Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi

(1)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hutan merupakan anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk dikelola sebaik-baiknya untuk keperluan hidup manusia. Hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem memberikan banyak manfaat terhadap kelangsungan hidup manusia khususnya bagi masyarakat sekitar hutan, baik berupa hasil hutan kayu maupun hasil hutan non kayu.

Pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat sekitar hutan merupakan salah satu bentuk interaksi yang terjadi antara hutan dan manusia. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari hutan seperti pohon kayu untuk perkakas dan kayu bakar, dan juga sebagai penyedia air bersih bagi kebutuhan rumah tangga. Air adalah barang bebas dimana dapat kita konsumsi secara cuma-cuma tanpa adanya bayaran sedikit pun dan merupakan sumber daya alam yang tidak terbatas. Akan tetapi pemikiran seperti ini yang sebenarnya akan mengurangi kualitas dan kuantitas air di bumi, yang menjadikan manusia bisa menghambur-hamburkan air tanpa menyadari bahwa kualitas dan kuantitas air akan menurun jika tidak ada pengelolaan yang baik dari manusia.

Hutan sebagai pemasok terbesar air semakin hari semakin berkurang jumlahnya akibat degradasi dan konversi lahan, hal ini lah yang mengakibatkan kualitas dan kuntitas air semakin menurun. Manfaat hutan sebagai penyedia air bersih kurang dirasakan oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia, sebagian besar masyarakat Indonesia hanya memanfaatkan hutan untuk kebutuhan sekarang saja dan kurang mengetahui bahwa hutan juga sebagai pemenuhan kebutuhan hidup di masa yang akan datang. Manfaat dari hutan inilah yang kurang diketahui oleh masayarakat umum dan mengakibatkan penurunan luas kawasan hutan akibat pembalakan liar dan konversi lahan hutan menjadi lahan non hutan.

Keberadaan hutan sangat dibutuhkan bagi masyarakat, khususnya bagi masyarakat Desa Buniwangi Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. Hutan yang berada di Desa Buniwangi dirasakan sangat berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari. Sumberdaya hutan yang


(2)

dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buniwangi salah satunya adalah kayu bakar, selain itu dihutan ini terdapat sumber mata air hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk air minum, mandi, mencuci dan kebutuhan rumah tangga masyarakat lainnya, akan tetapi sampai saat ini belum dapat diketahui secara pasti berapa besar nilai manfaat yang diperoleh masyarakat Desa Buniwangi dari pemanfaatan sumber daya hutan yang ada saat ini, oleh karena itu dibutuhkan penelitian yang mengkaji tentang nilai dari pemanfaatan sumberdaya hutan di Desa Buniwangi.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis pemanfaatan sumber daya hutan oleh masyarakat Desa Buniwangi serta menghitung nilai manfaat sumberdaya hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat di Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi.

1.3 Manfaat

1. Dapat dijadikan bahan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya keberadaan hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup dimasa sekarang dan yang akan datang sehingga terdorong untuk ikut serta dalam menjaga dan melestarikan hutan.

2. Dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh pihak-pihak yang terkait dalam merumuskan kebijakan dalam pengelolaan hutan.


(3)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilai dan Manfaat Hutan

Menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 pengertian hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan menurut statusnya terdiri dari hutan negara dan hutan hak. Hutan negara yang dimanfaatkan oleh desa untuk kesejahteraan masyarakat desa disebut hutan desa.

Hutan memiliki nilai manfaat yang sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia, baik itu manfaat langsung seperti kayu maupun manfaat tidak langsung sebagai penyedia air dan jasa lingkungan. Suhendang (2002) dalam Rachmawati (2008) menyatakan bahwa keseluruhan manfaat yang dapat diperoleh dari hutan berdasarkan wujudnya dapat dikelompokkan kedalam barang dan jasa. Keluaran hutan yang berbentuk barang menyatakan keluaran yang dapat diperoleh dari hutan yang berbentuk benda nyata yang dapat dilihat, dirasakan, diraba, dan diukur secara langsung, antara lain ; kayu, rotan, getah, buah, kayu bakar, satwa liar dan air. Keluaran hutan berupa jasa menyatakan keluaran yang dapat diperoleh dari hutan melalui fungsi hutan yang bersifat maya (abstrak) antara lain ; kemampuan hutan untuk memberikan pemandangan alam, menyerap dan menyimpan karbon, dan lain-lain.

Worrel (1961) dalam Girsang (2006) membuat klasifikasi nilai manfaat hutan berdasarkan atas perilaku pasar pasar atas barang dan jasa yang dinilai tersebut, yaitu :

1. Nilai manfaat nyata (tangible benefits) adalah manfaat yang dapat diperoleh dari barang dan jasa yang dapat secara nyata dapat diukur karena berlaku mekanisme pasar secara baik.

2. Nilai manfaat tidak nyata (intangible benfits) adalah kebalikan dari manfaat nyata, yaitu nilai manfaat yang tidak dapat diukur secara langsung karena mekanisme pasar tidak berjalan, ada faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga terjadi kegagalan pasar (market failure).


(4)

James (1991) dalam Widiarso (2005) membuat klasifikasi nilai manfaat hutan didasarkan atas sumber atau proses manfaat tersebut diperoleh, yaitu :

1. Nilai guna (use value), yaitu seluruh nilai manfaat yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya hutan seperti kayu bulat untuk keperluan industri pengelolaan kayu, kayu bakar (energi), produksi tanaman pangan seperti perladangan, kebun, produksi ikan, produksi air untuk berbagai keperluan seperti kebutuhan air rumah tangga dan pertanian, pembangkit tenaga listrik, ekowisata.

2. Nilai fungsi (function value), yaitu seluruh nilai manfaat yang diperoleh dari fungsi ekologis sumberdaya hutan, seperti pengendalian banjir, pencegahan intrusi air laut, habitat satwa.

3. Nilai atribut (attributes value) , yaitu seluruh nilai yang diperoleh bukam dari penggunaan materi (hasil peroduksi barang dan jasa), tetapi aspek kebutuhan psikologis manusia yaitu yang menyangkut budaya masyarakat.

2.2 Sumberdaya Air

Arsyad (1989) dalam Nugroho (2002) menyatakan sumberdaya air (water resources) memiliki pengertian yang utuh tentang air, mencakup wujud, tempat, jumlah, kualitas dan karakteristik air dipermukaan bumi.

Air merupakan salah satu sumberdaya yang berharga di bumi, hal ini harus diperhatikan agar terhindar dari krisis yaitu pengelolaan komponen sumberdaya air, komponen tersebut terbagi menjadi dua kelompok, yaitu komponen alami dan komponen artifisial (buatan). Komponen alami sumberdaya air merupakan komponen yang terbentuk secara alami oleh air yang mengalir dari hulu ke hilir, contohnya seperti sungai muara rawa, danau, pantai, air tanah dan mata air. Keseimbangan alam dari komponen tersebut dipengaruhi oleh siklus hidrologi, kondisi geologi, kondisi wilayah dan kegiatan manusia. Selain komponen alami, sumberdaya air juga memiliki komponen artifisial berupa bangunan utama dengan beberapa bangunan pelengkap yang dibuat oleh manusia untuk tujuan tertentu, salah satu contoh dari komponen artifisial sumberdaya air yaitu waduk (Sjarief dan Robert 2005 dalam Solihin A 2010).


(5)

Kebutuhan sumberdaya air sederhana terdiri dari tiga sektor yaitu : kebutuhan untuk rumah tangga, kebutuhan untuk industri dan kebutuhan untuk pertanian (Hatmoko 1993 dalam Sugiarto 1995). Dari sektor pertanian, air digunakan untuk tanaman, perikanan, dan peternakan. Penggunaan untuk rumah tangga terdiri atas penggunaan air untuk air minum, memasak, mencuci, mandi dan lain sebagainya, sedangkan untuk industri diantaranya sebagai bahan mentah, pendingin, penggelontor kotoran serta penggunaan lainnya dalam proses industri.

Besarnya kebutuhan air bagi masing-masing orang tidak sama dan sangat tergantung pada beberapa faktor diantaranya tingkat sosial, tingkat pendidikan, kebiasaan penduduk, letak geografis, dan lain-lain. Kebutuhan dasar air bersih tiap individu digunakan untuk memenuhi keperluan minum, masak, dan mencuci peralatan masak, dan lain-lain. Untuk Indonesia besar kebutuhan dasar tersebut adalah sebagai berikut:

Table 1 Konsumsi rata-rata air bersih (clean water) harian masyarakat Indonesia Keperluan Konsumsi (liter/orang/hari) Persentase (%) Mandi, cuci, kakus

Minum Masak Cuci pakaian Kebersihan rumah Taman Cuci kendaraan Wudlu Lain-lain 12 2 10,7 31,4 11,8 21,1 16,2 21,7 11,6 8,7 1,4 7,7 22,7 8,5 15,2 11,7 15,7 8,4

Total 138,5 100

Sumber : (Gupta 1989, dalam Adriyanto 2007)

Berdasarkan sumber atau asalnya, air dibedakan menjadi : 1) air hujan, terdiri dari air hujan tampungan dan air limpasan, 2) air permukaan, terdiri dari mata air, air sungai, air danau/situ, air bendungan dan waduk, 3) air tanah, terdiri dari air tanah dangkal sedang, artesis dan air tanah dalam.

Ketersedian air sekarang ini semakin hari semakin menurun sementara kebutuhan akan air semakin meningkat seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun. Penurunan kualitas dan kuntitas air akan mengakibatkan permasalahan yang sangat serius karena menyangkut hajat hidup orang banyak dan makhluk hidup lainnya. Pengelolaan sumberdaya air seharusnya


(6)

mengacu pada aspek konservasi, pemanfaatan dan pengendaliannya.

Pemerintah juga telah menyusun sebuah pedoman dalam bentuk Undang-Undang No 7 Tahun 2004 yang berisi tentang sumberdaya air pengelolaan dan pemanfaatannya. UU tersebut secara jelas mengisaratkan pentingnya konservasi sumberdaya air sebagai antisipasi kerusakan lingkungan, degradasi hutan dan lahan, serta berbagai bencana alam lainnya.

Menurut ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air :

Pasal 28 ayat (1) :”Penetapan peruntukkan pada sumber air sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1) pada setiap wilayah sungai dilakukan dengan memperhatikan : (a) daya dukung sumber air; (b) jumlah dan penyebaran penduduk serta proyeksi pertumbuhannya ; (c) perhitungan dan proyeksi kebutuhan sumberdayaair ; dan (d) pemanfaatan air yang sudah ada.”

Pasal 28 ayat (2) : “Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pengawasan pelaksanaan peruntukkan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)”

2.2.1 Pemanfaatan Sumberdaya Air

Kehidupan diawali dengan air, dan suatu prasyarat bagi kelangsungannya bahwa air tersedia dalam bentuk cair. Air merupakan pembawa kehidupan, ia merupakan unsur protoplasma yang utama, satu-satunya bahkan bentuk bahan dimana fenomena kehidupan diwujudkan. Air sebagai sutu pelarut yang mobile, adalah pembawa hara dan gas ke sel-sel organisme yang hidup. Pada tanaman ia sangat diperlukan sebagai pereaksi dalam proses-proses fotosintesis dan hidrolisis dan dalam mempertahankan turgor sel. Pada hewan ia juga bertindak sebagai agen pembersih, menghilangkan kotoran dan hasil-hasil sampingan metabolisme. Air juga penting sekali sebagai moderator iklim dunia (Lee 1988 dalam Solihin 2010). Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi penting bagi hidup dan kehidupan seluruh makhluk hidup, (Kementrian Lingkungan Hidup 2003) menyatakan kebutuhan air terbesar berdasarkan sektor kegiatan adalah kebutuhan air untuk pertanian (irigasi), domestik, dan industri. Kebutuhan air untuk irigasi pada tahun 1990 sebesar 74,9 x 109 m3/tahun dengan perkiraan


(7)

peningkatan sebesar 6,7% pertahun. Kebutuhan air untuk keperluan domestik pada tahun 1990 adalah sebesar 3,1 x 109m3/tahun dengan proyeksi peningkatan 6,7% pertahun, sedangkan kebutuhan air untuk industri pada tahun 1990 sebesar 0,7 x 109m3/tahun dengan proyeksi peningkatan 12,5% pertahun.

Kementerian Lingkungan Hidup 2003 menyatakan bahwa secara nasional sebagian rumah tangga (sekitar 74%) menggunakan air tanah sebagai sumber air minum, sisanya menggunakan air sungai (3,4%) dan sumber lain (1,4%). Penggunaan air sumur teringgi adalah di pulau Jawa dan Nusa Tenggara yaitu sebesar 79% rumah tangga, sedangkan terkecil di pulau Bali sekitar 46,5% rumah tangga. Di Kalimantan 45% rumah tanggamenggunakan air sungai dan air hujan sebagai sumber air minum rumah tangga.

2.2.2 Kebijakan Pengelolaan dan Metode Menentukan Harga Air

Menurut Soenarto (1959) dalam Rachmawati (2008) yang dimaksud dengan pengairan ialah usaha-usaha :

a. Mengalirkan air dari sungai-sungai atau sumber air lain unutk keperluan pertanian.

b. Membagikan air yang diambil dari sungai-sungai atau sumber air lain itu secara teratur kepada yang memerlukannya.

c. Membuang sisa air yang telah dipergunakan ke sungai, langsung atau lewat saluran pembuangan.

Menurut cara-cara pembuatan dan penyelenggaraannya ada 3 macam pengairan, yaitu : pengairan (desa) sederhana, pengairan teknis dan pengairan setengah teknis.

Sumber-sumber pengairan :

a. Air permukaan, seperti : sungai, waduk, mata air, danau. b. Air dalam tanah, seperti : sumur-sumur ladang.

c. Air hujan langsung, seperti : sawah-sawah tadah hujan.

Jenis-jenis mata air berdasarkan pemunculannya dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :


(8)

1. Mata air depresi : mata air yang muncul karena permukaan tanahnya terpotong oleh muka air tanah. Mata air ini banyak dijumpai terutama di kaki gunung api atau perbukitan. Sistem mata air ini mempunyai debit bervariasi, berkisar antara 1 liter/detik sampai 10 liter/detik. 2. Mata air kontak : mata air yang muncul pada bidang kontak antara

batuan yang berkelulusan lebih besar dibagian atas dengan batuan yang berkelulusan kecil dibawahnya. Sistem mata air kontak terjadi karena suatu lapisan yang permeabel bertemu dengan lapisan yang impermeabel dibawahnya.

3. Mata air artesis atau patahan : mata air yang muncul dari ruang antar butir atau celahan yang diapit oleh lapisan kedap air pada bagian atas dan bawah. Sistem mata airpatahan terjadi pelapisan batu pasir dan batuan lempung.

4. Mata air rongga/rekahan : mata air yang muncul melalui rongga atau lubang atau pipa saluran, biasanya pada lava vesikuleratau pada batu gamping. System mata air rekahan ini memiliki karakteristik yang khas untuk daerah karst yang terbentuk karena celah rekaha n akibat kekar dan pelarutan pada batuan gamping menjadi tempat unutk aliran air. Kebijakan baru pengelolaan sumberdaya air mengindikasikan perlunya perubahan orientasi pengembangan dan pengelolaan darisupply-side management strategi kearah demand-side management strategi. Prinsip demand-side management strategi menekankan pada usaha mempengaruhi perilaku pengguna (users) dalam memakai air. Adapun prinsip dasar dari demand-side management strategi adalah(Helmi 2002 dalam Siwi 2006) :

1. Mempertimbanagan nilai air dalam hubungan dengan biaya penyediaannya.

2. Mengambil tindakan-tindakan yang menghendaki pengguna (users/costumer) menghubungkan tingkat pemakaian air mereka dengan biaya yang harus mereka bayar.


(9)

3. Memperlakukan air sebagai satu barang (komoditi) ekonomi bukan sebagai suatu bentuk palayanan public yang disediakan pemerintah dan tidak perlu dibayar.

Menurut Johanssen (2000) dalam Siwi (2006) membagi dalam beberapa metode dalam menentukan harga air irigasi antara lain :

1. Metode Volumetrik

Pada metode ini pemakai membayar sejumlah air yang dipakainya berdasarkan nilai harga air secara integral ataupun parsial, yang mana diketahui dari hasil pencatatan jumlah air yang dipakai oleh masing-masing petani setiap musim tanam.

2. Metode Per Unit Area

Pada metode ini, dasar perhitungannya adalah luas garapan usaha tani yang menggunakan air irigasi. Metode ini banyak digunakan dalam menentukan taraf air irigasi dihampir semua wilayah irigasi teknis (Negara berkembang).

3. MetodeOutput Pricing

Biaya air ditentukan oleh kuantitas output yang dihasilkan dari usaha tani yang diusahakan dengan menggunakan air tersebut.

4. MetodeTiered Pricing

Suatu multi-rate pricing dimana harga air per unit volume bervariasi jika volume air yang dikonsumsi melebihi suatu ambang batas tertentu. Metode harga ini dipakai apabila permintaan air bervariasi secara periodic (musiman atau harian) dan penwaran air tidak cukup untuk memenuhi permintaan pada semua waktu yaitu dimana pada saat permintaan air tinggi maka harga air sama dengan harga margina cost dan pada saat permintaan air tinggi maka harga air adalah pada tiered pricing dan harga mengindikasikan nilai kelangkaan air.

5. MetodeTwo-Part Tarif

Pada metode ini biaya air terdiri dari dua komponen yaitu biaya tetap pertahun yang dikenakan untuk hak penggunaan air dan pungutan air yang didasarkan pada harga marginal yang tetap unutk setiap unit


(10)

volume air yang dikonsumsi. 6. MetodeBetterment Levy

Dalam metode ini biaya air dipungut per area dimana nilainya didasarkan atas peningkatan nilai lahan akibat adanya irigasi.

7. MetodeWater Markets Pricing(harga dengan pasar air)

Metode ini berdasarkan asumsi dasar bahwa pasar dibawah kondisi tertentu mencapaifirs best efisiensiapabila memenuhi : (a) persaingan, (b) agen memiliki informasi sepenuhnya dalam beroperasi dibawah kondisi tertentu, (c) tidak ada eksternalitas, (d) tidak ada increasing return to scalepada produksi.

2.3 Karakteristik Masyarakat Desa Sekitar Hutan

Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No 691/Kpts.II/1992, yang dimaksud dengan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan adalah kelompok-kelompok masyarakat baik yang berada dalama hutan maupun di pedesaan sekitar hutan (Ardiansyah 2002).

Kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah dalam melestarikan hutan harus selalu memperhatikan keberadaan penduduk disekitar dan di dalam hutan. Mereka memanfaatkan segala sumber penghidupan yang ada di dalam hutan untuk mempertahankan eksistensi kelompoknya yang masih terbelakang yang tidak pernah mengenal keadaan diluar batas wilayahnya. Dalam kondisi sosial ekonomi yang sederhana, mereka secara alamiah adalah penjaga dan pelestari alam lingkungannya. Rakyat di sekitar hutan atau di dalam enclave hutan tidak dirugikan oleh larangan mengambil hasil hutan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Sebaliknya masyarakat dibina kesadarannya sebagai penjaga hutan konservasi dengan imbalan pada saat dan musim tertentu dapat menikmati hasil hutan seperti getah, rotan, buah-buahan, ranting-ranting kayu mati, dan berbagai jenis tumbuhan bawah. Diusahakan pemungutan hasil hutan sebatas enclavedan zona penyanggadan areal yang telah ditunjuk (Admawidjaja 1991 dalam Rachmawati 2008).


(11)

petani dengan lahan yang sempit atau bahkan tidak memiliki lahan. Sudjatmoko (1980) dalam Kartasubrata (2003) mengemukakan bahwa struktur masyarakat pedasaan di Jawa menunjukan pembagian dalam 3 golongan, yaitu :

1. Golongan pertama adalah mereka yang memiliki tanah cukup besar untuk menjamin kehidupan yang cukup bagi keluarganya.

2. Golongan kedua terdiri dari petani yang memiliki tanah yang luasnya atau kualitasnya margin, sehingga kehidupan keluarganya sangat tergantung dari pekerjaan sampingan, selain iklim dan factor pasar. 3. Golongan ketiga yang semakin lama semakin besar jumlahya baik di

Indonesia maupun di Asia pada umumnya ialah mereka yang sama sekali tidak memiliki tanah.

2.4 Interaksi Masyarakat Desa Sekitar Hutan dengan Sumberdaya Hutan Manan (1998) dalam Rachmawati (2008) menyatakan bahwa masyarakat manusia sebagai bagian dari makhluk hidup memegang peranan yang menentukan terhadap kelestarian dan keseimbangan ekosistem. Sebuah ekosistem mencakup komponen makhluk hidup (manuasia, hewan, jasad renik, tumbuh-tumbuhan) dan lingkungan yang tidak hidup (udara, energi matahari, cahaya, air, tanah, angina, mineral dan lain sebagainya) yang keduanya saling berinteraksi dan berhubungan timbal balik.

Keterkaitan (interaksi) antara masyarakat dengan hutan telah berlangsung cukup lama karena hutan memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Keberadaan hutan juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bekerja terutama dalam hal pembukaan lahan, penebangan kayu, pembersihan lahan, sehingga memperolah upah (pendapatan) yang lumayan. Selain itu, bagi masyarakat yang hidupnya bergantung pada sumber-sumber dasar yang terdapat di hutan seperti kayu bakar dan hasil hutan lainnya akan memberikan nilai tambah terutama bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan (Mangandar 2000).

Soekmadi (1987) dalam Mangandar (2000) menyatakan bahwa ada beberapa penyebab terjadinya keterkaitan (interaksi) yang cukup penting antara


(12)

manusia dengan sumberdaya hutan, yaitu :

1. Tingkat pendapatan masyarakat di sekitar hutan rendah. 2. Tingkat pendidikan yang rendah.

3. Rata-rata pemilikan lahan yang sempit dan kurang intensif pengelolaannya.

4. Laju pertumbuhan penduduk yang pesat dengan kepadatan yang cukup tinggi.

2.5 Persepsi

Persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Persepsi dan atribusi ini sifatnya memang sangat subjektif, yaitu tergantung sekali pada subjek yang melaksanakan persepsi dan atribusi itu. Menurut Nurdin (2003) dalam Rachmawati (2008), persepsi yang dimiliki seseorang berbeda karena pengaruh berbagai factor mulai dari pengalaman, latar belakang, lingkungan dimana dia tinggal, juga motifasi dan lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang akan menyebabkan dalam menginterpretasikan sesuatu mempunyai perbedaan pendapat.

Man (1969) diacu dalam Irma (2010) meyatakan sekalipun diasumsikan bahwa sikap merupakan predisposisi evaluatif yang banyak menentukan bagaimana individu bertindak, akan tetapi sikap yang menerima pengalaman, orang akan melakukan tanggapan atau penghayatan biasanya tidak melepaskan pengalaman yang sedang dialaminya dari pengalaman-pengalaman lain yang terdahulu, yang relevan. Bagaimana individu bereaksi terhadap pengalamannya yang sekarang jarang lepas dari penghayatannya terhadap pengalaman masa lalunya.


(13)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Keberadaan hutan dan masyarakat sekitar hutan secara langsung atau tidak langsung sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yang ada di kawasan hutan dan sekitar hutan tersebut. Masayarakat Desa Buniwangi sangat menggantungkan hidupnya terhadap sumberdaya hutan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dibedakan menjadi dua, yaitu kayu dan non kayu. Kayu-kayuan yang dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu berupa kayu bakar yang digunakan untuk keperluan memasak, sedangkan hasil hutan non kayu yang dimanfaatkan masyarakat berupa air yang digunakan untuk minum, mandi, mencuci dan keperluan rumah tangga lainnya. Manfaat-manfaat hutan tersebut secara langsung dan tidak langsung sangat berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dan berkontribusi terhadap pendapatan masyarakat di Desa Buniwangi, yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Pemanfataan sumberdaya hutan oleh masyarakat sekitar Desa Buniwangi secara skematis seperti pada gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran metodologi penelitian. Sumber Daya

Hutan

Kayu Non Kayu

Kayu Bakar Air

Kesejahteraan Masyarakat

Kontribusi SDH Terhadap Pendapatan Masyarakat Pemanfaatan SDH oleh Masyarakat


(14)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakasanakan di Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu dari bulan Mei sampai Juni 2011.

3.3 Objek Penelitian dan alat

Objek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada disekitar hutan yang memanfaatkan sumber daya hutan di Desa Buniwangi untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner digunakan untuk media mengumpulkan data.

2. Kamera digital digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian.

3.4 Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung masyarakat desa yang tinggal di sekitar hutan sebagai responden. Data primer terdiri dari :

1. Data karakterisitik masyarakat sekitar hutan: nama, jenis kelamin, umur, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.

2. Jenis-jenis sumber daya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat.

3. Jumlah sumber daya hutan yang diperoleh (diambil) masyarakat (m3, kg, ikat, karung, batang).

4. Data harga pasar sumber daya hutan yang diambil masyarakat saat itu. 5. Data harga air per m3berdasarkan tarif PDAM.

6. Pendapatan masyarakat.

7. Pengeluaran rumah tangga : sandang, pangan, papan, dan lain-lain.

Data sekunder adalah data yang menyangkut keadaan lingkungan baik fisik, sosial, ekonomi masyarakat dan data lain yang berhubungan dengan objek penelitian, baik yang tersedia ditingkat desa, kecamatan maupun instansi-instansi terkait lainya. Data sekunder meliputi :


(15)

1. Keadaan umum lokasi penelitian yang meliputi letak dan keadaan fisik lingkungan dan kegiatan sosial ekonomi masyarakat.

2. Keadaan penduduk: mata pencaharian, jumlah penduduk, kesehatan, komunikasi dan lainnya.

3.4.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data ini terdiri dari :

1. Studi literatur, dilakukan untuk mendapatkan data mengenai keadaan umum lokasi penelitian, iklim, keadaan tanah, curah hujan, jenis penutupan tanah, topografi, kelerengan lahan serta jumlah penduduk secara keseluruhan, tipe dan luasan hutan yang dikembangkan serta hasil produksinya dan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya. Dilakukan dengan mempelajari arsip-arsip yang ada di instansi terkait. 2. Teknik observasi, dengan melakukan pengamatan langsung terhadap

objek yang diteliti pada rumah tangga masyarakat sekitar hutan maupun lapangan.

3. Teknik wawancara, wawancara dilakukan secara terstruktur dan bebas. Secara terstruktur dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner yang telah disiapkan, sedangkan wawancara bebas dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner mengenai hal-hal yang masih berhubungan dengan penelitian.

3.5 Metode Penenetuan Responden (objek penelitian)

Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 60 responden, tujuannya untuk memperoleh responden yang memenuhi kriteria-kriteria yang sesuai dengan tujuan penelitian. Objek yang diambil adalah masyarakat yang berada disekitar hutan yang memanfaatkan sumber daya hutan di Desa Buniwangi untuk kebutuhan hidup sehari-hari.


(16)

3.6 Metode Penilaian Manfaat Ekonomi Hasil Pemanfaatan Sumberdaya Hutan

Metode ini dilakukan untuk melihat pemanfaatan hasil sumberdaya hutan oleh masyarakat. Penilaian dilakukan berdasarkan 3 cara, yaitu :

1. Metode penilaian berdasarkan harga pasar

Metode ini digunakan untuk melihat manfaat ekonomi langsung yang dihasilkan dari hutan yang dijual di pasar dengan pendekatan harga pasar yang berlaku.

2. Metode penilaian berdasarkan harga barang pengganti

Metode ini digunakan sebagai pendekatan apabila metode pertama tidak dapat digunakan dengan didasarkan atas harga barang pengganti (harga subtitusi) atau nilai banding antara barang yang bersangkutan dengan barang lain yang memiliki harga pasar.

3. Metode penilaian berdasarkan biaya pengadaan dan perbaikan

Metode ini digunakan untuk menghitung biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk memanfaatkan dan mempertahankan barang dan jasa yang dikontribusikan oleh kawasan hutan.

3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang diperoleh dilakukan dengan melakukan metode volumetric yaitu melakukan perhitungan jumlah pemanfaatan kayu bakar dan air dalam rumah tangga kemudian diaplikasikan dalam bentuk tabulasi dan gambar untuk mendapatkan gambaran tentang banyaknya jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga responden, golongan penguasaan lahan dan variabel-variabel lainnya yang kemudian dianalisis.

Analisis data dilakukan dengan mencari hubungan variabel-variabel yang terkait dengan banyaknya konsumsi dan pemanfaatan sumberdaya dalam suatu rumah tangga. Analisis yang digunakan yaitu berdasarkan perhitugan:

1. Nilai manfaat sumber daya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dihitung mrnggunakan rumus :


(17)

HKbi =nilai SDH yang diambil masyarakat dari hutan dalam satu bulan. Vi =jumlah SDH yang diperoleh masyarakat dalam satu kali

pengambilan (ikat, kg, m3, batang)

Hki = harga manfaat sumber daya hutan (Rp/ikat, Rp/kg, Rp/batang) t = frekuesi pengambilan manfaat SDH dalam satu bulan.

2. Pendapatan rumah tangga

Rumus yang digunakan untuk perhitungan analisis pendapatan ini adalah sebagai berikut :

dt = dp + dn Dimana :

dt : pendapatan total

dp : pendapatan dari sektor pertanian dn : pendapatan dari sektor non pertanian

3. Jumlah konsumsi air dalam rumah tangga

Perhitungan jumlah konsumsi air dilakukan dengan menghitung banyaknya jumlah air dalam satuan ember yang digunakan oleh rumah tangga (KK) untuk kebutuhan rumah tangga (MCK) setelah diketahui jumlah air dalam satu ember yang digunakan, maka hasilnya dikonversikan dalam m3.

Perhitungan sebagai berikut : 1 ember = 10 liter air 1 liter air = 0,001 m3

Jumlah konsumsi air (m3) = Jumlah total air yang dipakai untuk kebutuhan rumah tangga

4. Nilai air

4.1.Nilai air menurut harga PDAM

Perhitungan ini dilakukan berdasarkan tarif yang sudah ditentukan oleh PDAM di daerah penelitian. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :


(18)

4.2 Nilai air menurut retribusi air desa

Perhitungan ini dilakukan berdasrkan penarikan retribusi desa yang dilakukan oleh pemerintah daerah setempat. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Harga air (Rp) = Harga retribusi air desa (Rp)

4.3 Nilai penghematan air

Nilai penghematan air = Nilai air berdasarkan harga PDAM –biaya pengadaan dan perbaikan sumber air

5. Kontribusi sumberdaya hutan terhadap pendapatan

% Penghematan = Nilai penghematan SDH (Rp/bulan) x 100 % Jumlah pendapatan (Rp/bulan)


(19)

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Iklim

Kondisi umum Desa Buniwangi diperoleh dari dokumen profil Desa Buniwangi tahun 2011. Desa Buniwangi merupakan bagian dari Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Desa ini terletak sekitar 6 km di timur laut kota Palabuhan Ratu. Desa ini dikelilingi oleh perbukitan dan hutan. Desa Buniwangi memiliki ketinggian tempat sekitar 400 m dpl, dengan curah hujan tahunan antara 2500–4000 mm dan suhu udara rata-rata 23oC.

Batas wilayah Desa Buniwangi secara administratif adalah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Gandasoli. 2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Cikadu. 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Citepus. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cibodas.

Secara administrasi pemerintahan, Buniwangi terdiri dari 4 dusun yang terbagi lagi menjadi 8 RW (rukun warga) dan 54 RT (rukun tetangga). Permukimannya terdiri dari sekitar 12 kampung; di antaranya adalah kampung-kampung Babakan Astana, Babakan Pasantren, Babakan Sirna, Babakan Tipar, Cibanteng, Cimapag, Citapen, Datar Ulen, Nanggoh, Pasir Geulis, dan Pasir Kadu, selain dari pusat Desa Buniwangi itu sendiri.

4.2 Luas Wilayah Menurut Penggunaan

Desa Buniwangi memiliki luas wilayah sebesar 2.515,895 ha. Luas wilayah tersebut dikelola untuk perladangan (1.165,9 ha); lahan perkebunan negara (138,040 ha); perkebunan swasta (179,640 ha); hutan rakyat (88,785 ha); lahan persawahan (42 ha); serta lahan kawasan hutan negara seluas 739,135 ha berupa hutan produksi dan hutan lindung yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Sukabumi


(20)

4.3 Potensi Sumber Daya Manusia

Desa Buniwangi memiliki jumlah penduduk 9.454 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 4.798 orang dan perempuan 4.656 orang. Kepala keluarga di Desa ini berjumlah 2.046 KK.

Desa Buniwangi tergolong masih sederhana dalam hal mata pencaharian pokok. Mata pencaharian penduduk sebagai buruh tani sebanyak 1.300 orang, sebagai pedagang 1.091 orang, 252 orang sebagai petani, 131 orang dalam pertukangan, dan 42 orang pegawai negeri sipil.

Tingkat pendidikan di Desa Buniwangi dapat dikatakan masih rendah berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar penduduk Desa Buniwangi adalah tamatan sekolah dasar (SD), sebanyak 2.359 orang dari total seluruhnya 5.955 orang.

4.4 Kondisi Hutan Cirenghas

Hutan Cirenghas mempunyai luasan yang tidak terlalu besar, yaitu kurang dari 5 Ha. Pada tahun 1998 - 2000 terjadi penjarahan kayu secara besar-besaran oleh masyarakat desa di hutan milik negara disebabkan oleh pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan kondisi politik negara pada saat itu. masyarakat Desa Buniwangi merasakan dampak dari penggundulan hutan-hutan tersebut setelah beberapa tahun terjadi penjarahan, salah satu dampaknya adalah sulitnya air bersih dari hutan. Setelah dilakukan musyawarah oleh beberapa tokoh masyarakat, aparat desa serta lembaga swadaya masyarakat maka mulai dilakukan penanaman di Desa Buniwangi. Pohon yang ditanam berupa pohon-pohon yang mempunyai daur lama dan berfungsi sebagai penyerap dan penahan air. Diatara pohon-pohon tersebut terdapat juga pohon buah-buahan yang sengaja di tanam oleh beberapa tokoh masyarakat seperti duren dan duku. Selain itu juga banyak ditanam jenis bambu-bambuan yang menurut masyarakat desa pohon bambu ini sangat berguna dalam menahan dan menyimpan air hutan.

Masyarakat Desa Buniwangi memanfaatkan sumberdaya hutan berupa kayu bakar dan air hutan,sedangkan kayu bulat, getah, buah-buahan dan palawija diperoleh dari kawasan sekitar hutan yang merupakan kawasan lahan milik


(21)

pribadi warga Desa Buniwangi, hal ini dikarenakan masyarakat desa sudah sadar akan pentingnya hutan yang berada dikawasan Desa Buniwangi. Sebagian besar masyarakat hanya memanfaatkan air dan sebagian kayu bakar dari hutan desa yang ada.


(22)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Masyarakat Desa Hutan

Gambaran mengenai karakteristik masyarakat sekitar hutan di Desa Buniwangi dilakukan dengan metode wawancara terhadap responden. Jumlah responden yang di ambil adalah 60 responden dari beberapa dusun yang letaknya berada disekitar hutan Cirenghas Desa Buniwangi. Data dari responden yang dikumpulkan adalah : identitas, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, luas kepemilikan lahan, pendapatan rumah tangga, pengeluaran rumah tangga dan sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan.

5.1.1 Umur Responden

Berdasarkan data yang dikumpulkan, umur responden termuda adalah 25 tahun, tertua adalah 80 tahun dan rata-ratanya adalah 48 tahun, sehingga menunjukan bahwa responden di Desa Buniwangi termasuk dalam kategori umur produktif dalam melakukan berbagai pekerjaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bakir dan Maning (1982) dalam Widiarso (2005) yang menyatakan bahwa umur produktif seseorang di negara berkembang adalah berkisar antara 15–55 tahun. Data mengenai umur responden disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Persentase responden berdasarkan kelompok umur

Kelas umur (tahun) Jumlah responden (orang) Persentase (%)

20–29 4 6,66

30–39 19 31,67

40–49 9 15,00

50–59 16 26,67

60–69 9 15,00

≥70 3 5,00

Total 60 100,00

5.1.2 Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh responden di Desa Buniwangi. Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Buniwangi masih tergolong rendah, hal ini diketahui dari 43,33% responden


(23)

tidak tamat sekolah SD, 33,33% responden hanya bersekolah pada tingkat SD dan tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi, dan hanya 5% responden yang pernah bersekolah di tingkat perguruan tinggi dan responden tersebut merupakan pendatang kemudian menetap di Desa Buniwangi (Tabel 3). Tabel 3 Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat dalam menganilis dan memanfaatkan peluang-peluang untuk meningkatkan penghasilan keluarga. Tingkat pendidikan juga dapat menjadi indikator seseorang dalam status sosial di masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka keberadaannya semakin dihargai. Tidak sedikit dari responden yang merasa kurang percaya diri ketika ditanya tentang pendidikan responden itu sendiri.

Birgantoro dan Nurrochmat (2007) menyatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat juga dapat berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan. Hal ini terkait dengan ilmu pengetahun yang dimiliki, penguasaan teknologi, keterampilan, dan informasi pasar yang diperoleh. Tingkat pendidikan yang rendah, penguasaan teknologi dan keterampilan yang terbatas, serta kurangnya informasi pasar menyebabkan pemanfaatan sumberdaya hutan terutama untuk jenis-jenis komersil menjadi tidak terkendali. Hal ini akan berdampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya hutan tersebut. Terbatasnya teknologi dan keterampilan yang dimiliki menyebabkan rendahnya kemampuan untuk menghasilkan produk baru/produk olahan yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi. Kurangnya informasi pasar yang dimiliki menyebabkan terjadinya eksploitasi terhadap jenis-jenis sumberdaya hutan tertentu. Akan tetapi pada kasus di Desa Buniwangi tingkat pendidikan tidak mempengaruhi tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan seperti pada pengambilan kayu bakar, pengambilan kayu bakar

Pendidikan Jumlah responden (orang) Persentase (%)

Tidak tamat SD 26 43,33

SD 20 33,33

SMP 7 11.67

SMA 54 6,67

PT 3 5,00


(24)

dari hutan hanya untuk memenuhi kebutuhan dapur saja tdak untuk diperjual-belikan, jika kayu bakar dirasa sudah cukup untuk persediaan dapur maka tidak dilakukan lagi pengambilan kayu bakar tersebut.

5.1.3 Pekerjaan

Masyarakat Desa Buniwangi sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani dan buruh. Dari data yang dikumpulkan sebanyak 30% responden bekerja sebagai petani dan sebanyak 16,67% yang bekerja sebagai buruh tani. 56,33% responden lainnya bekerja sebagai pedagang, ojeg, wirausaha,buruh bangunan dan lain-lain (Tabel 4).

Tabel 4 Persentase responden berdasarkan pekerja utama Pekerjaan

Jumlah Responden

(orang) Persentase (%)

Tani 18 30,00

Guru 3 5,00

Wira Usaha 7 11,67

Aparat Desa 3 5,00

Pedagang 4 6,67

Pertukangan 2 3,32

Ojeg 3 5,00

Buruh Tani 10 16,67

Buruh Sadap 3 5,00

Buruh 6 10,00

Supir 1 1,67

Total 60 100,00

Selain mempunyai mata pencaharian utama sebagai sumber pendapatan utama keluarga, masyarakat Desa Buniwangi mempunyai pekerjaan sampingan untuk memperoleh penghasilan tambahan. Dari data yang dikumpulkan sebanyak 55% dari total responden mempunyai pekerjaan sampingan (tabel 5). Sebagian besar pekerjaan sampingan yang dilakukan adalah sebagai petani dan buruh tani, pekerjaan sampingan dilakukan sebagai penambahan pendapatan keluarga. Semakin banyak pekerjaan yang dapat dilakukan maka semakin besar pendapatan keluarga yang diterima. Nelson (1955:15) dalam Zulaifah (2006) dalam teorinya menyebutkan bahwa walaupun dalam lingkungan masyarakat pedesaan telah


(25)

muncul berbagai macam jenis mata pencaharian sebagaimana data yang sering disajikan dalam ilmu demografi, akan tetapi sektor pertanian tetap menjadi karakteristik khas kehidupan di pedesaan.

Tabel 5 Persentase responden berdasarkan pekerjaan sampingan Pekerjaan Sampingan Jumlah responden

(orang) Persentase (%)

Memiliki pekerjaan sampingan 33 55,00

Tidak memiliki pekerjaan sampingan 27 45,00

Total 60 100,00

5.1.4 Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang berada dan tinggal dirumah Responden, sehingga anggota keluarga yang berada atau bekerja di luar kota tidak dimasukkan kedalam angota keluarga responden. Hal ini didasarkan atas perbandingan antara jumlah pemanfaatan hail hutan dan kawasan sekitar hutan dengan jumlah anggota keluarga yang memanfaatkan pada saat sekarang.

Dari data yang dikumpulkan, sebanyak 70% responden mempunyai jumlah anggota keluarga 3-4 orang (Tabel 6). Banyak sedikitnya jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap pemanfaatan terhadap sumberdaya hutan yang ada. Semakin banyak anggota keluarga maka semakin besar keluarga tersebut memanfaatkan sumberdaya hutan dan kawasan sekitar hutan. Banyaknya anggota keluarga juga berpengaruh terhadap jumlah pendapatan dan pengeluaran rumah tangga masyarakat. hal ini terkait dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk konsumsi rumah tangga.

Tabel 6 Persentase responden berdasarkan jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga (orang) Jumlah responden (orang) Persentase (%)

1–2 8 13,33

3–4 42 70,00

> 4 10 16,67


(26)

5.1.5 Luas Kepemilikan Lahan Milik

Sebagian besar masyarakat desa sekitar hutan bermatapencaharian sebagai petani dengan lahan yang sempit atau bahkan tidak memiliki lahan. Sudjatmoko (1980) dalam Kartasubrata (2003) mengemukakan bahwa struktur masyarakat pedasaan di Jawa menunjukan pembagian dalam 3 golongan, yaitu :

4. Golongan pertama adalah mereka yang memiliki tanah cukup besar untuk menjamin kehidupan yang cukup bagi keluarganya.

5. Golongan kedua terdiri dari petani yang memiliki tanah yang luasnya atau kualitasnya margin, sehingga kehidupan keluarganya sangat tergantung dari pekerjaan sampingan, selain iklim dan faktor pasar. 6. Golongan ketiga yang semakin lama semakin besar jumlahya baik di

Indonesia maupun di Asia pada umumnya ialah mereka yang sama sekali tidak memiliki tanah.

Masyarakat Desa Buniwangi mempunyai lahan milik yang sebagian besar didapatkan dari warisan turun temurun. Lahan milik yang dimaksudkan meliputi : rumah, sawah, kebun dan kolam. Tabel 7 menyajikan data kepemilikan lahan masyarakat Desa Buniwangi.

Tabel 7 Persentase responden berdasarkan kepemilikan lahan.

Luas kepemilikan lahan (Ha) Jumlah responden (orang) Persentase (%)

0 –0,25 41 68,33

0,25–0,5 12 20,00

> 0,5 7 11,67

Total 60 100,00

Kepemilikan lahan ini sangat berpengaruh terhadap jumlah pendapatan rumah tangga di sektor pertanian. Semakin besar lahan yang dimiliki maka semakin besar pula pendapatan yang diterima oleh pemiliknya. Sebagian besar masyarakan desa mamanfaatkan lahan milik sebagai areal persawahan dan perladangan. Kebutuhan pangan bagi keluarga merupakan motivasi utama masyarakat dalam pengelolaannya lahan miliknya.


(27)

5.2 Pendapatan Rumah Tangga Masyarakat

Pendapatan rumah tangga yang dimaksud yaitu besarnya pendapatan yang diterima oleh anggota keluarga dalam satu rumah tangga dari pekerjaan pokok ditambah pekerjaan sampingan setiap bulan dalam satuan rupiah. Data mengenai pendapatan rumah tangga bermanfaat untuk mengetahui kecukupan suatu rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Pendapatan rumah tangga masyarakat Desa Buniwangi berasal dari sektor pertanian dan non pertanian. Pertanian merupakan sektor yang paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga masyarakat. Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan yang paling utama dalam rumah tangga oleh karena itu masyarakat Desa Buniwangi sebagian besar mengusahakan lahan sawah (padi) untuk dikonsumsi oleh keluarga sendiri. Selain dari persawahan pendapatan dari sekor pertanian juga berasal dari kebun campuran, hasil dari kebun campuran berupa kayu bulat, buah, palawija dan getah karet (Tabel 8).

Tabel 8 Sumber dan jumlah pendapatan rata-rata rumah tangga Sumber pendapatan rumah

tangga Jumlah respon-den (orang) Jumlah pendapatan (Rp/bulan/KK) Rata-rata pendapatan (Rp/bulan/KK) Persentase (%) Pertanian 1. Sawah padi

40

241.750

933.106 52,46 2. Kebun

a. Kayu 297.037

b.Buah dan palawija 138.986 c. Getah karet 255.333 Non-Pertanian PNS, warung,

ojeg, buruh,dll. 20 845.694 845.694 47,54

Total 60 1.778.790 100,00

Tabel 8 memberikan informasi bahwa sumber pendapatan rata-rata rumah tangga di Desa Buniwangi sebagian besar berasal dari sektor pertanian dengan persentase penghasilan 52,46% dari total penghasilan seluruh responden, sedangkan untuk sektor non-pertanian 47,54% dari total penghasilan rumah tangga. Sektor pertanian terdiri dari sawah dan kebun campuran milik responden, sedangkan untuk sektor non-pertanian pendapatan responden berasal dari upah


(28)

buruh, perdagangan ikan, warung, PNS, aparat desa dan lain sebagainya yang tidak berhubungan dengan kegiatan pertanian.

5.3 Pengeluaran Rumah Tangga Masyarakat

Pengeluaran rumah tangga merupakan biaya yang dikeluarkan oleh suatu rumah tangga untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Jenis pengeluaran ini terdiri dari : sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, telekomunikasi, listrik, transportasi dan pajak (Tabel 9).

Tabel 9 Jenis dan jumlah pengeluaran rata-rata rumah tangga

Jenis pengeluaran Jumlah pengeluaran (Rp/bulan)

Sandang 60.583

Papan 15.764

Pangan 639.583

Pendidikan 208.750

Kesehatan 38.702

Telekomunikasi 34.550

Listrik 36.168

Transportasi 15.000

Pajak 4.863

Total 1.053.963

Tabel 9 memberikan informasi bahwa pengeluaran rumah tangga untuk jenis kebutuhan pangan merupakan pengeluaran tertinggi rumah tangga dengan rata-rata jumlah pengeluaran sebanyak Rp 639.583/bulan, dan pengeluaran terkecil untuk jenis pajak dengan rata-rata pengeluaran tiap rumah tangga adalah Rp 4.863/bulan. Jenis-jenis kebutuhan keluarga ini dapat disesuaikan dengan kondisi perekonomian masing-masing rumah tangga. Rumah tangga dengan kondisi perekonomian yang kecil akan menyesuaikan pengeluaran rumah tangga sedemikian rupa agar kebutuhan utama tetap terpenuhi dan mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan lain yang dianggap kurang perlu.

Besar kecilnya pengeluaran suatu rumah tangga juga tergantung pada jumlah anggota keluarga, semakin banyak jumlah anggota keluarga maka jumlah pengeluarannya pun semakin besar. Jumlah anggota keluarga pada dasaranya mempengaruhi jumlah pengeluaran untuk jenis kebutuhan pangan, sandang, pendidikan dan kesehatan.


(29)

5.4 Pemanfaatan Sumberdaya Hutan 5.4.1 Kayu Bakar

Kayu bakar merupakan salah satu sumberdaya hutan yang banyak dimanfaakan oleh masyarakat Desa Buniwangi. Sebagian besar masyarakat memperolehnya dari hutan desa dan kebun milik masyarakat. Kayu bakar digunakan sebagai sumber energi untuk kebutuhan memasak di dapur. Tabel 10 menyajikan data jumlah pemanfaatan kayu bakar oleh masyarakat Desa Buniwangi.

Tabel 10 Pemanfaatan kayu bakar oleh masyarakat Jumlah

anggota keluarga

Jumlah KK (N)

Jumlah konsumsi kayu bakar (ikat/bulan)

Rata-rata konsumsi

kayu bakar (ikat/bulan) persentase (%)

1–2 8 74 9,25 13,12

3–4 42 391 9,30 69,33

> 4 10 99 9,90 17,55

Total 60 564 9,40 100,00

Tabel 10 memberikan informasi bahwa jumlah anggota keluarga mempengaruhi tingkat pemanfaatan kayu bakar. Keluarga yang mempunyai jumlah anggota 1–2 orang rata-rata mengkonsumsi kayu bakar sebanyak 9,25 ikat/bulan, keluarga yang mempunyai jumlah anggota 3–4 orang mengkonsumsi kayu bakar rata-rata sebanyak 9,30 ikat/bulan, sedangkan keluarga yang mempunyai jumlah anggota lebih dari 4 orang rata-rata mengkonsumsi kayu bakar sebanyak 9,90 ikat/bulan. Jumlah anggota keluarga mempengaruhi tingkat konsumsi kayu bakar, semakin banyak jumlah anggota keluarga maka konsumsi kayu kayu bakar juga semakin besar, hal ini dikarenakan bahwa semakin banyak anggota keluarga maka kebutuhan akan pangan semakin meningkat yang mengakibatkan intensitas kegiatan rumah tangga untuk memasak yang memerlukan kayu bakar semakin tinggi.

Pekerjaan pengambilan kayu bakar dilakukan oleh pria dengan frekuesi pengambilan rata-rata 3–4 kali pengambilan dalam satu bulan. Dalam pengambilan kayu bakar tidak memerlukan waktu khusus, responden melakukan pengambilan kayu bakar ini pada saat pulang dari ladang karena letak hutan desa dengan ladang masyarakat berdekatan. Kayu bakar diambil dengan cara


(30)

memungut ranting-ranting yang sudah jatuh atau memotong bagian batang pohon yang sudah rapuh atau mati. Jenis pohon yang dijadikan kayu bakar paling dominan adalah jenis sengon, hal ini dikarenakan pohon jenis sengon paling banyak ditanam di lahan-lahan milik masyarakat desa. Selain itu juga terdapat jenis karet, mahoni, jati dan pohon buah seperti durian, rambutan, dan lainnya yang digunakan sebagai kayu bakar tetapi jumlahnya hanya sedikit (Gambar 2).

Gambar 2. Kayu bakar yang dimanfaatkan masyarakat.

Konsumsi kayu bakar oleh masyarakat Desa Buniwangi berasal dari hutan dan kebun masyarakat di sekitar hutan. Jumlah konsumsi kayu bakar dari hutan hanya 38,65% dari total konsumsi bakar yang dikonsumsi rumah tangga, lebih dari 60% kayu bakar didapatkan dari kebun disekitar hutan, hal ini dikarenakan jumlah ketersediaan kayu bakar yang ada di kebun lebih banyak daripada di hutan serta lokasi kebun yang dekat dengan tempat tinggal masyarakat (Tabel 11). Tabel 11 Konsumsi kayu bakar berdasarkan lokasi pengambilan

Lokasi pengambilan Jumlah konsumsi (ikat/bulan) Persentase (%)

Kayu bakar dari hutan 218 38,65

Kayu bakar dari luar hutan 346 61,35

Total konsumsi kayu bakar 564 100,00

Kayu bakar termasuk energi yang paling konvensional dan untuk memanfaatkannya tidak memerlukan teknologi pengolahan. Walaupun produksi dan konsumsi kayu bakar cukup tinggi, tetapi sebagian besar bukan berasal dari kawasan hutan (Rostiwatiet al.2007).

Kayu bakar yang dikonsumsi oleh rumah tangga mempunyai nilai yang didasarkan pada harga kayu bakar di Desa Buniwangi. Harga kayu bakar di Desa


(31)

Buniwangi adalah Rp 10.000/ikat. Nilai kayu bakar yang dikonsumsi oleh rumah tangga di sajikan dalam Tabel 12.

Tabel 12 Nilai konsumsi kayu bakar rumah tangga Konsumsi kayu bakar

(ikat/KK/bulan)

Harga kayu bakar (Rp)

Nilai kayu bakar (Rp/bulan)

9,40 10.000 94.000

5.4.2 Air Hutan

Kontribusi hutan bagi masyarakat Desa Buniwangi yang paling penting adalah adanya mata air hutan yang mengalir sepanjang tahun. Keberadaan mata air di hutan ini sangat berperan penting dalam pemenuhan kehidupan sehari-hari, baik itu untuk MCK, air minum, dan keperluan rumah tangga lainnya. Suparmoko (1989) dalam Affandi dan Patan (2004) mengemukakan bahwa air merupakan produk penting dari hutan. Tanah dihutan merupakan busa raksasa yang mampu menahan air hujan sehingga meresap perlahan ke dalam tanah. Banyak daerah yang menggantungkan diri terhadap persediaan air dari hutan dengan sungai-sungai yang mengalir sepanjang tahun.

Pemanfaatan air hutan oleh masyarakat Desa Buniwangi diperoleh dengan cara melalui pipa atau selang penyalur air ke tiap-tiap rumah di desa Buniwangi. Penyaluran air hutan ini dilakukan oleh masing-masing rumah tangga dan melalui kelola desa (Gambar 3).

Gambar 3 (a) Sumber mata air hutan Cirenghas (b) sumber air hutan untuk umum

(c) penampungan air hutan oleh masyarakat (d) penampungan air hutan oleh desa.

a) b)


(32)

Selain dari mata air hutan, masyarakat Desa Buniwangi juga menggunakan sumur untuk memperoleh air. Masyarakat yang menggunakan sumur adalah masyarakat yang letak rumahnya terlalu jauh dengan mata air dan belum banyak disalurkannya melalui kolam-kolam penampungan air oleh pemerintah desa. Masyarakat yang mempunyai sumur merasa sulit dalam mendapatkan air hutan sehingga mereka mengadakan air sumur dengan cara menggunakan mesin pompa air atau dengan cara ditimba. Pengadaan sumber-sumber air yang beragam oleh masyarakat Desa Buniwangi memberikan adanya biaya pengadaan yang beragam untuk memperoleh air. Biaya pengadaan sumber air rumah tangga masyarakat Desa Buniwangi dapat dilihat dari Tabel 13.

Tabel 13 Biaya pengadaan dan perbaikan sumber air rumah tangga responden

Sumber air Komponen pengadaan Biaya pengadaan dan perbaikan (Rp) Umur pakai (bulan) Biaya pengadaan dan perbaikan (Rp/bulan) Total biaya pengadaan dan perbaikan (Rp/bulan) Mata air hutan mata air langsung

selang/pipa 310.000 60 5.167

11.667 penampung 520.000 120 4.333

gayung 3.000 6 500

ember 10.000 6 1.667

mata air kelola desa

selang/pipa 110.000 60 1.833

18.333 penampung 520.000 120 4.333

gayung 3.000 6 500

ember 10.000 6 1.667

biaya/bulan 10.000 0 10.000 pemandian

umum

gayung 3.000 6 500

2.167

ember 10.000 6 1.667

Sumur

sumur timba

pembuatan

sumur 500.000 240 2.083

10.056 penampung 520.000 120 4.333

kerekan 20.000 36 556

tali kerekan 33.000 36 917

ember 10.000 6 1.667

gayung 3.000 6 500

sumur mesin pompa

pembuatan

sumur 500.000 240 2.083

24.897 penampung 520.000 120 4.333

mesin air 350.000 36 9.722 pipa ledeng 70.000 60 1167

gayung 3.000 6 500

ember 10.000 6 1.667


(33)

Dari Tabel 13 diketahui bahwa biaya pengadaan sumber air paling besar adalah sumur yang menggunakan mesin pompa dengan biaya pengadaan dan perbaikan perbulannya adalah Rp 24.897 sedangkan biaya pengadaan terkecil adalah sumber air umum dengan biaya pengadaan perbulannya adalah Rp 2.167. Untuk mata air hutan yang diambil langsung oleh responden biaya pengadaan dan perbaikannya adalah Rp 11.667/bulan sedangkan untuk mata air hutan yang dikelola desa biaya pengadaannya adalah Rp 18.333/bulan. Pemanfaatan mata air hutan yang dikelola desa mempunyai biaya pengadaan yang cukup tinggi perbulannya dikarenakan tiap bulan masyarakat dikenakan tarif Rp 10.000/bulan.

Penarikan biaya retribusi merupakan hasil dari musyawarah antara warga dengan pihak desa, sehingga tidak ada warga merasa dirugikan dengan tarif tersebut. Biaya restribusi dimaksudkan dengan tujuan untuk kas perbaikan alat-alat penyalur air dan penampung air 20%, pemasukan desa 20%, sewa tanah 10%, dan untuk pengelola sebanyak 50%. Pihak pengelola bertanggung jawab jika ada permasalahan tentang aliran air. Pengecekan saluran air oleh pihak pengelola dilakukan setiap hari, sehingga kebutuhan air warga tetap terpenuhi.

Tabel 14 Konsumsi air rumah tangga responden Jumlah anggota

keluarga (orang) N

jumlah konsumsi

air (m3/bulan) Rata-rata/rumah tangga(m3

/bulan)

1–2 8 94,95 11,86

3–4 42 908,70 21,63

> 4 10 256,35 25,63

Total 60 1.260,00 21,00

Tingkat konsumsi air rumah tangga masyarakat Desa Buniwangi mencapai 1.260 m3/bulan/60 responden dengan rata-rata konsumsi air keluarga sebesar 21 m3/bulan. Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi air rata-rata tertinggi oleh keluarga dengan Jumlah anggota >4 orang sebesar 25,63 m3/bulan. Konsumsi air rumah tangga terkecil pada rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga 1–2 orang dan rata-rata konsumsi air rumah tangganya adalah 11,86 m3/bulan. Rata-rata konsumsi air di Desa Buniwangi adalah 190,90 liter/orang/hari untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari.


(34)

Adanya mata air hutan menjadikan masyarakat bisa mencukupi kebutuhan air keluarga sehari-hari. Masyarakat dapat lebih berhemat jika dibandingkan dengan air yang didapatkan dari PDAM dengan tarif dasar air PDAM Sukabumi tahun 2011 untuk rumah tangga adalah Rp 1.700/m3. Tabel 16 memberikan gambaran perbandingan biaya yang harus dikeluarkan masyarakat jika dihitung dari tarif dasar air dari PDAM Sukabumi.

Tabel 15 Nilai ekonomi air rumah tangga berdasarkan harga PDAM dan penghematannya

Sumber air N

Konsumsi (m3/KK/

bln)

Biaya pengadaan & perbaikan (Rp/KK/bln)

Harga PDAM (Rp/KK/bln)

Pengehematan (Rp/KK/bulan)

Penghematan (Rp/KK/thn) 1. Air hutan

langsung 37 21,20 11.488 36.040 24.552 294.620

2. Air hutan

Kelola desa 7 23,53 18.000 40.001 22.001 264.012 3. Mata air

hutan

umum 6 18,88 2.167 32.096 29.929 359.152

4. Sumur

timba 7 17,67 9.889 30.039 20.150 241.801

5. Sumur mesin

Pompa 3 23,74 24.897 40.358 15.461 185.529

Rata-rata 60 21,00 13.288 35.706 22.419 269.023

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa pemanfaatan sumber-sumber air di Desa Buniwangi mempunyai nilai penghematan biaya bulanan bagi masyarakat dibandingkan dengan pemanfaatan air dari sumber PDAM sukabumi. Nilai pengehematan ekonomi sumberdaya air dihitung berdasarkan perbandingan antara biaya pengadaan dan perbaikan sumberdaya air terhadap harga air PDAM di Sukabumi. Biaya penghematan terbesar yaitu pada pemanfaatan sumber air umum yaitu Rp 359.152/tahun sedangkan biaya penghematan terkecil dari pemanfaatan air menggunakan sumur mesin pompa yaitu Rp 185.529/ tahun.


(35)

5.5 Kontribusi Sumberdaya Hutan dan Kawasan Sekitar Hutan terhadap Pendapatan Rumah Tangga Masyarakat Desa Buniwangi

Interaksi antara masyarakat dengan hutan telah memberikan banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat. Sumber-sumber daya yang terdapat di hutan seperti kayu bakar, air hutan dan hasil hutan lainnya akan memberikan kontribusi bagi pendapatan keluarga, terutama bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan.

Dalam studi ini kontribusi sumberdaya hutan terhadap pendapatan rumah tangga dianalisis berdasarkan karakteristik responden yaitu berdasarkan sumber pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga dan luas kepemilikan lahan.

Tabel 16 Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan keluarga berdasarkan sumber pendapatan

Sumber pendapatan N Rata-rata pendapatan / keluarga (Rp/bulan) Rata-rata penghematan SDH/keluarga (Rp/bulan) Persentase penghematan (%) Kayu

bakar Air Total

Kayu

bakar Air Total 1. Pertanian 13 2.148.996 94.000 22.419 116.419 4,37 1,04 5,42 2.

Non-pertanian 19 1.135.526 94.000 22.419 116.419 8,28 1,97 10,25 3. Pertanian

dan non-pertanian

28 2.043.433 94.000 22.419 116.419 4,60 1,10 5,70

Tabel 16 memperlihatkan nilai penghematan dari pemanfaatan sumberdaya hutan terhadap pendapatan berdasarkan sumber pendapatan masyarakat di Desa Buniwangi. Rumah tangga yang mempunyai sumber pendapatan hanya dari sektor pertanian mempunyai penghematan sebesar 5,42% dari pendapatannya setiap bulan. keluarga yang mempunyai sember pendapatan hanya dari sektor non-pertanian mempunyai penghematan sebesar 10,25% terhadap pendapatannya sedangkan keluarga yang mempunyai pendapatan dari sektor pertanian dan non-pertanian mempunyai penghematan sebesar 5,70% terhadap pandapatannya setiap bulan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang mempunyai sumber penghasilan hanya dari sektor non-pertanian lebih banyak menggantungkan hidupnya pada hutan Cirengahas.


(36)

Tabel 17 Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan keluarga berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan N Rata-rata pendapatan / keluarga (Rp/bulan) Rata-rata penghematan SDH/keluarga (Rp/bulan) Persentase penghematan (%) Kayu

bakar Air Total

Kayu

bakar Air Total 1. Tidak

tamat

SD 26 1.204.247 94.000 22.419 116.419 7,81 1,86 9,67 2. SD 20 2.341.160 94.000 22.419 116.419 4,02 0,96 4,97 3. SMP 7 1.726.190 94.000 22.419 116.419 5,45 1,30 6,74 4. SMA 4 1.500.000 94.000 22.419 116.419 6,27 1,49 7,76 5. PT 3 3.503.704 94.000 22.419 116.419 2,68 0,64 3,32 Tabel 17 memperlihatkan nilai penghematan sumberdaya hutan terhadap pendapatan keluarga berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat di Desa Buniwangi. Penghematan terbesar terdapat pada masyarakat yang mempunyai pendidikan terakhir tidak tamat SD yaitu sebesar 9,67%, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang mempunyai pendidikan tidak tamat SD lebih banyak menggantungkan hidupnya pada hutan cirenghas dibandingkan dengan masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan tamat SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.

Tabel 18 Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan keluarga berdasarkan jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota Keluarga (orang) N Rata-rata pendapatan/ keluarga (Rp/bulan) Rata-rata penghematan SDH/keluarga (Rp/bulan) Persentase penghematan (%) Kayu

bakar Air Total

Kayu

bakar Air Total 1. < 3 8 2.148.996 94.000 22.419 116.419 4,37 1,04 5,42 2. 3–4 42 1.135.526 94.000 22.419 116.419 8,28 1,97 10,20 3. > 4 10 2.043.433 94.000 22.419 116.419 4,60 1,10 5,70 Tabel 18 menunjukkan bahwa pada tingkat banyaknya jumlah anggota keluarga di Desa Buniwangi, rumah tangga yang mempunyai jumlah anggota keluarga antara 3–4 orang mempunyai penghematan terbesar daripada rumah tangga yang lainnya yaitu 10,25%. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan masyarakat yang mempunyai jumlah anggota keluarga 3–4 lebih besar terhadap hutan lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga yang lainnya.


(37)

Tabel 19 Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan keluarga berdasarkan luas kepemilikan lahan

Luas kepemilikan

lahan (Ha) N

Rata-rata pendapatan/

keluarga (Rp/bulan)

Rata-rata penghematan SDH/keluarga (Rp/bulan)

Persentase penghematan (%) Kayu

bakar Air Total

Kayu

bakar Air Total 1. <0.25 41 1.420.224 94.000 22.419 116.419 6,62 1,58 8,20 2. 0.25–0.5 12 1.436.829 94.000 22.419 116.419 6,54 1,56 8.10 3. >0.5 7 4.465.278 94.000 22.419 116.419 2.11 0,50 2,61

Tabel 19 menunjukkan nilai penghematan yang dicapai oleh rumah tangga masarakat Desa buniwangi berdasarkan luas kepemilikan lahan. Masyarakat yang mempunyai luas lahan < 0,25 Ha mempunyai penghematan terbesar daripada rumah tangga yang lainnya yaitu sebesar 8,20%. Hal ini menunjukan bahwa ketergantungan masyarakat yang mempunyai lahan < 0,25 Ha terhadap hutan Cirenghas lebih besar daripada rumah tangga yang lainnya.

Desa Buniwangi memiliki jumlah penduduk 9.454 orang dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 2.046 KK. Jika seluruh masyarakat di Desa Buniwangi ini memanfaatkan sumberdaya hutan Cirengahas maka nilai dari sumberdaya hutan itu sendiri sangat besar dan kontribusi sumberdaya hutan akan semakin besar dan keberdaaan hutan dapat dirasakan oleh semua masyarakat di Desa buniwangi. Tabel 20 memberikan informasi nilai kontribusi sumberdaya hutan jika dimanfaatkan oleh seluruh masayarat Desa buniwangi.

Tabel 20 Jumlah penghematan dari pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat di Desa Buniwangi (2.046 KK)

Jenis SDH Nilai penghematan (Rp/bulan) Persentase (%)

kayu bakar 192.324.000 80,74

air hutan 45.868.415 19,26

Total 238.192.415 100,00

Pemanfaatan sumberdaya hutan yang dilakukan masyarakat Desa Buniwangi mempunyai kontribusi penghematan yang berbeda dari tiap jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan. Untuk pemanfaatan kayu bakar memberikan nilai penghematan sebesar Rp 192.324.000/bulan sedangkan untuk


(38)

pemanfaatan sumberdaya air hutan memberikan nilai penghematan sebesar Rp 45.868.415/bulan. Jumlah pemanfaatan dari kedua jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa buniwangi adalah Rp 238.192.415/bulan.

5.6 Persepsi Masyarakat tentang Keberadaan Hutan

Sumberdaya hutan yang mempunyai manfaat besar bagi masyarakat akan mengakibatkan ketergantungan yang besar pula terhadap hutan tersebut. Ketergantungan inilah yang menjadikan masyarakat Desa Buniwangi lebih menghargai keberadaan hutan sehingga tingkat kepedulian masyarakat terhadap hutan itu semakin tinggi.

Tabel 21 Persepsi masyarakat tentang keberadaan hutan

Kriteria Jawaban Jumlah responden Persentase (%) Apakah bapak/Ibu merasakan

manfaat adanya hutan?

Ya 60 100

Tidak 0 0

apakah bapak/Ibu merasakan kerugian jika hutan gundul atau rusak?

Ya 60 100

Tidak 0 0

Dari Tabel 21 diketahui bahwa semua responden dapat merasakan manfaat keberadaan hutan, baik manfaat berupa kayu maupun non kayu. Selain itu masyarakat dapat menikmati manfaat lain dari hutan, seperti manfaat jasa lingkungan sebagai daerah penyangga air, kesejukan, dan sebagai pencegah longsor dan banjir. Jenis kerugian yang bisa dirasakan jika hutan di Desa Buniwangi rusak atau gundul adalah kekeringan, udara panas, timbul banjir dan longsor seperti yang sudah dirasakan penduduk pada awal tahun 2000 dimana ketika terjadi penjarahan kayu di hutan-hutan desa dan wilayah Perhutani terjadi permasalahan kekurangan air bersih dan udara panas. Ismawan (2001) dalam Zulaifah (2006) menyatakan bahwa manfaat keberadaan hutan bagi kehidupan baru dapat dirasakan oleh masyarakat terutama yang hidup di sekitar hutan, justru setelah terjadi perubahan hutan yang cukup drastis akibat adanya perusakan hutan oleh sekelompok oknum, berbagai dampak negatif mulai dirasakan masyarakat dengan ketiadaan hutan.


(39)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buniwangi berupa kayu bakar dan sumberdaya air. Nilai kayu bakar yang dikonsumsi masyarakat Desa Buniwangi adalah Rp 94.000/bulan setara dengan nilai penghematan sebesar 5,28% terhadap pendapatan rata-rata keluarga.

Sumber daya air hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buniwangi rata-rata 21 m3/KK/bulan, dengan nilai Rp 22.419/bulan atau setara dengan penghematan sebesar 1,26% terhadap pendapatan rumah tangga. Jumlah penghematan pengeluaran rumah tangga dari sumberdaya hutan adalah Rp 238.192.415/bulan atau 6,54% dari pendapatan seluruh masyarakat di Desa Buniwangi.

6.2 Saran

Hutan Cirenghas merupakan hutan desa dengan komposisi tanaman kayu, buah dan bambu-bambuan. Untuk saat ini hasil hutan buah dan bambu-bambuan belum dimanfaatkan oleh masyarakat karena pohon buah yang ada dihutan itu sendiri belum menghasilkan, akan tetapi jika tanaman tersebut sudah menghasilkan buah bukan tidak mungkin bagi masyarakat untuk memanfaatkannya. Oleh karena itu perlu adanya pengaturan pengelolaan pemanfaatan sumberdaya hutan oleh pemerintah desa dan pihak-pihak yang berwenang lainnya agar nantinya pemanfaatan sumberdaya hutan tidak dinikmati oleh sekelompok pihak atau golongan tertentu saja tetapi dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat.

Pengelolaan sumberdaya air hutan oleh pihak pemerintah desa sebenarnya sudah sangat membantu dalam menyalurkan air hutan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, akan tetapi penyaluran air hutan ini belum cukup luas dan cakupannya masih kecil yaitu hanya daerah yang ada di dekat kantor desa, oleh karena itu perlu adanya penampungan air tambahan di daerah-daerah yang letaknya jauh dari sumber mata air hutan melalui kelola desa sehingga semua masyarakat dapat menikmatinya.


(40)

Nilai penghematan masyarakat yang didapatkan dari penelitian ini diharapkan agar masyarakat bisa mengalokasikan jumlah penghematan dari pendapatannya tersebut untuk kebutuhan keluarga seperti kebutuhan pendidikan anak, kesehatan keluarga dan lain sebagainya, sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Buniwangi semakin tinggi.


(41)

PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN OLEH

MASYARAKAT DESA BUNIWANGI

KECAMATAN PELABUHAN RATU

KABUPATEN SUKABUMI

ADE KURNIA RAHMAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Adriyanto E. 2007. Prediksi Kebutuhan Air di Sub DAS Ciomas DAS Cidanau-Banten [Skirpsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Ardiansyah W. 2002. Studi Konflik Sosial Antara Masyarakat Sekitar Hutan dengan Pemegang Hak Pengusahaan Hutan (Studi kasus di HPH PT. Ratah Timber, Desa Manalak Tebog, Kalimantan Timur) [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Fakultas Kehutanan IPB.

Affandi O, Patan P. 2004. Perhitungan Nilai Eekonomi Pemanfaatannya Hasil Hutan Non Marketable Oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan (Study Kasus Cagar Alam Dolok Sibual–Buali Kec. Sepirok Tapanuli Selatan). Medan: Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian USU. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/982/1/hutan-oding3.pdf [ 18 Des 2011].

Biro Pusat Statistika [BPS] Kabupaten Sukabumi. 2000. Data Dasar Profil Desa/Kelurahan, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Birgantoro BA, Nurrochmat DR. 2007. Pemanfaatan Sumberdaya Hutan oleh

Masyarakat di KPH Banyuwangi Utara. Bogor: Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB.

Girsang RE. 2006. Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan Jati di BKPH Bancar KPH Jatirogo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Kartasubrata J. 2003. Social Forestry dan Agroforestry di Asia. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Kementerian Lingkungan Hidup [KLH]. 2003. Laporan Status Lingkungan Hidup Tahun 2002. Jakarta.

Mangandar. 2000. Keterkaitan Sosial Masyarakat Di sekitar Hutan dengan Kebakaran Hutan (Studi Kasus Di Provinsi daerah Tingkat I Riau) [Tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Pemerintah Republik Indonesia. 2001. PP RI No 82 Tahun 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Jakarta.

Rachmawati F. 2008. Kontribusi Sumberdaya Air Hutan Terhadap Masyarakat Sekitar Hutan (Kasus di Desa Banjarwaro Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban BKPH Bahoro KPH Jatirogo) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB

Rostiwati T, Heryati Y, dan Bustomi S. 2007. Kayu Energi dan Turunannya. Bogor: Pusat Litbang Hutan Tanaman.


(43)

Setyani IS. 2010. Pemanfaatan Hasil Hutan Non Kayu dan Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Sumber Daya Hutan (kasus di IUPHHK-HA PT. Austral Byna, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Siwi AAN. 2006. Penentuan Tarif Air Irigasi. Sebagai Upaya Peningkatan Efisiensi Penggunaan Air pada Usaha Tani Padi Sawah [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Soekmadi R. 1987. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pencari Kayu Bakar Di Taman Nasional Baluran. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan IPB.

Solihin A. 2010. Inventarisasi potensi dan pemanfaatan sumberdaya air DAS Ciliwung (Studi kasus di sub DAS Ciliwung hulu di Kampung Sampay Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Sugiarti E.1995. Kajian Ketersediaan dan Kebutuhan Air untuk Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu [Tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air.

Widiarso FA. 2005. Nilai Ekonomi pemanfaatan Lahan Agroforestry di Kawasan DAS Ciliwung, Jawa Barat (Studi Kasus di Desa Kuta dan Desa Sukagalih, Kecamatan Mega Mendung, Kabupaten Bogor) [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Fakultas Kehutanan IPB.

Zulaifah S. 2006. Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat untuk Pengembangan Kawasan Hutan Regaloh di Kabupaten Pati Jawa Tengah [Tesis]. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/15843/1/Siti_Zulaifah.pdf [18 Des 2011].


(44)

PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN OLEH

MASYARAKAT DESA BUNIWANGI

KECAMATAN PELABUHAN RATU

KABUPATEN SUKABUMI

ADE KURNIA RAHMAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012


(45)

PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN OLEH

MASYARAKAT DESA BUNIWANGI

KECAMATAN PELABUHAN RATU

KABUPATEN SUKABUMI

ADE KURNIA RAHMAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012


(46)

RINGKASAN

Ade Kurnia Rahman. Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi dibawah bimbingan Leti Sundawati.

Hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem memberikan banyak manfaat terhadap kelangsungan hidup manusia khususnya bagi masyarakat sekitar hutan, baik berupa hasil hutan kayu maupun hasil hutan non kayu. Pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat di sekitar hutan merupakan salah satu bentuk interaksi yang terjadi antara hutan dan manusia. Manfaat-manfaat hutan ini sangat dirasakan oleh masyarakat di sekitar hutan, seperti yang dirasakan oleh masayarakat Desa Buniwangi Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. Untuk mengetahui nilai manfaat sumberdaya hutan bagi masyarakat diperlukan data primer dan sekunder. Metode pengolahan data didasarkan pada metode penilaian manfaat ekonomi dari pemanfaatan sumberdaya hutan yang dilakukan oleh masyarakat. Penilaian dilakukan berdasarkan 3 cara, Metode penilaian berdasarkan harga pasar, metode penilaian berdasarkan harga barang pengganti, metode penilaian berdasarkan biaya pengadaan dan perbaikan.

Sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buniwangi berupa kayu bakar dan sumberdaya air. Nilai kayu bakar yang dikonsumsi masyarakat Desa Buniwangi adalah Rp 94.000/KK/bulan setara dengan nilai penghematan sebesar 5,28% terhadap pendapatan rata-rata keluarga. Sumberdaya air hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buniwangi rata-rata 21 m3/KK/bulan, dengan nilai penghematan Rp 22.419/KK/bulan atau setara dengan penghematan sebesar 1,26% terhadap pendapatan rata-rata keluarga. Jumlah penghematan pengeluaran rumah tangga dari pemanfaatan sumberdaya hutan adalah Rp 238.192.415/bulan atau 6,54% dari pendapatan seluruh masyarakat di Desa Buniwangi.


(47)

ABSTRACT

Ade Kurnia Rahman. Utilization of Forest Resources by Buniwangi Village Community at Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Supervised by Leti Sundawati

Forest ecosystem as an unity, provides many benefits to human survival, especially for communities around the forest, either in the form of timber and non timber forest products. Utilization of forest resources by the communities surrounding the forest is one form of interaction that occurs between the forest areas and the people. Forest benefits can easily be felt by communities around the forest, as perceived by the community surround Buniwangi Village, Pelabuhan Ratu, Sukabumi. To know the value of forest resources benefits for the community needed a primary and secondary data. Data processing method based on the method of assessment of the economic benefits from the utilization of forest resources by the community. Assessment is based on 3 ways, methods of assessment based on market prices, valuation methods based on the price of substitute goods, valuation based on the cost of procurement and repairment method.

Forest resources which utilized by the villagers of Buniwangi are in the form of firewood and water resources. The value of firewood consumed by Buniwangi Village community is IDR 94.000/household/month equivalent of 5,28% value savings of average families income. Water resources which utilized by the community of Buniwangi village are 21 m3/household/month, with a value savings of IDR 22.419/ household / month, equivalent to savings of 1,26% of average families income. Number of household expenditure savings from the use of forest resources is IDR 238.192.415 / month or 6,54% of all people revenue in the Buniwangi Village.


(1)

No Responden Sandang Papan Pangan Pendidikan Kesehatan Telekomunikasi Listrik Transportasi Pajak Total

1 166666.67 41666.67 1000000 150000 0 300000 80000 300000 23333.33 2061666.67

2 83333.33 41666.67 600000 200000 25000.00 90000 28000 0 2500.00 1070500.00

3 8333.33 0 600000 0 200000.00 0 35000 0 583.33 843916.67

4 41666.67 58333.33 600000 0 60000.00 0 50000 0 1666.67 811666.67

5 83333.33 125000.00 975000 200000 25000.00 100000 85000 150000 20833.33 1764166.67

6 250000.00 41666.67 900000 300000 40000.00 30000 35000 0 6666.67 1603333.33

7 41666.67 0 600000 500000 100000.00 0 75000 0 2916.67 1319583.33

8 41666.67 0 450000 465000 0 12000 55000 0 416.67 1024083.33

9 41666.67 0 600000 600000 20000.00 90000 64000 0 666.67 1416333.33

10 166666.67 25000.00 450000 610000 150000.00 150000 63000 150000 15000.00 1779666.67

11 83333.33 41666.67 900000 0 400000.00 80000 50000 0 25000.00 1580000.00

12 18333.33 0 600000 0 100000.00 0 60000 0 16250.00 794583.33

13 41666.67 16666.67 900000 450000 50000.00 150000 25000 0 5416.67 1638750.00

14 25000.00 0 600000 600000 50000.00 0 20000 0 416.67 1295416.67

15 83333.33 0 600000 150000 20000.00 0 30000 0 583.33 883916.67

16 83333.33 41666.67 600000 60000 20000.00 20000 20000 0 4166.67 849166.67

17 208333.33 83333.33 900000 500000 0 100000 40000 0 2166.67 1833833.33

18 250000.00 0 1500000 450000 125000.00 0 95000 0 5416.67 2425416.67

19 100000.00 12500.00 500000 600000 4166.67 20000 50000 150000 15125.00 1451791.67

20 25000.00 8333.33 500000 0 10000.00 0 20000 0 1666.67 565000.00

21 58333.33 16666.67 900000 450000 16670.00 0 85000 0 641.67 1527311.67

22 16666.67 0 300000 0 0 50000 145000 0 2083.33 513750.00

23 25000.00 0 600000 120000 8300.00 0 10000 0 416.67 763716.67

24 8333.33 0 1200000 0 0 0 60000 0 4166.67 1272500.00

25 25000.00 0 300000 0 0 0 5000 0 416.67 330416.67

26 25000.00 0 450000 60000 10000.00 30000 22000 0 583.33 597583.33

27 16666.67 0 900000 300000 50000.00 30000 20000 0 1083.33 1317750.00


(2)

Lanjutan lampiran 5

32 33333.33 0 600000 0 0 0 15000 0 17083.33 665416.67

33 41666.67 0 600000 150000 15000.00 20000 20000 0 583.33 847250.00

34 25000.00 0 600000 150000 5000.00 21000 10500 0 8750.00 820250.00

35 166666.67 83333.33 600000 750000 10000.00 100000 60000 0 4583.33 1774583.33

36 25000.00 0 600000 0 10000.00 50000 40000 0 416.67 725416.67

37 25000.00 0 450000 0 20000.00 15000 20000 0 416.67 530416.67

38 33333.33 33333.33 600000 300000 4166.67 0 23600 0 2333.33 996766.67

39 8333.33 0 450000 0 8333.33 0 26000 0 583.33 493250.00

40 25000.00 0 600000 60000 10000.00 0 15000 0 416.67 710416.67

41 12500.00 0 450000 0 0 0 25000 0 416. 67 487916.67

42 12500.00 0 300000 60000 3000.00 0 25000 0 416.67 400916.67

43 166666.67 50000.00 450000 450000 12500.00 150000 80000 0 2500.00 1361666.67

44 25000.00 0 450000 0 0 5000 20000 0 15833.33 515833.33

45 25000.00 0 450000 60000 10000.00 0 10000 0 250.00 555250.00

46 41666.67 0 900000 300000 0 30000 20000 0 416.67 1292083.33

47 25000.00 0 450000 60000 20000.00 0 10000 0 250.00 565250.00

48 50000.00 12500.00 600000 300000 20000.00 10000 10000 0 2500.00 1005000.00

49 41666.67 50000.00 0 300000 20000.00 10000 10000 0 2083.33 433750.00

50 41666.67 0 450000 0 20000.00 0 10000 0 250.00 521916.67

51 33333.33 8333.33 600000 0 20000.00 0 20000 0 4166.67 685833.33

52 58333.33 8333.33 900000 200000 20000.00 0 10000 0 2500.00 1199166.67

53 83333.33 25000.00 1500000 300000 300000.00 20000 50000 150000 17916.67 2446250.00

54 41666.67 0 600000 60000 20000.00 0 10000 0 15000 746666.67

55 50000.00 12500.00 600000 180000 20000.00 0 10000 0 666.67 873166.67

56 125000.00 41666.67 900000 1150000 20000.00 100000 50000 0 4166.67 2390833.33

57 41666.67 0 600000 0 10000.00 20000 10000 0 833.33 682500.00

58 41666.67 0 600000 0 10000.00 0 10000 0 1083.33 662750.00

59 41666.67 25000.00 600000 300000 20000.00 20000 20000 0 333.33 1027000.00

60 50000.00 0 600000 150000 10000.00 10000 15000 0 1250.00 836250.00

3635000.00 945833.33 38375000 12525000 2322136.67 2073000 2170100 90000000 291808.33 63237878.33

5


(3)

No Responden

MCK (liter)

Masak (Liter)

Minum (Liter)

Cuci pakaian (L/hari)

Kebersihan dan wudhu

(Liter)

Total/hari (Liter)

Total sebulan

(Liter)

Ayah Ibu Anak

1 150 150 150 70 - - 15 10 40 250 835 25050

2 110 150 150 90 90 50 15 8 50 300 1013 30390

3 150 150 - - - - 10 5 20 150 485 14550

4 120 160 100 40 - - 10 7 30 250 717 21510

5 120 150 70 40 - - 10 8 35 180 613 18390

6 120 150 150 100 - - 10 8 40 240 818 24540

7 180 200 90 100 - - 15 15 40 300 940 28200

8 150 150 100 25 - - 15 8 30 225 703 21090

9 150 150 100 100 - - 15 8 35 250 808 24240

10 150 150 150 60 - - 10 10 35 250 815 24450

11 150 150 150 - - 10 10 25 250 745 22350

12 120 150 60 - - 8 6 25 160 529 15870

13 120 150 150 100 - - 10 10 35 300 875 26250

14 120 150 100 50 - - 8 6 35 240 709 21270

15 120 150 50 - - 8 6 30 160 524 15720

16 120 150 100 80 - - 10 8 30 300 798 23940

17 150 150 150 100 - - 10 8 35 300 903 27090

18 150 150 120 150 120 50 15 10 50 385 1200 36000

19 120 150 120 150 60 - 15 10 40 300 965 28950

20 100 - - - 5 5 20 80 210 6300

21 150 150 80 50 - - 10 8 25 250 723 21690

22 120 150 100 - - - 8 6 25 250 659 19770

23 120 150 50 40 20 10 10 40 180 620 18600

24 150 150 - - - - 6 6 20 170 502 15060

25 120 100 150 120 - - 10 8 30 300 838 25140

26 120 120 120 150 30 12 10 40 300 902 27060


(4)

Lanjutan lampiran 6

31 120 150 50 - - - 8 6 25 150 509 15270

32 120 150 40 30 - - 8 6 30 150 534 16020

33 150 150 100 - - - 8 8 25 235 676 20280

34 150 150 40 - - - 8 6 20 160 534 16020

35 120 150 100 100 - - 15 15 30 300 830 24900

36 150 150 120 120 150 - 15 10 50 400 1165 34950

37 120 150 150 20 - - 8 8 35 250 741 22230

38 120 150 150 120 - - 10 8 40 250 848 25440

39 120 150 - - - - 8 5 25 160 468 14040

40 120 150 80 50 - - 10 8 35 160 613 18390

41 150 150 - - - - 8 8 20 150 486 14580

42 150 40 - - - - 8 5 15 75 293 8790

43 150 150 150 - - - 10 7 25 225 717 21510

44 120 150 40 - - - 10 6 20 150 496 14880

45 150 150 80 40 - - 10 8 20 225 683 20490

46 120 150 150 100 40 - 10 10 20 300 900 27000

47 120 - 70 50 50 - 10 7 25 75 407 12210

48 150 150 - - - - 6 5 15 150 476 14280

49 130 150 120 - - - 10 7 15 225 657 19710

50 120 150 80 50 - - 8 8 15 150 581 17430

51 150 - - - 5 5 10 75 245 7350

52 120 130 160 80 40 - 15 10 25 300 880 26400

53 150 120 80 50 150 - 15 10 25 300 900 27000

54 120 150 60 40 - - 10 7 30 160 577 17310

55 150 150 50 40 - - 10 8 30 160 598 17940

56 120 150 50 - - - 10 5 25 235 595 17850

57 150 150 150 - - - 10 10 25 235 730 21900

58 120 140 120 - - - 10 5 15 225 635 19050

59 120 150 120 - - - 8 8 15 225 646 19380

60 150 150 150 120 40 - 10 10 25 300 955 28650

42000 1260000

6


(5)

RINGKASAN

Ade Kurnia Rahman. Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa

Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu,

Kabupaten Sukabumi

dibawah

bimbingan Leti Sundawati.

Hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem memberikan banyak manfaat

terhadap kelangsungan hidup manusia khususnya bagi masyarakat sekitar hutan,

baik berupa hasil hutan kayu maupun hasil hutan non kayu. Pemanfaatan

sumberdaya hutan oleh masyarakat di sekitar hutan merupakan salah satu bentuk

interaksi yang terjadi antara hutan dan manusia. Manfaat-manfaat hutan ini sangat

dirasakan oleh masyarakat di sekitar hutan, seperti yang dirasakan oleh

masayarakat Desa Buniwangi Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi.

Untuk mengetahui nilai manfaat sumberdaya hutan bagi masyarakat diperlukan

data primer dan sekunder. Metode pengolahan data didasarkan pada metode

penilaian manfaat ekonomi dari pemanfaatan sumberdaya hutan yang dilakukan

oleh masyarakat. Penilaian dilakukan berdasarkan 3 cara, Metode penilaian

berdasarkan harga pasar, metode penilaian berdasarkan harga barang pengganti,

metode penilaian berdasarkan biaya pengadaan dan perbaikan.

Sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buniwangi

berupa kayu bakar dan sumberdaya air. Nilai kayu bakar yang dikonsumsi

masyarakat Desa Buniwangi adalah Rp 94.000/KK/bulan setara dengan nilai

penghematan sebesar 5,28% terhadap pendapatan rata-rata keluarga. Sumberdaya

air hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buniwangi rata-rata 21

m

3

/KK/bulan, dengan nilai penghematan Rp 22.419/KK/bulan atau setara dengan

penghematan sebesar 1,26% terhadap pendapatan rata-rata keluarga. Jumlah

penghematan pengeluaran rumah tangga dari pemanfaatan sumberdaya hutan

adalah Rp 238.192.415/bulan atau 6,54% dari pendapatan seluruh masyarakat di

Desa Buniwangi.


(6)

ABSTRACT

Ade Kurnia Rahman. Utilization of Forest Resources by Buniwangi Village

Community at Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Supervised by Leti Sundawati

Forest ecosystem as an unity, provides many benefits to human survival,

especially for communities around the forest, either in the form of timber and non

timber forest products. Utilization of forest resources by the communities

surrounding the forest is one form of interaction that occurs between the forest

areas and the people. Forest benefits can easily be felt by communities around the

forest, as perceived by the community surround Buniwangi Village, Pelabuhan

Ratu, Sukabumi. To know the value of forest resources benefits for the

community needed a primary and secondary data. Data processing method based

on the method of assessment of the economic benefits from the utilization of

forest resources by the community. Assessment is based on 3 ways, methods of

assessment based on market prices, valuation methods based on the price of

substitute goods, valuation based on the cost of procurement and repairment

method.

Forest resources which utilized by the villagers of Buniwangi are in the

form of firewood and water resources. The value of firewood consumed by

Buniwangi Village community is IDR 94.000/household/month equivalent of

5,28% value savings of average families income. Water resources which utilized

by the community of Buniwangi village are 21 m3/household/month, with a value

savings of IDR 22.419/ household / month, equivalent to savings of 1,26% of

average families income. Number of household expenditure savings from the use

of forest resources is IDR 238.192.415 / month or 6,54% of all people revenue in

the Buniwangi Village.