3. Kerusakan hutan intensitas berat yang diakibatkan oleh eksploitasi hutan
tebang habis, perladangan berpindah non tradisional dan konversi hutan menjadi lahan pertanian, pemukiman dan lain sebagainya.
Menurut Zain 1997 ada empat macam kerusakan hutan yang disebabkan oleh tindakan manusia, sebagai berikut:
1. Penyerobotan kawasan.
2. Penebangan liar.
3. Pencurian hasil hutan.
4. Pembakaran hutan.
2.2.2. Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Hutan
Menurut Salim 2004, ada beberapa faktor penyebab terjadinya kerusakan hutan, sebagai berikut:
1. Bertambahnya penduduk yang sangat pesat.
2. Berkurangnya lahan pertanian.
3. Perladangan berpindah-pindah
4. Sempitnya lapangan pekerjaan.
5. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya fungsi hutan dll.
2.3 Sistem Agroforestri Sederhana
Suatu sistem pertanian dimana ditanam secara tumpangsari dengan satu atau lebih jenis-jenis tanaman semusim. Pepohonan biasa ditanam sebagai pagar
mengelilingi petak lahan pangan secara acak dalam petak lahan atau dengan pola lain misalnya larikan sehingga membentuk lorong atau pagar.
Sistem pertanian-kehutanan agroforestry merupakan salah satu metode yang digunakan dalam program rehabilitasi serta pelestarian sumberdaya alam.
Jika diaplikasikan bersama dengan teknologi konservasi lain seperti penerasan, sistem tumpang sari, dan lain-lain. Sistem agroforestry sangat umum diterapkan
pada areal yang berkemiringan curam pada hampir semua tempat di bumi. Agroforestry juga telah dipercaya sebagai suatu jurus budidaya ampuh yang
mengkombinasikan sistem budidaya tanaman tahunan atau tanaman keras dengan sistem pertanian biasa Arifin 2001.
Ruang lingkup sistem agroforestry tidak dapat dipisahkan dari ciri khas atau karakteristik pertanian lahan kering pada umumnya, terutama yang
berhubungan dengan tanaman bahan pangan dan tanaman hortikultura. Penerapan sistem agroforestry sebenarnya cukup sederhana dan hanya memerlukan sedikit
modal atau faktor modern lainnya, kecuali tenaga kerja. Dengan sistem agroforestry seperti itu, petani umumnya dapat memperoleh pendapatan yang
tidak kalah besar dibandingkan dengan petani lahan sawah tadah hujan Arifin 2001.
2.4 Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat PHBM
Berdasarkan kepada Surat Keputusan Ketua Dewan Perum Perhutani Nomor.136KPTSDIR2001 tentang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat,
selanjutnya disingkat PHBM yang menyertakan masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan lestari sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.
Pengelolaan hutan bersama masyarakat PHBM adalah suatu sistem pengelolaan sumber daya hutan yang dilakukan bersama dengan jiwa berbagi antara Perum
Perhutani, masyarakat desa hutan dan pihak yang berkepentingan. Sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber
daya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proporsional.
2.4.1 Maksud dan Tujuan PHBM
Program PHBM dimaksudkan untuk memberikan arah pengelolaan sumber daya hutan dengan memadukan aspek-aspek ekonomi, ekologi dan sosial
secara proporsional. Pada dasarnya tujuan program PHBM, sebagai berikut: 1.
Meningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup, kemampuan, dan kapasitas ekonomi dan sosial masyarakat.
2. Meningkatkan peran dan tanggung jawab Perhutani, masyarakat desa hutan
dan pihak yang berkepentingan terhadap pengelolaan sumber daya hutan. 3.
Meningkatkan mutu sumber daya hutan, produktivitas dan keamanan hutan. 4.
Mendorong dan menyeleraskan pengelolaan sumber daya hutan sesuai dengan kegiatan pembangunan wilayah dan sesuai kondisi dinamika sosial masyarakat
desa hutan.
5. Menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesempatan berusaha dan
meningkatkan pendapatan masyarakat dan negara.
2.4.2 Manfaat PHBM
Manfaat program PHBM dapat ditinjau oleh beberapa aspek, sebagai berikut:
1. Manfaat Ekologi
Pola tanaman yang sesuai dengan karakteristik wilayah akan bermanfaat bagi kelanjutan fungsi dan manfaat sumber daya hutan itu sendiri.
2. Manfaat Ekonomi.
Melalui pemanfaatan berbagi yang jelas akan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat desa hutan melalui pembagian hasil hutan.
3. Manfaat Sosial.
Memberikan manfaat sosial khususnya dalam menciptakan lapangan kerja serta peningkatan teknologi bagi masyarakat.
2.4.3 Bentuk Kegiatan Dalam Program PHBM
Terdapat dua bentuk kegiatan dalam program PHBM yang dalam pelaksanaannya menuntut peran serta masyarakat, sebagai berikut:
1. Kegiatan berbasis lahan
Kegiatan berbasis lahan adalah rangkaian kegiatan yang secara langsung berkaitan dengan pengelolaan tanah atau ruang sesuai karakteristik wilayah,
yang menghasilkan produk budidaya dan lanjutannya serta produk konservasi dan estetika.
2. Kegiatan berbasis bukan lahan.
Kegiatan berbasis bukan lahan adalah rangkaian kegiatan yang tidak berkaitan dengan pengelolaan tanah atau ruang yang menghasilkan produk industri, jasa
dan perdagangan.
2.4.4 Tahapan Pelaksanaan PHBM
Dalam pelaksanaannya program PHBM memiliki beberapa tahapan, sebagai berikut:
1. Pengenalan program sosialisasi.
2. Persiapan Prakondisi Sosial PDP, pembentukan kelembagaan baik kelompok
maupun forum.
3. Pelaksanaan program baik teknis maupun nonteknis pemberdayaan
masyarakat. 4.
Pengembangan ekonomi kerakyatan. 5.
Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2011. Dengan mengambil lokasi penelitian di Desa Buniwangi Kabupaten Sukabumi.
3.2. Alat dan Objek Penelitian
Penelitian ini memerlukan beberapa alat bantu, yaitu: alat perekam, kamera dan kuisioner yang akan dibagikan kepada responden. Sedangkan objek
penelitian adalah Perum Perhutani KPH Sukabumi dan penggarap areal PHBM.
3.3. Jenis dan Sumber Data