jam inokulasi secara intraperitoneal pada mencit neonatus. Sebaliknya pada kelompok kontrol, bakteri SGB tidak terisolasi. Kultur darah dilakukan untuk mendiagnosa adanya septikemia pada hewan percobaan. Adanya SGB dalam darah 4 jam setelah infeksi menunjukkan SGB mampu menyebar di dalam tubuh secara cepat. Berdasarkan uji histopatologi, sejumlah bakteri SGB dapat ditemukan di otak, otot dan sejumlah organ Rodewald et al. 1992, serta dalam vakuola pembuluh darah Nizet et al. 1997. Adanya SGB pada jaringan disebabkan kemampuan SGB menginvasi pembuluh darah. Streptokokus Grup B dapat memasuki pembuluh darah mikro pada sel endotel otak. Invasi bakteri SGB dalam sel BMEC dibuktikan oleh adanya injuri sel, sitotoksisitas ini dikaitkan dengan produksi β-hemolisin bakteri yang dapat melisiskan sel darah merah, akibatnya SGB mampu menyerang sistem saraf pusat Nizet et al. 1997.

4.6 Uji Sensitivitas Antibiotika