4.4. Proses Implementasi PHBM di Desa Buniwangi
Pada bulan Oktober tahun 2001 rancangan mengenai pola PHBM mulai diimplementasikan di Kabupaten Sukabumi yang ditandai dengan dilakukannya
penandatanganan Surat Perjanjian Kesepakatan SPK pengelolaan hutan antara Pemerintah Desa Buniwangi dengan Perum Perhutani KPH Sukabumi. Kemudian
Surat Perjanjian Kesepakatan SPK tersebut selanjutnya ditindaklanjuti dengan dilakukannya penandatanganan Surat Perjanjan Kerjasama SPKSS pada bulan
November 2001 antara Kelompok Tani Hutan dengan Perum Perhutani. Perjanjian ini menyangkut perjanjian obyek pengelolaan kawasan hutan seluas 20 Ha yg
berlokasi di petak 8b blok pasir bilik RPH Buniwangi. Tabel 2 Areal Perhutani yang direhabilitasi melalui Program PHBM
RPH Desa
Petak Lokasi
Luas ha
KTH Anggota
Nota Kesepahaman
Buniwangi Buniwangi
Sampora 8b
50 49ac
48 41
42 43
44 Buniwangi
Buniwangi Buniwangi
Buniwangi Sampora
Sampora Sampora
Sampora 21,8
32,3 45,2
49,5 190
106 59
101 3
4 4
3 4
4 3
4 Buniwangi
Buniwangi Buniwangi
Buniwangi Sampora
Sampora Sampora
Sampora Sudah
Sudah Belum
Belum Belum
Belum Belum
Belum Sumber : KPH Sukabumi
Kegiatan sosialisasi PHBM yang dilakukan di Kabupaten Sukabumi dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan dan pelatihan atau studi banding.
Kegiatan ini bermanfaat untuk memberikan wawasan dan pengetahuan secara komprehensif kepada KTH mengenai pelaksanaan PHBM. Kegiatan sosialisasi ini
dilaksanakan oleh pengelola hutan, pihak lain yang berkepentingan dan Dinas atau Instansi lainnya yang akan melaksanakan PHBM dan dikoordinasikan oleh Dinas
Kabupaten Sukabumi. Sosialisasi juga dilakukan dalam tubuh Perhutani sendiri dan dilakukan
mulai dari tingkat Unit sampai tingkat terendah yaitu Resort Polisi Hutan RPH dan dilakukan oleh pihak Perhutani sendiri sebagai penagggungjawab. Sosialisasi
ini bertujuan untuk membangun kesadaran dan pemahaman para aparat Perhutani mengenai Program PHBM.
Tabel 3 Lokasi sosialisasi PHBM Lokasi
Peserta PHBM Persentase
Di sekitar hutan Di Balai Desa
Di RTRW setempat Di Kantor Perhutani
4 20
3 3
13,33 66,67
10,00 10,00
Sumber : Data primer
Balai desa merupakan lokasi yang paling baik untuk melakukan sosialisasi kegiatan PHBM. Karena hasil dari wawancara kepada peserta sebagian besar
peserta PHBM mengikuti sosialisasi kegiatan PHBM di Balai Desa sebanyak 20 orang atau 66,67 , mengikuti kegiatan PHBM di sekitar hutan sebanyak 4 orang
atau 13,33 , mengikuti pengenalan kegiatan PHBM di RtRw setempat sebanyak 3 orang atau 10 dan mengikuti pengenalan program di kantor perhutani
sebanyak 3 orang atau sebanyak 10. Tabel 4 Kegiataan Pengelolaan PHBM
Kegiatan Peserta PHBM
Persentase Pembersihan lahan
Pemasangan ajir Penanaman pohon
Penanaman padi Penanaman palawija
Penanaman padi-palawija Penanaman buah-buahan
Penyiangan Pemupukan
Penyemprotan Pengawasan
Pemanenan tengkulak Pemanenan penggarap
Pemanenan tanaman pokok 13
30 30
12 16
02 30
30 30
30 30
20 10
43,3 100,0
100,0 40,0
53,3 6,7
100,0 100,0
100,0 100,0
100,0 66,7
33,3 0,0
Sumber : Data primer
Persiapan lahan merupakan usaha petani dalam menyiapkan lokasi untuk kegiatan penanaman. Pembersihan lahan adalah kegiatan membersihkan lahan
dari semak belukar, gulma, dan liana yang berpengaruh negatif terhadap bibit tanaman yang hendak mereka tanam. Metode yang petani lakukan adalah dengan
membersihkan lahan secara manual menggunakan arit atau parang yang digunakan untuk memangkas semak dan cangkul untuk membersihkan rumput
dan liana yang menjalar di permukaan tanah serta membersihkan akar-akar semak. Kriteria lahan bersih menurut petani adalah jika lahan sudah terbuka seluruhnya
dari semak hingga ke akar-akarnya. Alasan petani melakukan pembersihan lahan agar lahan menjadi bersih dan pertumbuhan bibit menjadi baik dan sesuai dengan
yang diharapkan. Sedangkan 56,7 peserta PHBM tidak melakukan kegiatan pembersihan lahan tersebut, karena lahan tersebut telah dibersihkan ketika terjadi
penyerobotan lahan. Pembuatan jarak tanam berbarengan dengan kegiatan pemasangan ajir,
tujuan pemasangan ajir adalah sebagai penanda letak lubang tanam yang akan dibuat dan agar bibit yang ditanam dapat tumbuh lurus. Jarak tanam disesuaikan
dengan nota kesepahaman yang telah disepakati yaitu 6 m x 2 m. Seluruh peserta PHBM melakukan kegiatan pemasangan ajir karena dilakukan sesuai dengan nota
kesepahaman yang telah disepakati. Penanaman dilakukan setelah bibit dan lahan siap, bibit yang digunakan
ada sebagian yang merupakan bibit yang diberikan oleh Perum Perhutani, namun sebagian peserta PHBM mengaku menyediakan bibit secara swadaya. Tanaman
pokok ditentukan sesuai dengan nota kesepahaman yang telah disepakati yaitu pinus dan mahoni. Tetapi tanaman sela dan tanaman pertanian disesuaikan
kebutuhan petani. Sebesar 40 peserta PHBM menanam padi sebagai tanaman pertaniannya, 53,3 peserta PHBM menanam palawija sebagai tanaman
pertaniannya dan 6,7 peserta PHBM menanam padi dan palawija sebagai tanaman pertaniannya.
Kegiatan pemeliharaan tanaman seperti penyiangan, pemupukan dan penyemprotan dilakukan oleh seluruh peserta PHBM. Tujuan kegiatan
pemeliharan adalah untuk memperoleh hasil produksi sesuai dengan yang diharapkan. Metode penyiangan yang digunakan peserta PHBM adalah dengan
membersihkan seluruh lahan garapan dari semak belukar dan tanaman penganggu dengan menggunakan arit dan cangkul. Dalam kegiatan pemupukan, pupuk yang
digunakan adalah pupuk kandang, pupuk kompos dan pupuk buatan seperti urea dan NPK. Kegiatan pemeliharaan selain memelihara tanaman pada areal PHBM
para petani juga berpartisipasi untuk menjaga keamanan hutan dari para pencuri kayu yang dilakukan dengan cara meronda dan melakukan pengontrolan secara
periodik. Kegiatan pemanenan yang dilakukan oleh peserta PHBM dibagi menjadi
dua, yaitu: kegiatan pemanenan tanaman tumpang sari dan kegiatan pemanenan tanaman pokok. Peserta PHBM melakukan pemanenan tumpang sari dengan cara
diborong oleh tengkulak sebanyak 66,7 peserta dan dilakukan oleh petani sendiri sebanyak 33,3 peserta. Untuk meringankan pekerjaannya penggarap
lebih cenderung menjual hasil panen tumpangsarinya kepada tengkulak, selain itu kurangnya modal dan peralatan yang menunjang juga menjadi faktor pendorong
penggarap untuk menjual hasil panennya kepada tengkulak. Peserta PHBM belum ada yang melakukan pemanenan tanaman pokok karena pada saat pengambilan
data belum ada kegiatan tersebut. Tabel 5 Proses Pengambilan Keputusan
Kegiatan Diskusi
Tidak diskusi Keikutsertaan PHBM
Memutuskan jenis tanaman Memutuskan jenis pupuk
Memutuskan tempat pemanenan Memutuskan waktu pemanenan
menentukan waktu penjualan 30
18 24
30 10
19 -
12 6
- 20
11
Sumber : Data primer
Pengambilan keputusan dalam kegiatan pengelolaan PHBM dibagi menjadi dua pilihan, yaitu: dilakukan dengan diskusi dengan anggota KTH
lainnya dan tidak didiskusikan terlebih dahulu dengan anggota lainnya. Dalam keikutsertaanya dalam PHBM para peserta harus masuk terlebih dahulu menjadi
anggota KTH karena sesuai dengan PERDA Kabupaten Sukabumi No. 13 tahun 2003 pasal 11. Dalam penentuan jenis tanaman selain tanaman pokok, sebanyak
18 orang peserta melakukan diskusi terlebih dahulu dengan anggota lainnya dan 12 orang peserta lainnya tidak melakukan diskusi terlebih dahulu. Dalam
penentuaan jenis pupuk yang digunakan, sebanyak 24 orang peserta melakukan diskusi terlebih dahulu dan sisanya tidak melakukan diskusi terlebih dahulu.
Tempat penanaman para peserta PHBM ditentukan berdasarkan kesepakatan yang telah didiskusikan terlebih dahulu oleh para peserta PHBM. Sebanyak 10 orang
peserta PHBM mendiskusikan terlebih dahulu waktu panen kepada anggota KTH lainnya, sedangkan 20 orang lainnya tidak. Sebanyak 25 orang peserta PHBM
mendiskusikan terlebih dahulu tempat penjualan hasil panen kepada anggota KTH lainnya, sedangkan 5 orang peserta lainnya tidak melakukan diskusi terlebih
dahulu dengan anggota lainnya.
4. 5. Dampak Kegiatan PHBM
Akibat kepemilikan lahan yang sempit dan kurangnya alternatif kesempatan kerja di luar sektor pertanian, program PHBM menjadi tumpuan
harapan petani dalam meningkatkan kesejahteraannya. Petani dengan penuh semangat memanfaatkan lahan garapan yang disediakan Perum Perhutani, terbukti
dengan kerelaan dari mereka mengeluarkan biaya untuk upah dan membeli bibit, baik untuk tanaman tumpangsari maupun buah-buahan dan bibit pohon hutan.
Bahkan beberapa responden menempuh perjalanan yang cukup jauh dengan berjalan kaki selama 0,5
– 1 jam dari rumah atau tempat tinggal ke lokasi lahan PHBM.
Sebagian besar dampak positif yang dirasakan dengan adanya kegiatan PHBM, yaitu: 1 Menambah penghasilan, diungkapkan oleh responden sebanyak
19 orang peserta: 2 Mempunyai hak lahan garapan, diungkapkan oleh responden sebanyak 5 orang peserta; 3 Menambah wawasan, diungkapkan oleh responden
sebanyak 3 orang peserta; 4 Merasa senang ikut berpartisipasi dalam program PHBM, diungkapkan sebanyak 3 orang peserta. Dampak positif lainnya yang
diungkapkan oleh para responden, yaitu: 1 Mendapatkan pekerjaan, diungkapkan oleh 3 orang peserta; 2 Membantu biaya sekolah diungkapkan oleh 4 orang
peserta.
Sebagian besar responden umumnya sulit mengungkapkan dampak negatif dari kegiatan PHBM. Hal ini mungkin dikarenakan para peserta takut salah bicara
atau belum merasakan dampak negatif dari kegiatan program PHBM. Sebagian saja dari responden mengungkapkan bahwa sekarang sulit untuk mencari kayu
bakar ataupun kayu untuk membuat kandang ternak. Dan secara tidak langsung responden mengungkapkan bahwa dampak negatif dari program PHBM adalah
adanya kecemburuan sosial akibat adanya pembagian lahan yang kurang merata dan adanya kecemburan dari peserta PHBM yang mendapatkan lahan tandus
karena sebagian peserta lainnya mendapatkan lahan yang produktif, sehingga dikhawatirkan terjadinya konflik antar penggarap.
4.6. Manfaat Kegiatan PHBM