19
pertumbuhan morfologis maupun fisiologis yang berbeda, maka kemungkinan akan mempengaruhi mutu dan rendemen minyak nilam Hidayat dan Sutrisno 2006.
Nilam dapat tumbuh di dataran rendah hingga sedang 0-700 mdpl. Nilam yang ditanam pada ketinggian tersebut biasanya memiliki kadar minyak yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan nilam yang ditanam pada ketinggian lebih dari 700 mdpl. Nilam dapat tumbuh di berbagai jenis tanah yaitu andosol, latosol, regosol, podsolik dan kambisol Pusat
Penelitian dan Pengambangan Perkebunan, 2007. Nilam akan tumbuh dengan baik pada tanah yang gembur dengan humus tinggi, curah hujan 1750-3500 mmth dan kelembaban udara 70-
90 Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika 2008. Tabel 3 . Kriteria Kasesuaian Tanah dan Iklim.
Parameter Tingkat kesesuaian
Sangat sesuai Sesuai
Kurang sesuai Tidak sesuai
1. Ketinggian m dpl 100-400
0-700 700
700 2. Jenis tanah
Andosol, latosol
Regosol, podsolik,
kambisol Lainnya
Lainnya
3. Drainase Baik
Baik Agak baik
Terhambat 4. Tekstur
Lempung Liat
berpasir Lainnya
Lainnya 5. Kedalaman air cm
100 75-100
50-75 50
6. pH keasaman 5.5-7
5-5.5 4.5-5
4.5 7. Curah hujan mm
2300-3000 3000-3500
3500 5000
8. Jumlah bulan basah curah hujan 200
mmbulan 10-11
9-10 9
8
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007
Pemanenan tanaman nilam dilakukan setelah tanaman berumur 6 bulan untuk panen pertama dan panen selanjutnya dapat dilakukan setiap 4 bulan sampai tanaman berumur tiga
tahun Nuryani 2006a. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari dengan tujuan agar kandungan minyak yang terdapat dalam tanamannya lebih tinggi. Hasil panen selanjutnya
dikering-anginkan selama 3-5 hari sampai kadar airnya mencapai 15. Daun yang telah kering harus langsung disuling agar produksi minyak tidak turun Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatika 2008.
2.2 MINYAK NILAM
Minyak nilam adalah minyak yang diperoleh dengan cara menyuling tanaman nilam yang dalam dunia perdagangan biasa disebut dengan Patchouli oil. Rata-rata produksi minyak
nialm pada tahun 2003 yaitu 199.48 kgha dan 80.67 kgha pada tahun 2006 dengan luas areal 19.901 ha. Produksi tersebut masih tergolong rendah yang disebabkan karena rendahnya
produksi daun 4-5 tonha terna kering dan kadar minyak 1-2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 2007.
Kualitas minyak nilam masih tergolong rendah jika dilihat dari persentase nilai Patchouli alcohol
nya. Menurut hasil penelitian Sari dan Sundari 2009, persentase Patchouli
5
20
alcohol minyak nilam yang disuling oleh rakyat adalah 23.47. Nilai ini sangat jauh jika
dibandingkan dengan standar minimal Patchouli alcohol dalam SNI yaitu 30. Rendahnya produksi dan kualitas minyak nilam yang dihasilkan selain disebabkan oleh
kualitas bahan baku yang digunakan, juga disebabkan karena kebanyakan petani melakukan penyulingan tanpa memperhatikan kondisi operasi. Kondisi operasi yang perlu diperhatikan
antara lain perlakuan terhadap bahan baku, proporsi batang dengan daun, cara penyulingan, jenis bahan alat suling yang dipakai dan penambahan air umpan ketel, serta sirkulasi pendinginan
yang kurang memadai. Parameter yang mempengaruhi penyulingan antara lain kualitas daun, berat daun, kepadatan dan tinggi daun, perbandingan uap dan massa daun, temperatur dan
tekanan, kecepatan uap, kecepatan pemanasan, laju suplai energi, bahan dan dimensi peralatan Sari dan Sundari 2009.
Proses penyulingan minyak nilam sendiri terdiri dari tiga cara yaitu penyulingan dengan sistem rebus menggunakan air secara langsung, kukus menggunakan air dan uap dan uap
langsung menggunakan uap air berasal dari boiler. Masing-masing sistem penyulingan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyulingan dengan sistem rebus dapat menyebabkan
rendemen minyak banyak yang hilang tidak tersuling dan mutu minyak yang diperoleh juga menurun. Penyulingan langsung juga bisa mengakibatkan terjadinya pengasaman serta
persenyawaan zat ester yang dikandung dengan air dan timbulnya berbagai hasil samping yang tidak dikehendaki. Penyulingan dengan uap air langsung memiliki kelebihan diantaranya adalah
satu ketel uap dapat dimanfaatkan untuk beberapa buah ketel penyulingan yang dipasang paralel sehingga proses produksi berlangsung lebih cepat. Namun, proses tersebut membutuhkan ketel
dengan konstruksi lebih kuat, alat-alat pengaman yang lebih baik dan sempurna, dan biaya yang diperlukan pun lebih mahal Rumondang 2004. Sedangkan penyulingan dengan air dan uap
lebih disarankan karena pada sistem ini hidrolisa terhadap beberapa komponen minyak atsiri, difusi minyak atsiri dengan air panas serta dekomposisi akibat panas akan lebih mudah
diminimalkan. Berdasarkan kelebihan dan kekurangannya, penyulingan dengan sistem rebus sudah jarang dilakukan oleh para penyuling nilam. Metode penyulingan yang banyak dilakukan
oleh masyarakat adalah metode kukus uap-air dengan ketel yang digunakan terbuat dari besi dapat dilihat pada tabel 14 dan 15.
Menurut Sari dan Sundari 2009, kriteria penyulingan minyak nilam yang bermutu yang disimpulkan dari penelitian beberapa peneliti adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Kriteria Penyulingan Minyak Nilam Bermutu No Variabel
Kriteria 1
Perlakuan bahan awal a. Pengeringan bahan
5 jam dan kering angin selama 3 hari b. Kadar air
15-25 c. Perbandingan daun dan batang
2:1 d. Jenis bahan
nilam Aceh P. Cablin Benth 2
Proses penyulingan a. Sistem penyulingan
Uap-air b. Massa daunvolume daun kerapatan
0.12-0.13 kgliter c. Perbandingan massa kukus dan massa daun
7.34-7.41: 1 3
Penyimpanan minyak nilam Stainless steel
6
21
2.3 KOMPONEN MINYAK NILAM