commit to user
Tabel 2.1 menunjukkan karakteristik demografi yang tercantum dalam kuesioner antara lain jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan status
pernikahan. Dari tabel tersebut dapat dilihat persentase penerimaan program VCT berdasar karakteristik demografi.
B. Analisis Data
Perbedaan peneriman tes HIV dengan asal inisiatif pasien ditunjukan dengan tabel 2.2. Karena terdapat 1 25 sel yang nilai ekspektasinya 5
maka penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji statistik Fisher’s Exact Test.
Tabel 2.2 . Hasil Fisher’s Exact Test antara Asal Pasien dengan Kesediaannya
Menjalani tes HIV. Kesediaan
untuk tes HIV
Asal Pasien Total
p OR
CI Inisiatif sendiri
dan Didampingi
petugas kesehatan
Didampingi LSM
Ya 27
37 64
0,002 0,725
0,613-0,859 Tidak
14 14
Total 27
51 78
Dari data di atas diketahui bahwa dari 5 orang yang datang dengan inisiatif sendiri semuanya bersedia melakukan VCT. Hal yang sama terlihat
pada 22 orang yang didampingi petugas kesehatan seluruhnya juga bersedia melakukan tes HIV. Pada 51 orang yang didampingi oleh petugas kesehatan
hanya 37 orang yang bersedia melakukan tes HIV.
commit to user
Setelah dianalisis dengan menggunakan Fisher’s Exact Test didapatkan nilai probability sebesar 0,002, karena nilai p0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan asal inisiatif dengan kesediaan tes HIV Human Immunodeficiency Virus pada orang berisiko terinfeksi di Surakarta.
Tabel 3.3 . Hasil Chi Square Test Asal LSM dengan Kesediaan Mengikuti Tes
HIV Kesediaan untuk tes
HIV Asal LSM
total P
LSM Waria LSM Penasun
Ya 17
19 36
0,529 Tidak
8 6
14 Total
25 25
50
Dalam pengolahan data ini hanya 50 sampel yang digunakan, hal ini disebabkan terdapat 1 sampel yang tidak diketahui asal LSMnya. 25 orang berasal
dari LSM waria, 17 orang di antaranya bersedia melakukan tes HIV dan 8 orang tidak bersedia melakukan tes HIV. Sedangkan dari 25 orang yang berasal dari
LSM penasun, 19 orang bersedia melakukan tes HIV dan 6 orang tidak bersedia melakukan tes HIV.
Setelah dianalisis dengan menggunakan Chi Square Test didapatkan nilai probability sebesar 0,529. Karena nilai p0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan kesediaan tes HIV antara orang dengan risiko HIV dari LSM waria dan LSM penasun.
commit to user
BAB V PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas dalam Bab IV, didapatkan hasil bahwa ada hubungan asal inisiatif dengan kesediaan tes HIV Human
Immunodeficiency Virus pada orang berisiko terinfeksi di Surakarta dan secara statistik pun bermakna p0,05. Hal sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang
menyebutkan bahwa ada hubungan asal inisiatif dengan kesediaan tes HIV human immunodeficiency virus pada orang berisiko terinfeksi di Surakarta.
Voluntary Counseling and Testing adalah proses seorang individu atau pasangan mengalami konseling untuk memungkinkan seseorang untuk membuat
suatu pilihan untuk melakukan tes HIV. Keputusan harus sepenuhnya pilihan individu dan harus diyakinkan bahwa proses ini akan menjadi rahasia. Voluntary
Counseling and Testing menawarkan manfaat bagi orang-orang yang tes positif maupun negatif. Voluntary Counseling and Testing dapat mengurangi kecemasan,
meningkatkan persepsi klien tentang kerentanan mereka terhadap HIV, mempromosikan perubahan perilaku, memfasilitasi rujukan awal untuk perawatan
dan membantu dalam mengurangi stigma dalam masyarakat Banyak individu yang berisiko tidak mencari layanan konseling HIV dan
layanan standar pengujian. Stigma yang terkait dengan penggunaan narkoba dan hubungannya HIVAIDS dan takut ditahan atau mengetahui hasil positif dapat
menjadi hambatan utama untuk akses ke VCT Leslie, 2006. Suatu lain studi
26