27
3.3 METODE
3.3.1 Tahap Preparasi Sampel
Setelah diambil dari para pengumpul, sampel minyak nilam yang akan dianalisis disimpan dalam lemari pendingin menggunakan wadah botol kaca yang berwarna
transparan. Sampel baru dikeluarkan dari lemari pendinggin ketika analisis akan dilakukan. Penyimpanan sampel minyak di lemari pendingin ditujukan agar minyak
terhindar dari cahaya baik secara langsung atau tidak langsung untuk menghindari penguapan dan kerusakan minyak.
3.3.2 Tahap Pemilihan Kondisi Analisis Dengan GC-MS
Pemilihan kondisi analisis ini ditujukan untuk mendapatkan kondisi analisis yang dapat menghasilkan peak dengan pemisahan yang baik tidak menumpuk. Hal yang
pertama kali dilakukan adalah mencoba kondisi analisis yang telah digunakan peneliti lain untuk meneliti minyak atsiri. Kondisi analisis yang tersebut seperti yang dapat dilihat
pada tabel 11 dibawah ini. Tabel 11. Kondisi Analisis Sampel 1.
Parameter Kondisi
Jumlah sampel yang disuntikkan µL 0.2
Suhu injector C
250 Program suhu oven
Suhu oven awal 45 C ditahan selama 5
menit selanjutnya suhu akan dinaikkan dengan laju 3
Cmenit hingga suhu mencapai 250
C. Split rasio
1:100 Gas pembawa helium mlmin
0.47 Waktu yang dibutuhkan menit
97 Split rasio
artinya dari 1 bagian sampel yang dimasukkan melalui injector hanya 0.01 bagian yang masuk ke dalam kolom. Komponen-komponen yang keluar pada menit-
menit awal peaknya terpisahkan dengan baik sedangkan komponen yang keluar pada menit-menit pertengahan sampai akhir banyak yang menumpuk. Pada kondisi analisis ini
dapat dilihat bahwa pada kenaikan suhu tertentu tidak terdapat komponen yang dideteksi. Selain waktu pendeteksian yang terlalu lama inilah dasar untuk memodifikasi kondisi
analisis tersebut agar didapatkan pemisahan komponen yang baik dan waktu pendeteksian yang lebih singkat.
Kondisi analisis yang dicoba adalah dengan memodifikasi program suhu oven yang digunakan seperti pada tabel 12 berikut ini.
13
28
Tabel 12. Kondisi Analisis Sampel 2. Parameter
Kondisi Jumlah sampel yang disuntikkan µL
0.2 Suhu injector
C 250
Program suhu oven Suhu awal pada program diatur pada suhu
50 C ditahan selama 2 menit. Pada suhu
50 C-99
C suhu dinaikkan dengan laju 10
Cmenit, dari suhu 99 C-225
C laju kenaikan
suhu diturunkan
menjadi 2
Cmenit dan pada suhu 225 C hingga
250 C laju kenaikan suhu ditingkatkan
kembali menjadi 5 Cmenit.
Split rasio 1:100
Gas pembawa helium mlmin 0.47
Waktu yang dibutuhkan menit 77
Dengan menggunakan kondisi analisis ini, waktu pendeteksian berlangsung lebih singkat yaitu 77 menit dan didapatkan peak dengan pola pemisahan yang tidak jauh
berbeda dengan kondisi analisis sebelumnya dan peaknya lebih melebar dibandingkan dengan kondisi analisis yang pertama. Pola peak yang sama dengan kondisi analisis
sebelumnya dan peaknya lebih melebar inilah yang menjadi dasar untuk mencoba kondisi analisis berikutnya. Berdasarkan hasil dari kondisi analisis kedua yang dicoba, kondisi
analisis ketiga yang dicoba sama dengan kondisi analisis kedua tetapi dilakukan hold penahanan waktu penguapan suhu 225
C dari komponen yang terdeteksi dengan tujuan agar peak yang dihasilkan tidak menumpuk dan melebar.
Tabel 13. Kondisi Analisis Sampel 3. Parameter
Nilai Jumlah sampel yang disuntikkan µL
0.2 Suhu injector
C 250
Program suhu oven Suhu awal pada program diatur pada suhu
50 C ditahan selama 2 menit. Pada suhu 50
C- 99
C suhu dinaikkan dengan laju 10 Cmenit,
dari suhu 99 C-225
C laju kenaikan suhu diturunkan menjadi 2
Cmenit dan ditahan selama 2 menit saat suhu 225
C, setelah itu laju kenaikkan suhu ditingkatkan kembali
menjadi 5 Cmenit hingga suhu mencapai
250 C.
Split rasio 1:100
Gas pembawa helium mlmin 0.47
Waktu yang dibutuhkan menit 77
Pola peak yang dihasilkan dari kondisi analisis ini tidak jauh berbeda dengan kedua kondisi analisis yang telah dicoba sebelumnya. Namun, peak yang dihasilkan tidak
14
29
terlalu melebar dibandingkan dengan kondisi analisis yang kedua. Setelah membandingkan kromatogram dari ketiga kondisi analisis yang dicoba, kondisi analisis
ketigalah yang digunakan untuk menganalisis sampel dalam penelitian ini. Kondisi analisis ketiga ini dipilih karena selain peaknya yang tidak terlalu berbeda dengan kondisi
analisis sebelumya juga karena waktu analisis kondisi analisis ketiga ini lebih singkat. Standar alkana yang digunakan untuk menghitung nilai Linear Retention Index juga
disuntikkan dengan kondisi analisis dan cara yang sama dengan kondisi analisis untuk sampel minyak nilam.
3.3.3 Tahap Identifikasi