4.7.2 Hambatan Modal
Untuk menjadi peserta PHBM sebetulnya tidak membutuhkan modal. Namun pada pelaksanaanya, peserta PHBM membutuhkan dana untuk membeli
bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Peserta PHBM yang memiliki keterbatasan dana berusaha mencari modal dengan berbagai cara, diantaranya dari
menyisihkan upah buruh, mencari pinjaman dari handai tolan dan menjual ternak. Oleh karena itu modal merupakan salah satu hambatan bagi masyarakat untuk ikut
terlibat kegiatan PHBM. Agar model PHBM dapat berperan menanggulangi masalah kebutuhan
akan modal, maka diperlukan bantuan untuk penguatan kelembagaan KTH agar anggota KTH bisa mempunyai akses ke sumber modal. Berkaitan dengan
pendanaan pun harus fleksibel dan persyaratannya tidak rumit. Pendanaan harus direncanakan dengan baik untuk mendukung jalannya kegiatan program PHBM.
4.7.3 Informasi PHBM
Informasi memegang peranan yang penting untuk menambah wawasan masyarakat dan membantu dalam pengambilan keputusan yang efektif dan
efisien. Ketidakjelasan informasi akan menjadikan pembangunan kurang berhasil. PHBM merupakan kegiatan baru bagi masyarakat, maka perlu penyampaian
informasi yang jelas dan akurat. Hasil wawancara dari masyarakat yang menjadi peserta PHBM, diketahui
bahwa 56,7 dari peserta PHBM memperoleh informasi dari teman, saudara dan tetangga; 30 dari peserta PHBM memperoleh informasi dari aparat desa dan
13,3 dari peserta PHBM memperoleh informasi dari staf Perhutani. Hal ini memberikan gambaran bahwa informasi tentang PHBM tidak terdistribusi secara
merata kepada seluruh anggota masyarakat pedesaan.
4.7.4 Kesan Sebagai Petani
Kesan atau image sebagai petani juga mempengaruhi keterlibatan masyarakat dalam kegiatan PHBM. Keluarga yang masih muda-muda umumnya
belum tertarik pada kegiatan PHBM, karena mereka lebih senang bekerja sebagai buruh, pedagang dan tukang ojek. Alasan mereka karena pekerjaan sebagai buruh,
pedagang, dan tukang ojek akan mendapatkan hasil yang lebih pasti dibandingkan mengikuti kegiatan PHBM. Mereka juga berfikir bahwa sifat pekerjaan di sektor
pertanian lebih berat dibandingkan dengan sektor lain. Disamping itu kaum muda memiliki kesan sebagai petani kurang bergengsi, sehingga lebih tertarik untuk
melakukan urbanisasi ke kota yang dapat memberikan nilai ekonomi dan sosial yang lebih tinggi.
4.8 Ganti Rugi Lahan Garapan