34
dideteksi dari kedua peak dari minyak yang sama yang dianalisis menggunakan kondisi analisis ketiga tersebut. Komposisi dari kedua peak tersebut dapat dilihat pada tabel 16 di bawah ini.
Tabel 16. Komposisi Minyak Nilam Ulangan 1 dan Ulangan 2 Kondisi Analisis 3
No Komponen
Persentase Area No
Komponen Persentase
Area No
Komponen Persentase
Area 1
2 1
2 1
2 1
α-Pinene 0.05 0.05 17
α-Bulnesene 12.64 11.73 33 Unidentified 11
3.08 3.09
2 -Pinene
0.15 0.13 18 -Vetivenene
0.14 0.14 34 Patchouli
alkohol 31.40 29.47
3 -Patchoulene
2.53 2.36 19 --
α-Panasinsen 0.31 0.26 35 Khusinol
0.31 0.40
4 -Elemene
0.85 0.88 20 -Vetiverene
0.09 0.09 36 Unidentified 12 0.17
0.21 5
Thujopsene 0.85 0.89 21
Unidentified 1 0.00 0.14 37 Zerumbone
0.53 0.65
6 -Caryophyllene
3.14 3.10 22 Longichamphenylone
0.81 0.92 38 2H-Pyran-2-one.
3-acetyl-4- hydroxy-6-
methyl- 1.91
2.04 7
α-Guaiene 12.34 11.27 23
Isoaromadendrene Epoxide
0.28 0.34 39 Unidentified 13 0.31
0.37 8
-Patchoulene 8.84 8.58 24
Unidentified 2 0.71 0.85 40 Unidentified 14
0.20 0.24
9 α-Humulene
0.47 0.51 25 Unidentified 3
0.24 0.00 41 Aristolone 0.23
0.32 10
α-Patchoulene 5.51 5.49 26
Unidentified 4 0.20 0.21 42 Unidentified 16
0.15 0.17
11 Seychellene
1.41 1.47 27 Caryophyllene oxide
2.18 2.56 43 Corymbolone 0.00
0.10 12
Patchoulene 1.32 1.46 28
Unidentified 6 0.18 0.22
13 -Selinene
0.34 0.38 29 3-Cis iso
thujopsanone 1.33 1.55
14 Viridiflorone
0.00 0.05 30 CEDR-8-15-en-9
alpha-ol 0.83 0.99
15 Trans beta
guaiene 0.50 0.54 31
Unidentified 7 0.28 0.33
16 Germacrene A
2.96 3.05 32 Unidentified 8 0.27 0.40
Ket : 1. Ulangan 1, 2. Ulangan 2
Berdasarkan tabel 16 tersebut dapat dilihat bahwa komponen yang berhasil dideteksi dari ulangan 1 sebanyak 40 komponen dan ulangan 2 sebanyak 42 komponen. Perbedaan jumlah
komponen yang terdeteksi dikarenakan beberapa komponen yang persentase area cukup kecil tadinya tidak terdeteksi pada ulangan 1 terdeteksi pada ulangan 2. Perbedaan ini dirasa tidak
terlalu mempengaruhi kekonsistenan kondisi analisis ketiga dalam melakukan analisis dan mengahasilkan peak karena komponen utama yang persentase areanya besar persentasenya tidak
terlalu jauh berbeda ulangan 1 dibanding ulangan 2. Atas dasar tersebutlah, kondisi analisis ketiga ini digunakan untuk menganalisis sampel minyak nilam yang digunakan dalam penelitian
ini. Pada saat analisis sampel disuntikkan sebanyak dua kali untuk melihat apakah kondisi analisis tersebut masih konsisten untuk sampel yang berbeda.
4.2 KOMPOSISI MINYAK NILAM
Hasil penelitian ini berupa komposisi komponen yang ada pada minyak nilam yang dianalisis. Kromatogram dari masing-masing sampel minyak nilam yang dianalisis dapat dilihat
pada Lampiran 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19, 21 dan 23. Hasil identifikasi terhadap komponen penyusun, persentase area, LRI hasil penelitian dan LRI referensi keseluruhan sampel minyak
nilam dapat dilihat pada tabel 17.
20
35
Tabel 17. Komponen, Persentase Area, LRI Penelitian dan LRI Referensi Hasil GC-MS Semua Sampel
Kode Komponen A
B C
D E
F G
H I
J K
L LRI
P R
K1 α-Pinene
0.09 0.17 0.06 0.07 0.08 0.05 0.11 0.07 0.11 0.08 0.12 0.05
937 939
K2 -Pinene
0.24 0.45 0.06 0.17 0.06 0.12 0.23 0.17 0.27 0.17 0.23 0.14
984 980
K3 δ-Elemene
0.10 -
- 0.08 0.04 0.08 0.12 0.13 0.09 0.13 0.17
- 1344
1339 K4
Eugenol -
- -
- -
- -
0.05 -
- -
- 1360
1356 K5
Copaene -
- -
- 0.54
- -
- -
- -
- 1386
1379 K6
-Patchoulene 2.93
2.85 2.74 2.99 2.32 3.89 5.11 3.65 3.39 5.45 5.93 2.44 1396
1380 K7
-Elemene 1.07
0.79 1.04 1.03 1.01 1.24 1.31 0.98 1.02 0.97 1.41 0.87 1401
1391 K8
Thujopsene 0.75
1.00 0.69 0.91 0.83 0.72 0.89 0.79 0.81 0.84 0.72 0.87 1426
1429 K9
Caryophyllene 3.07
3.01 3.38 3.29 3.20 3.40 3.73 3.38 3.55 2.89 3.26 3.12 1434
- K10
α-Guaiene 12.63 11.63 14.32 13.24 11.83 15.03 15.24 14.88 12.96 13.58 11.42 11.80 1452
1439 K11
-Patchoulene 8.03
9.94 7.13 8.73 8.50 7.81 8.94 8.15 8.29 8.72 8.44 8.71 1463
1441 K12
α-Humulene 0.54
0.50 0.52 0.59 0.56 0.54 0.57 0.53 0.57 0.48 0.65 0.49 1469
1451 K13
α-Patchoulene 5,23 6,01
4,87 5,77 5,29 5,23 6,19 5,52 5,51 5,90 5,47 5,50 1475
1456 K14
Seychellene 1,57 1,53
1,63 1,77 1,31 1,95 2,45 2,02 1,84 2,42 2,38 1,44 1478
1460 K15
Patchoulene 1,31 1,42
0,91 1,36 1,22 0,94 1,13 1,00 1,38 1,09 1,40 1,39 1480
- K16
-Acoradiene 0,00 0,12
0,33 0,14 0,13 0,40 0,35 0,34 0,00 0,26 0,00 0,00 1482
1466 K17
-Selinene 0,39 0,34
0,42 0,42 0,38 0,48 0,49 0,45 0,48 0,45 0,44 0,36 1488
1485 K18
Cis beta guaiene 0,03 0,00
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,03 0,03 0,05 0,00 1491
1490 K19
Viridiflorone 0.03
0.05 -
0.03 0.05 -
- -
0.04 0.05 0.08 0.02 1493
1493 K20
Trans beta guaiene 0.53
0.48 0.61 0.50 0.47 0.29 0.61 0.54 0.59 0.57 0.55 0.52 1501
1500 K21
Germacrene A 3.34
2.62 3.33 3.55 2.95 3.78 5.77 3.65 3.57 3.74 3.24 3.00 1511
1503 K22
α-Bulnesene 14.16 10.60 15.59 13.57 13.55 17.71 14.58 15.36 13.76 13.75 12.19 12.18 1521
1505 K23
-Vetivenene -
0.06 0.06 -
0.05 -
- -
- 0.23 0.17 0.14
1525 1526
K24 --
α-Panasinsen 0.26 0.24 0.12 0.23 0.26 0.12 0.25 0.23 0.27 0.32 0.28 0.28
1533 -
K25 -Vetiverene
0.04 0.53 -
- -
- -
0.04 0.04 0.22 0.14 0.09 1543
- K26 Unidentified 1
0.04 0.03 -
- -
- 0.16
- 0.04 0.24 0.21 0.07
1546 -
K27 Occidentalol
- -
- -
- -
0.09 -
- 0.09 0.05
- 1548
1548 K28
Longichamphenylone 0.74 0.55 0.68 1.01 0.80 0.81 0.62 0.71 0.93 0.42 0.67 0.86
1575 1559
K29 Isoaromadendrene
Epoxide 0.14 0.22
- 0.18 0.25
- 0.14
- 0.13 0.28 0.20 0.31
1580 1579
K30 Unidentified 2
0.36 0.40 0.30 0.50 0.63 0.12 0.32 0.20 0.32 0.51 0.26 0.78 1586
- K31
Unidentified 3 0.08
- -
- 0.09
- -
- -
0.06 0.07 0.12 1592
- K32
Unidentified 4 0.06 0.08
- 0.08 0.21
- -
- 0.05 0.06
- 0.21
1594 -
K33 Caryophyllene oxide
1.28 1.62 1.00 1.22 1.84 0.29 0.79 0.71 1.10 1.54 1.60 2.37
1598 1581
K34 Unidentified 5
0.30 0.13
- 0.10 0.61
- -
- 0.09
- -
- 1619
-
Ket : 1. A Minyak nilam dari Pasaman, B. Jambi, C. Bengkulu, D. Sumedang, E. Padang Sidempuan, F. Kuningan, G. Kuningan Indesso, H. Malang, I. Sibolga, J. Kuningan TIN, K. Kutai Timur, L.
Pak-pak Barat 2. P : LRI hasil perhitungan dari penelitian, R : LRI dari referensi Adam 1995
3. Referensi Komponen Adam 1995, NIST dan Santos 2010
21
36
Tabel 17. Komponen, Persentase Area, LRI Penelitian dan LRI Referensi Hasil GC-MS Semua Sampel Lanjutan
Kode Komponen
A B
C D
E F
G H
I J
K L
LRI P
R K35
Unidentified 6 0.05
0.07 -
0.07 0.07 -
- -
- 0.32
0.07 0.20
1624 -
K36 3-Cis iso
thujopsanone 0.88
1.21 0.61 0.77 0.89 0.20 0.56
0.62 0.86
0.78 0.76
1.44 1632
1637 K37
CEDR-8-15- en-9 alpha-ol
0.91 0.88
0.66 0.90 1.16 0.60 0.67 0.71
0.82 0.92
0.92 0.91
1641 1644
K38 Unidentified 7
0.20 0.13
- 0.08 0.20
- -
- 0.19
0.11 0.11
0.30 1645
- K39
Unidentified 8 0.42
0.22 -
0.19 0.19 -
- 0.13
0.18 0.32
0.63 0.33
1648 -
K40 Unidentified 9
0.10 0.14
- 0.11 0.10
- -
- 0.11
0.26 0.26
0.15 1654
- K41
Unidentified 10
0.09 0.11
- 0.11 0.19
- -
- 0.15
- -
0.10 1669
- K42
Unidentified 11
3.42 2.80
2.77 3.13 2.85 2.12 2.15 2.57
3.52 2.27
3.03 3.08
1678 -
K44 Patchouli
alcohol 30.53 33.61 34.25 30.32 29.93 31.18 24.70 31.02 29.42 24.64 28.05 30.43 1684
1659 K44
Khusinol 0.32
0.36 0.07 0.22 0.50
- 0.06
0.04 0.26
0.17 0.22
0.36 1696
1674 K45
Unidentified 12
0.18 0.20
- 0.07 0.26 -
- - 0.15
0.06 0.09
0.19 1699
- K46
Zerumbone 0.56
0.67 0.13 0.38 0.77 0.11 0.21
0.17 0.41
0.40 0.32
0.59 1722
1731 K47
2H-Pyran-2- one. 3-acetyl-
4-hydroxy-6- methyl-
1.42 0.64
1.00 0.65 1.40 0.38 0.98 0.63
1.60 1.30
1.81 1.97
1727 -
K48
Unidentified 13
0.28 0.26 0.11 0.28 0.26
- 0.17 0.16 0.24
0.35 0.29
0.34 1737
- K49
Unidentified 14
0.26 0.21 0.10 0.20 0.20
- 0.16 0.21 0.24
0.19 0.22
0.22 1747
- K50
Aristolone
0.24 0.35
- 0.33 0.38 -
- - 0.21
0.08 0.16
0.27 1753
1756 K51
-Neoclovene
- 0.06
- - 0.06
- -
- -
0.12 -
0.07 1770
- K52
Unidentified 15
0.16 0.08
- 0.05 0.17 -
- - 0.09
0.12 0.12
0.09 1789
- K53
Unidentified 16
0.17 0.15
- 0.13 0.19
- 0.07
0.11 0.13
0.12 0.11
0.16 1796
- K54
Nookatone 0.04
0.04 -
- 0.09
- -
- -
- -
- 1817
1800 K55
-Vetivone 0.06
0.07 -
- 0.21
- -
- -
- -
- 1829
1809 K56
α-Vetivone 0.07
0.07 -
- 0.21
- -
- -
- -
- 1834
1835 K57
Corymbolone 0.06
0.06 -
0.18 0.24 -
- -
0.06 -
- 0.05
1904 -
Ket : 1. A Minyak nilam dari Pasaman, B. Jambi, C. Bengkulu, D. Sumedang, E. Padang Sidempuan, F. Kuningan, G. Kuningan Indesso, H. Malang, I. Sibolga, J. Kuningan TIN, K. Kutai Timur, L.
Pak-pak Barat 2. P : LRI hasil perhitungan dari penelitian, P : LRI dari referensi Adam 1995
3. Referensi Komponen Adam 1995, NIST dan Santos 2010
Persentase area merupakan gambaran seberapa banyak komponen tersebut ada dalam suatu bahan minyak nilam yang dihitung berdasarkan peak komponen yang terdeteksi oleh alat.
Biasanya peak yang ada pada kromatogram terlihat lebih banyak namun peak komponen yang terdeteksi oleh alat lebih sedikit. Hal ini disebabkan adanya peak yang terlalu kecil sehingga alat
tidak mampu mendeteksi. Komponen penyusun, waktu retensi dan LRI hasil penelitian masing- masing sampel dapat dilihat pada lampiran 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22 dan 24. Spektra
massa dari masing-masing komponen yang berhasil diidentifikasi hampir mirip dengan referensi dan nilai LRI hasil penelitian hampir samamendekati nilai LRI referensi seperti yang terlihat
pada lampiran 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22 dan 24. Berdasarkan kromatogram keseluruhan sampel yang dianalisis, terdapat 57 komponen
yang berhasil dideteksi. Komponen yang dapat diidentifikasi senyawanya sebanyak 41 dan yang
22
37
belum dapat diidentifikasi sebanyak 16 komponen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa disamping komponen-komponen yang juga diidentifikasi oleh peneliti sebelumnya seperti yang
dapat dilihat pada tabel 5, terdapat komponen-komponen lain yang nilaipersentase areanya lebih kecil. Area terkecil yang mampu dideteksi oleh alat adalah 2472928 abundance dengan
persentase area 0.05. Komponen-komponen yang persentase areanya kecil ini mungkin berperan dalam membentuk aroma dan menentukan mutu minyak nilam terlepas dari apakah
akan semakin meningkatkan atau menurunkan aroma dan mutu minyak nilam yang dianalisis. Komponen yang belum diidentifikasi adalah komponen yang spektra massanya tidak cocok
dengan referensi yang ada karena referensi yang dimiliki juga masih terbatas. Upaya untuk mengidentifikasi komponen aroma minyak nilam baik menggunakan GC
ataupun GC-MS pada dasarnya sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Seringkali identifikasi spektra massa komponen yang menyusun minyak nilam tersebut tidak dilakukan satu per satu
dan biasanya diambil dari hasil analisis alatkomputer yang biasanya diambil yang tingkat kemiripannya lebih besar dari 70 bahkan ada yang kurang dari itu. Hasil identifikasi dengan
cara tersebut tentunya tidak otomatis benar, tergantung pada librarydatabase yang digunakan. Perhitungan Linear Retention Index LRI menggunakan standar alkana pada penelitian-
penelitian sebelumnya yang dilakukan di Indonesia jarang dilakukan. Hal pertama yang seharusnya dilakukan untuk mengidentifikasi komponen yang menyusun minyak nilam ataupun
bahan lainnya adalah melihat dan membadingkan satu per satu spektra massa komponen yang diidentifikasi dengan spektra massa pada librarydatabase dan referensi lainnya. Setelah spektra
massa komponen tersebut samamirip dengan librarydatabase atau referensi lainnya, kemudian dilakukan konfirmasi nilai LRInya seperti yang dilakukan pada penelitian ini.
Jika komponen aroma minyak nilam dari masing-masing daerah dibandingkan, komponen yang terdeteksi dari semua minyak yang dianalisis umumnya sama dan hanya berbeda
intensitasnya. Selain intensitas, terdapat perbedaan untuk beberapa komponen yaitu beberapa komponen hanya terdapat pada sampel minyak dari daerah tertentu. Informasi mengenai sampel
yang digunakan mulai dari varietas nilam yang disuling, teknik budidaya, tempat penanaman dan kondisi penyulingan tidak diketahui sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan
komposisi aroma dari sampel yang dianalisis tidak dapat diketahui secara pasti sehingga faktor- faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut juga tidak dapat disimpulkan secara pasti. Namun,
perbedaan tersebut mungkin disebabkan karena faktor lingkungan tumbuh yang mempengaruhi bagian tanaman dalam memproduksi atau membentuk kelenjar minyak. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa komponen yang berhasil diidentifikasi sebagian besar adalah golongan sesquiterpene
dan sesquiterpene yang memiliki gugus fungsional serta beberapa monoterpene. Sedangkan, komponen yang belum dapat diidentifikasi sebagian besar adalah golongan
sesquiterpene yang memiliki gugus fungsional. Pada komponen yang berhasil diidentifikasi
maupun yang belum berhasil diidentifikasi, terdapat beberapa komponen yang dimiliki oleh semua sampel minyak dan terdapat juga beberapa komponen yang hanya dimiliki oleh sampel
minyak dari daerah tertentu. Rumus molekul monoterpene adalah C
10
H
16
, oxygenated monoterpene adalah C
10
H
16
O, golongan sesquiterpene adalah C
15
H
24
dan oxygenated sesquiterpene adalah C
15
H
24
O. Berdasarkan rumus molekut tersebut berarti monoterpene memiliki bobot molekul paling kecil
dibandingkan dengan oxygenated monoterpene, sesquiterpene dan oxygenated sesquiterpene. Komponen yang termasuk ke dalam monoterpene adalah
α-Pinene dan -Pinene. Komponen yang termasuk dalam oxygenated monoterpene adalah Eugenol. Komponen yang
termasuk ke dalam sesquiterpene adalah δ-Elemene, Copaene, -Patchoulene, -Elemene,
23
38
Thujopsene, -
Caryophyllene, α-Guaiene, -
Patchoulene, α-Humulene, Seychellene, Patchoulene, -Acoradiene, -Selinene, Cis beta guaiene, Viridiflorone, Trans beta guaiene,
Germacrene A, α-Bulnesene, -Vetivenene, --α-Panasinsen dan -Neoclovene. Sedangkan komponen yang termasuk ke dalam sesquiterpene dengan gugus fungsional adalah Occidentalol,
Longichamphenylone, Isoaromadendrene
Epoxide, Caryophyllene
Oxide, 3-Cis
iso thujopsanone, CEDR-8-15-en-9 alpha-ol, Patchouli alcohol, Khusinol, Zerumbone, Aristolone,
Nookatone, -Vetivone, α-Vetivone dan Corymbolone. Dalam suatu proses penyulingan, komponen tersebut akan keluarterdestilasi proporsional sesuai dengan kemudahannya menguap.
Komponen aroma yang berhasil dideteksi pada minyak nilam dari Pasaman yaitu 52 komponen dan yang teridentifikasi 34 komponen. Komponen-komponen yang teridentifikasi
tersebut terdiri dari hydrocarbon monoterpene sebesar 0.34 2 komponen, hydrocarbon sesquiterpene
sebesar 56 18 komponen dan sesquiterpene yang memiliki gugus fungsional sebesar 36 14 komponen. Komponen aroma yang berhasil dideteksi pada minyak nilam dari
Jambi yaitu 52 komponen dan yang teridentifikasi 35 komponen. Komponen-komponen yang teridentifikasi tersebut terdiri dari hydrocarbon monoterpene sebesar 0.62 2 komponen,
hydrocarbon sesquiterpene sebesar 53 19 komponen dan sesquiterpene yang memiliki gugus
fungsional sebesar 40 14 komponen. Komponen aroma yang berhasil dideteksi pada minyak nilam dari Bengkulu yaitu 32 komponen dan yang teridentifikasi 27 komponen. Komponen-
komponen yang teridentifikasi tersebut terdiri dari hydrocarbon monoterpene sebesar 0.12 2 komponen, hydrocarbon sesquiterpene sebesar 58 17 komponen dan sesquiterpene yang
memiliki gugus fungsional sebesar 38 8 komponen. Komponen aroma yang berhasil dideteksi pada minyak nilam dari Sumedang yaitu 46
komponen dan yang teridentifikasi 31 komponen. Komponen-komponen yang teridentifikasi tersebut terdiri dari hydrocarbon monoterpene sebesar 0.23 2 komponen, hydrocarbon
sesquiterpene sebesar 58 18 komponen dan sesquiterpene yang memiliki gugus fungsional
sebesar 36 11 komponen. Komponen aroma yang berhasil dideteksi pada minyak nilam dari Padang Sidempuan yaitu 52 komponen dan yang teridentifikasi 38 komponen. Komponen-
komponen yang teridentifikasi tersebut terdiri dari hydrocarbon monoterpene sebesar 0.23 2 komponen, hydrocarbon sesquiterpene sebesar 55 20 komponen dan sesquiterpene yang
memiliki gugus fungsional sebesar 37 14 komponen. Komponen aroma yang berhasil dideteksi pada minyak nilam dari Kuningan disuling langsung di daerah Kuningan yaitu 29
komponen dan yang teridentifikasi 26 komponen. Komponen-komponen yang teridentifikasi tersebut terdiri dari hydrocarbon monoterpene sebesar 0.14 2 komponen, hydrocarbon
sesquiterpene sebesar 64 17 komponen dan sesquiterpene yang memiliki gugus fungsional
sebesar 33 7 komponen. Komponen aroma yang berhasil dideteksi pada minyak nilam dari Kuningan Indesso
disuling menggunakan peralatan di PT. Indesso Aroma yaitu 36 komponen dan yang teridentifikasi 29 komponen. Komponen-komponen yang teridentifikasi tersebut terdiri dari
hydrocarbon monoterpene sebesar 0.34 2 komponen, hydrocarbon sesquiterpene sebesar
68 17 komponen dan sesquiterpene yang memiliki gugus fungsional sebesar 28 10 komponen. Komponen aroma yang berhasil dideteksi pada minyak nilam dari Malang yaitu 36
komponen dan yang teridentifikasi 28 komponen. Komponen-komponen yang teridentifikasi tersebut terdiri dari hydrocarbon monoterpene sebesar 0.25 2 komponen, oxygenated
monoterpene sebesar 0.05 1 komponen, hydrocarbon sesquiterpene sebesar 62 17
komponen dan sesquiterpene yang memiliki gugus fungsional sebesar 34 8 komponen. Komponen aroma yang berhasil dideteksi pada minyak nilam Sibolga yaitu 47 komponen dan
24
39
yang teridentifikasi 31 komponen. Komponen-komponen yang teridentifikasi tersebut terdiri dari hydrocarbon monoterpene
sebesar 0.38 2 komponen, hydrocarbon sesquiterpene sebesar 58 18 komponen dan sesquiterpene yang memiliki gugus fungsional sebesar 34 11
komponen. Komponen aroma yang berhasil dideteksi pada minyak nilam dari Kuningan TIN
minyak nilam dari Kuningan yang disuling dengan menggunakan peralatan di laboratorium Teknologi Industri Pertanian-IPB yaitu 50 komponen dan yang teridentifikasi 34 komponen.
Komponen-komponen yang teridentikasi tersebut terdiri dari hydrocarbon monoterpene sebesar 0.25 2 komponen, hydrocarbon sesquiterpene sebesar 63 21 komponen dan
sesquiterpene yang memiliki gugus fungsional sebesar 30 11 komponen. Komponen aroma
yang berhasil dideteksi pada minyak nilam dari Kutai Timur yaitu 47 komponen dan yang teridentifikasi 32 komponen. Komponen-komponen tersebut terdiri dari hydrocarbon
monoterpene sebesar 0.36 2 komponen, hydrocarbon sesquiterpene sebesar 59 19
komponen dan sesquiterpene yang memiliki gugus fungsional sebesar 33 11 komponen. Komponen aroma yang berhasil dideteksi pada minyak nilam dari Pak-pak Barat yaitu 42
komponen dan yang teridentifikasi 31 komponen. Komponen-komponen tersebut terdiri dari hydrocarbon monoterpene
sebesar 0.19 2 komponen, hydrocarbon sesquiterpene sebesar 54 18 komponen dan sesquiterpene yang memiliki gugus fungsional sebesar 38 11
komponen. Adanya hydrocarbon sesquiterpene dan sesquiterpene yang memiliki gugus fungsional
yang menjadi penyusun terbesar dalam seluruh sampel minyak nilam dari beberapa daerah tersebut, menunjukkan bahwa komponen penyusun minyak nilam sebagian besar adalah fraksi
yang titik didihnya relatif tinggi. Hal tersebutlah yang menjadikan minyak nilam sebagai bahan pengikat fiksatif untuk produk-produk pewangi fragrance, termasuk parfum, agar aroma
keharumannya bertahan lebih lama. Tabel 18. Komponen Utama dalam Minyak Nilam
Kode A
B C
D E
F G
H I
J K
L K6
2.93 2.85
2.74 2.99
2.32 3.89
5.11 3.65
3.39 5.45
5.93 2.44
K9 3.07
3.01 3.38
3.29 3.20
3.40 3.73
3.38 3.55
2.89 3.26
3.12 K10
12.63 11.63
14.32 13.24
11.83 15.03
15.24 14.88
12.96 13.58 11.42
11.80 K11
8.03 9.94
7.13 8.73
8.50 7.81
8.94 8.15
8.29 8.72
8.44 8.71
K13 5.23
6.01 4.87
5.77 5.29
5.23 6.19
5.52 5.51
5.90 5.47
5.50 K14
1.57 1.53
1.63 1.77
1.31 1.95
2.45 2.02
1.84 2.42
2.38 1.44
K15 1.31
1.42 0.91
1.36 1.22
0.94 1.13
1.00 1.38
1.09 1.40
1.39 K22
3.34 2.62
3.33 3.55
2.95 3.78
5.77 3.65
3.57 3.74
3.24 3.00
K23 14.16
10.60 15.69
13.57 13.55
17.71 14.58
15.36 13.76
13.75 12.19 12.18
K44 30.53
33.61 34.25
30.32 29.93
31.18 24.70
31.02 29.42
24.64 28.05 30.43
Ket : A. Minyak nilam dari Pasaman, B. Jambi, C. Bengkulu, D. Sumedang, E. Padang Sidempuan, F.
Kuningan, G.Kuningan Indesso, H. Malang, I. Sibolga, J. Kuningan TIN, K. Kutai Timur, L. Pak- pak Barat
K6: -Patchoulene, K9:Caryophyllene, K10: α-Guaiane, K11: -Patchoulene, K13:α-Patchoulene,
K14:Seychellene, K15:Patchoulene, K22:Germacrene A, K23: α-Bulnesene, K44:Patchouli
alcohol
Beberapa komponen utama dengan persentase area cukup besar yang dimiliki oleh semua sampel minyak nilam yang dianalisis diantaranya adalah -Patchoulene, Caryophyllene,
α-Guaiane, -Patchoulene, α-Patchoulene, Seychellene, Patchoulene, Germacrene A, α- Bulnesene
dan Patchouli alcohol. Masing-masing komponen utama dalam penelitian ini
25
40
memiliki persentase area yang berbeda untuk setiap sampel yang berasal dari daerah yang berlainan seperti yang ditunjukkan pada tabel 18. Penelitian yang dilakukan terhadap komponen
minyak nilam yang berasal dari Guangdong Guangzhou, Gaoyao, Zhanjiang dan propinsi Hainan, China yang dilakukan oleh Hu et al. juga menunjukan perbedaan nilaipersentase area
yang besar pada beberapa komponen seperti -Patchoulene
, Caryophyllene, α-Guaiene,
Seychellene , β-Guaiene, δ-Guaiene, Pathulenol, Patchouli alcohol dan Pogostone. Hal tersebut
menunjukkan bahwa adanya perbedaan nilaipersentase area beberapa komponen utama tersebut kemungkinan disebabkan karena sampel yang dianalisis berasal dari daerah yang berbeda yang
berarti faktor iklim dan tempat tumbuh sampel yang dianalisis berbeda. Dalam penelitiannya, Hidayat dan Sutrisno 2006 mengemukakan bahwa perbedaan tempat tumbuh dan iklim akan
mempengaruhi pertumbuhan morfologis dan fisiologis tanaman yang pada akhirnya akan mempengaruhi mutu termasuk komponen penyusun dan rendemen minyak nilam yang
dihasilkan. Komponen
-Patchoulene yang teridentifikasi berkisar antara 2.32-5.93.
- Patchoulene
yang persentase areanya tinggi pada minyak nilam dari Kuningan Indesso, Kuningan TIN dan Kutai Timur yang mencapai lebih dari 5 dan yang persentase areanya kecil
pada minyak nilam dari Padang Sidempuan dan Pak-pak Barat. Sedangkan pada minyak lainnya, persentase areanya berkisar 3. Persentase area Caryophyllene berkisar antara 2.89-3.73.
Perbedaan persentase area Caryophyllene jaraknya tidaklah terlalu besar dan masih disekitar 3. Persentase tertinggi pada minyak nilam Kuningan Indesso 3.73 dan yang terendah pada
minyak nilam Kuningan TIN 2.89. Persentase area α-Guaiane berkisar antara 11.42-
15.24. Persentase tertinggi pada minyak nilam Kuningan Indesso 15.24 dan yang terendah pada minyak nilam Kutai Timur 11.42. Persentase area -Patchoulene berkisar antara 7.13-
9.94. Persentase tertinggi pada minyak nilam Jambi 9.94 dan yang terendah pada minyak nilam Bengkulu 7.13.
Persentase area α-Patchoulene berkisar antara 4.87-6.19. Persentase tertinggi pada minyak nilam Kuningan Indesso 6.19 dan yang terendah pada minyak nilam Bengkulu
4.87. Persentase area Seychellene berkisar antara 1.31-2.45. Jarak perbedaan persentase masing-masing minyak nilam tersebut pada dasarnya juga tidaklah terlalu besar namun,
persentase area tertinggi terdapat pada minyak nilam Kuningan Indesso 2.45 dan yang terendah pada minyak nilam Padang Sidempuan 1.31. Persentase area Patchoulene berkisar
antara 0.91-1.42. Persentase tertinggi pada minyak nilam Jambi 1.42 dan yang terendah pada minyak nilam Bengkulu 0.91. Persentase area Germacrene A berkisar antara 2.62-
5.77. Persentase tertinggi pada minyak nilam Kuningan Indesso 5.77 dan yang terendah pada minyak nilam Jambi 2.62. Persentase area
α-Bulnesene berkisar antara 10.60- 17.71. Persentase tertinggi pada minyak nilam Kuningam 17.71 dan yang terendah pada
minyak nilam Jambi 10.60. Persentase area Patchouli alcohol yang berkisar antara 24,64- 34,25. Persentase tertinggi pada minyak nilam Bengkulu 34,25 dan yang rendah pada
minyak nilam Kuningan TIN 24,64 dan Kuningan Indesso 24,70. Berdasarkan tabel 18 dan pemaparan diatas, dapat dilihat bahwa beberapa minyak
mengandung komponen yang memiliki bobot molekul lebih kecil seperti -Patchoulene, Caryophyllene
, α-Guaiane, -Patchoulene, α-Patchoulene, Seychellene, Patchoulene dengan
persentase area lebih tinggi dan komponen yang memiliki bobot molekul lebih besar seperti Germacrene
A, α-Bulnesene dan Patchouli alcohol dengan persentase area lebih rendah dan
sebaliknya. Contohnya adalah minyak nilam Kuningan Indesso yang memiliki beberapa komponen yang bobot molekulnya lebih kecil tersebut dengan persentase area yang lebih tinggi
26
41
dibandingkan dengan yang lain tapi memiliki nilai persentase Patchouli alcohol terendah kedua setelah minyak nilam Kuningan TIN.
Hal ini mungkin terjadi karena waktu penyulingan sampel yang dianalisis berbeda. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Sundari 2009, yang
menunjukkan bahwa persentase area Patchouli alcohol semakin meningkat seiring dengan lamanya waktu penyulingan sampai jam ke 5. Jika dilihat pada tulisan aslinya hasil
penelitiannya langsung dapat dilihat bahwa semakin lama waktu penyulingan juga berpengaruh terhadap komponen yang tergolong bobot molekulnya lebih kecil yaitu persentase areanya
semakin menurun. Berdasarkan hal tersebut, mungkin sampel minyak nilam Kuningan Indesso dan beberapa sampel lain yang mengandung komponen dengan bobot molekul kecil lebih
banyak dan komponen dengan bobot molekul besar yang lebih sedikit disuling dengan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan yang lain. Waktu penyulingan yang singkat akan
menyebabkan komponen yang bobot molekul besar belum tersuling semua. Untuk minyak yang mengandung komponen dengan bobot molekul besar lebih banyak dan komponen dengan bobot
molekul kecil yang lebih sedikit, mungkin disuling lebih lama sehingga hampir semuanya tersuling.
Penurunan persentase area komponen dengan bobot molekul kecil tersebut mungkin terjadi karena model perhitungan nilai persentase area komponen yang dianalisis menggunakan
GC-MS yang biasanya dihitung berdasarkan area komponen yang terdeteksi. Komponen tersebut tidak berkurang tetapi karena komponen yang bobot molekulnya besar tersuling lebih banyak
seiring dengan lamanya waktu dan berakibat semakin bersarnya nilai area maka pembaginya akan lebih besar sehingga seolah-olah nilai persentase area komponen yang tergolong bobot
molekul kecil tersebut menurun padahal mungkin dari awal nilainya sama. Persentase area komponen -Patchoulene,
α-Guaiane, Caryophyllene, α-Patchoulene dan
α-Bulnesene pada penelitian ini sedikit mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh Dung 1989 dan Sari dan Sundari 2009 kecuali
α-Bulnesene. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Sundari 2009,
α-Bulnesene memiliki persentase area yang lebih tinggi dibanding keduanya yaitu sekitar 22.78-19.61. Sari dan Sundari 2009 melakukan analisis terhadap
minyak nilam yang disuling oleh rakyat dan laboratorium untuk memperbaiki kualitas minyak nilam Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa kualitas minyak nilam yang disuling di
laboratorium lebih baik jika dibandingkan dengan yang disuling rakyat yang ditandai dengan lebih tingginya persentase area beberapa komponen yang dianalisis termasuk persentase area
Patchouli alcohol tabel 6. Hal ini dapat dipahami karena peralatan yang digunakan di
laboratorium biasanya menggunakan peralatan yang lebih baik kualitasnya dan parameter penyulingannya juga lebih diperhatikan. Dalam penelitian ini juga terdapat sampel minyak nilam
dari daerah Kuningan yang diambil dari UKM, laboratorium TIN dan perusahaan minyak atsiri Kuningan Indesso. Beberapa komponen minyak nilam Kuningan UKM memiliki Persentase
area yang lebih rendah dibandingkan dengan nilam Kuningan yang lain tetapi persentase area Patchouli alcohol
nya paling tinggi. Hal ini sedikit berbeda dibanding penelitian Sari dan Sundari 2009 yang mungkin disebabkan karena bahan nilam yang digunakan berbeda, waktu jarak
antara penyulingan dengan analisis berbeda, peralatan tidak lebih baik ataupun operatornya yang kurang terlatih sehingga kurang teliti dalam melakukan penyulingan serta kondisi
penyimpanan yang kurang baik. Persentase Patchouli alcohol dari minyak nilam yang berasal dari Kuningan yang di
suling menggunakan peralatan di PT. Indesso Aroma Kuningan Indesso dan yang disuling menggunakan peralatan di laboratorium TIN-IPB Kuningan TIN merupakan yang paling
rendah jika dibandingkan dengan minyak dari daerah lain yaitu hanya 24.70 dan 24.64.
27
42
Meskipun persentase Patchouli alcohol minyak nilam dari Padang Sidempuan, Sibolga dan Kutai Timur bukan yang terendah, persentase Patchouli alcohol masing-masing minyak nilam
tersebut masih di bawah 30 yaitu 29.93, 29.42 dan 28.05. Persentase Patchouli alcohol pada minyak dari daerah Pasaman, Sumedang, Kuningan dan Pak-pak Barat lebih baik dibanding
kelima minyak yang disebutkan sebelumnya karena lebih dari 30 yaitu berkisar antara 30- 31. Patchouli alcohol tertinggi terdapat pada minyak nilam dari Bengkulu 34.25 dan Jambi
33.61. Standar Nasional Indonesia SNI 06-2385-2006 mensyaratkan persentase minimal
untuk Patchouli alcohol adalah 30. Namun, persentase Patchouli alcohol pada sampel minyak nilam yang dianalsis dalam penelitian ini tidak dapat dibandingkan dengan standar tersebut. Hal
ini dikarenakan detektor yang digunakan pada SNI dan penelitian ini berbeda. SNI menggunakan FID sedangkan penelitian ini menggunakan spectrophotometer massa sebagai detektor. Respon
dari kedua detektor tersebut berbeda sehingga hasilnya pun akan berbeda. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nuryani 2009b, dua diantara tiga varietas
minyak nilam yang dikembangkan di Indonesia memiliki kadar minimal Patchouli alcohol lebih kecil dari 30. Jadi, mungkin minyak yang dianalisis merupakan minyak yang disuling dari
salah satu varietas yang kadar Patchouli alcohol nya lebih kecil dari 30 tersebut. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa ternyata perbedaan tempat tumbuh juga memiliki peran
dalam menentukan komposisi komponen pada minyak nilam termasuk juga terhadap persentase Patchouli alcohol
. Tempat tumbuh akan berkaitan dengan suhu rata-rata, ketinggian tempat, kualitas tanah, insektisida Msaada et al. 2009 dan perbedaan iklim, jenis tanah, serta faktor
biologis Lei et al. 2010. Sejalan dengan hal tersebut, Lei et al. 2010 menyatakan bahwa tanaman yang ditanam dengan genetik yang sama pada dua tempat yang berbeda menghasilkan
minyak dengan komposisi yang berbeda dan minyak atsiri yang berasal dari tanaman dengan jenis yang sama dan lokasi budidaya yang berdekatan akan memiliki komposisi senyawa yang
hampir sama. Indikasi adanya pencampuran minyak ke dalam seluruh sampel yang dianalisis tidak
ada. Hal ini dapat ditunjukkan tidak teridentifikasinya komponen α dan β-Gurjunene, yang
merupakan komponen utama minyak kruing, serta minyaklemak yang biasa digunakan untuk memalsukan minyak nilam.
Hal lain yang juga mungkin berpengaruh terhadap komposisi minyak nilam adalah kurang tepatnya budidaya dan pengelolaan saat panen dan pasca panen serta lama penyimpanan
minyak nilam. Kurang tepatnya budidaya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan mungkin juga terhadap pembentukan komponen-komponen yang menyusun tanaman tersebut.
Pengelolaan saat panen dan pasca panen seperti waktu panen, cara panen, pengeringan dan penyimpanan sebelum penyulingan mungkin juga berpengaruh. Namun, pengaruh faktor-faktor
tersebut terhadap komposisi komponen minyak nilam masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut karena selama ini penelitian terhadap faktor-faktor tersebut masih terbatas sampai pada
rendemen minyak nilam yang dihasilkan. Beberapa komponen seperti β-Caryophyllene, α-Pinene, Caryophyllene oxide ternyata
tidak hanya terdapat pada minyak nilam. Beberapa tumbuhan penghasil minyak atsiri lainnya juga memiliki komponen tersebut tabel 8. Persentase komponen tersebut tentunya berbeda-
beda pada setiap minyak atsiri.
28
43
4.3 ANALISIS PCA