Penentuan Serotipe Kapsul Polisakarida SGB .1 Produksi Antiserum Monospesifik-tipe

sel khorion lebih dari 10 kali lipat. Wibawan et al.1993 mengatakan bahwa hemaglutinin terlibat secara langsung dalam mekanisme adhesi dari SGB. Menurut Wibawan dan Laemmler 1992 keberadaan komponen protein pada permukaan sel bakteri menyebabkan bakteri mudah digumpalkan dengan amonium sulfat, hal ini menunjukkan bahwa bakteri tersebut bersifat hidrofobik. Prinsip SAT adalah adanya kemampuan larutan amonium sulfat pada tingkat konsentrasi molar tertentu untuk mengatur muatan gugus amin dan karboksil protein menjadi sama sehingga tercapai suatu titik isoelektrik dimana protein akan teragregasi dan mengendap. Penambahan garam tertentu akan menyebabkan kelarutan protein dalam larutan menurun sehingga menimbulkan efek salting out penggaraman. Molekul air yang berikatan dengan ion-ion garam semakin banyak sehingga menimbulkan penarikan selubung air yang mengelilingi permukaan protein sehingga menyebabkan protein saling berinteraksi, beragregasi dan kemudian mengendap. Kemampuan garam untuk menimbulkan efek salting out protein tergantung daya larut dan kekuatan ionik dari konsentrasi larutan yang digunakan. Semakin rendah konsentrasi amonium sulfat yang dibutuhkan untuk mengagregasi sel bakteri maka semakin banyak kandungan komponen protein pada permukaannya. Sebaliknya apabila kapsul polisakarida yang lebih dominan pada permukaan sel bakteri, maka tidak akan terjadi agregasi bakteri walaupun pada konsentrasi amonium sulfat yang cukup tinggi, hal ini menunjukkan bahwa bakteri tersebut bersifat hidrofilik. 4.3 Penentuan Serotipe Kapsul Polisakarida SGB 4.3.1 Produksi Antiserum Monospesifik-tipe Setelah dilakukan vaksinasi pada kelinci selama 4-5 minggu dengan SGB referensi internasional yang telah diinaktivasi dengan pemanasan maka darah yang mengandung antiserum spesifik-tipe dapat dipanen seluruhnya. Hasil uji antiserum dengan antigen ekstraksi HCl melalui AGPT menunjukkan antiserum Ia tidak saja bereaksi dengan antigen homolognya tetapi juga bereaksi dengan antigen Ib Tabel 4. Untuk memperoleh antiserum yang bersifat monospesifik-tipe maka antiserum yang bereaksi silang harus dilakukan absorbsi dengan bakteri utuh dari serotipe heterolognya Wibawan dan Pasaribu 1993. Reaksi silang antara antiserum dengan antigen heterolog terjadi karena adanya antigen bersama common antigens pada permukaan bakteri. Dalam hal ini bakteri SGB tipe Ia juga memiliki determinan antigen Ib pada permukaannya Wibawan dan Laemmler 1991. Tabel 4. Hasil uji kespesifikan antiserum terhadap tipe SGB sebelum absorbsi Antiserum kelinci Antigen SGB Referensi Ia Ib II III IV V VI VII VIII Ia + + - - - - - - - Ib - + - - - - - - - II - - + - - - - - - III - - - + - - - - - IV - - - - + - - - - V - - - - - + - - - VI - - - - - - + - - VII - - - - - - - + - VIII - - - - - - - - + Keterangan: + = reaksi positip, - = reaksi negatip. Hasil uji kespesifikan antiserum setelah absorbsi menunjukkan bahwa semua antiserum telah bersifat monospesifik-tipe Tabel 5. Antiserum poliklonal monospesifik-tipe yang diperoleh setelah melalui proses absorbsi digunakan sebagai bahan identifikasi serotipe antigen kapsul polisakarida SGB yang diisolasi dari swab vagina dan swab rektum penderita komplikasi obstetri Hayati dan Karmil 2004. Tabel 5. Hasil uji kespesifikan antiserum terhadap tipe SGB setelah absorbsi Antigen SGB Referensi Antiserum kelinci Ia Ib II III IV V VI VII VIII Ia + - - - - - - - - Ib - + - - - - - - - II - - + - - - - - - III - - - + - - - - - IV - - - - + - - - - V - - - - - + - - - VI - - - - - - + - - VII - - - - - - - + - VIII - - - - - - - - + Keterangan: + reaksi positip, - reaksi negatip.

4.3.2 Distribusi Serotipe

Distribusi serotipe antigen kapsul polisakarida SGB yang diperoleh dari penderita komplikasi obstetri memperlihatkan bahwa serotipe SGB terbanyak adalah serotipe VI berjumlah 4 isolat 40, kemudian diikuti serotipe VII, III dan VIII masing-masing 3 isolat 30, 2 isolat 20 dan 1 isolat 10 Gambar 7, Tabel 6 Hayati 2004. 40 30 20 10 VI VII III VIII Gambar 7. Distribusi serotipe SGB yang diisolasi dari penderita komplikasi obstetri Tabel 6. Distribusi serotipe SGB isolat dari kasus komplikasi obstetri Kode Isolat Serotipe Ag Polisakarida SV1 III SV2 III SR6 VIII SR7 VI SV14 VI SV17 VI SR21 VI SR22 VII SV24 VII SR30 VII Dari hasil penelitian sebelumnya di RSUP Hasan Sadikin Bandung dan RSU-PMI Bogor, Hayati et al. 2003 melaporkan distribusi serotipe SGB yang berasal dari ibu hamil sehat adalah tipe VI 27,3, V 18,2, IV 9,1 dan NT nontypable 45,. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini karena pada penelitian tersebut tidak dijumpai adanya serotipe III, VII dan VIII seperti yang dijumpai pada penelitian ini. Sedangkan serotipe IV dan V yang dijumpai pada penelitian tersebut tidak dijumpai pada penelitian ini. Dengan demikian dijumpai adanya perubahan dalam distribusi serotipe. Lin et al. 1998 dan Blumberg et al. 1996 juga melaporkan adanya perubahan serotipe SGB dari waktu ke waktu. Pada awal tahun 1990-an, serotipe V ditemukan sebagai serotipe baru di Amerika Serikat dan negara-negara lain. Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa distribusi serotipe SGB yang paling sering muncul adalah serotipe Ia dan III Lin et al. 1998. Di Jepang serotipe VIII dan VI adalah serotipe yang paling sering muncul Lachenauer et al. 1999. Menurut Lin et al. 1998 distribusi serotipe dipengaruhi oleh lokasi geografi, oleh karena itu perlu dilakukan serotyping pada suatu wilayah. Vormulasi vaksin multivalen dari kapsul polisakarida yang ditujukan untuk suatu wilayah sangat ditentukan oleh distribusi serotipe di wilayah tersebut. Antigen polisakarida pada permukaan bakteri SGB berdasarkan serologi terdiri dari serotipe Ia, Ib, II, III, IV, V, VI, VII dan VIII. Penentuan serotipe tersebut didasarkan pada komposisi antigen polisakarida spesifik-tipe pada permukaan bakteri yang tersusun dari galaktosa, glukosa, N-asetil glukosamin dan asam N-asetilneuraminik sialic acid = asam sialat. Perbedaan masing- masing serotipe terletak pada rantai tulang punggung dan ikatan rantai antar cabang gugus polisakarida serta ketebalan kandungan asam sialatnya Tissi et al. 1998. 4.4 Penentuan Hialuronidase 4.4.1 Uji Plate Agar-Hyaluronidase