Surveilens HIV Tinjauan Pustaka 1.

commit to user penyebaran HIVAIDS di Solo khususnya dan wilayah eks-Karesidenan Surakarta pada umumnya Setianingrum, 2010.

2. Surveilens HIV

Konseling dan testing adalah salah satu layanan yang paling cepat berkembang untuk program HIV di dunia. Mendorong meningkatnya permintaan adalah pengakuan peran konseling dan testing di kedua pencegahan infeksi HIV baru dan peningkatan akses pada perawatan dan pengobatan termasuk ART Family Health International [FHI], 2009. Secara umum, konseling dan testing menjadi strategi utama dalam program pencegahan dan penatalaksanaan kasus HIV. Sampai dengan tahun 2006, kebijakan global yang dilakukan untuk surveilens HIV adalah dengan client-innitiated voluntary counseling and testing VCT yang dilakukan di dalam maupun di luar Unit Pelayanan Kesehatan. VCT mempunyai prinsip “3C” yakni consent, counseling and confidentiality WHOUNAIDS, 2004. Voluntary counseling and testing adalah proses di mana seorang individu menjalani konseling yang bersifat rahasia sehingga memungkinkan individu untuk memperoleh berbagai informasi dan mengetahui status HIVnya dan dapat mengambil tindakan yang tepat sesuai dengan status HIVnya. Jika seseorang sudah memutuskan untuk melakukan tes HIV, VCT sangat menjaga kerahasiaannya. Sifat sukarela dalam VCT adalah salah satu prinsip mendasar. commit to user Dalam VCT dilakukan konseling 2 tahap yaitu pra tes dan pasca tes Laksono, 2010. a. Pada pra tes, klien dipahamkan perilaku berisiko kemudian dilatih membuat perubahan yang lebih sehat, baik dengan menghilangkan risiko atau mengganti dengan risiko yang lebih kecil, kemudian klien didorong melakukan keputusan untuk menjalani test HIVAIDS. Klien dipersiapkan untuk menerima hasil baik positif maupun negatif. Hampir semua laboratorium klinik melakukan tes untuk HIVAIDS akan tetapi jarang sekali orang mau datang karena ada kendala psikologis. Untuk hal ini, maka beberapa sukarelawan HIVAIDS memberi pelayanan dengan mengantar klien ke laboratarium atau pengambilan darah di ruang konseling dokter dan dokter mengantar darah ke laboratorium, sehingga klien tidak bertemu dengan orang lain kecuali dengan dokter konselornya. b. Konseling Pasca tes yaitu menyampaikan hasil laboratorium pada klien. Untuk itu, klien bisa negatif, negatif palsu, positif dan positif palsu. Negatif palsu bisa terjadi bila klien terinfeksi kurang dari 3 bulan sehingga test tidak bisa mendeteksi virus. Positif palsu adalah positif yang terjadi karena adanya protein yang hampir sama. Oleh karena bila positif, harus dites lagi dengan reagen lain sekali lagi. Bila kedua positif, maka bisa disebut betul terinfeksi. Pada konseling ini, klien bila sudah siap betul, akan dilatih bagiamana merubah gaya hidupnya agar bila negatif akan terus negatif dan tidak tertular. Bila ia aktif commit to user secara seksual, maka dipahamkan filosofi seks dari berbagai sudut pandang yang sesuai dengan perilakunya, dan penyaluran yang sehat, seperti menikah dan setia dengan pasangan. Bila tidak memungkinkan klien akan dilatih mencegah penularan dengan penggunaan kondom yang benar dan aman. Juga dilatihkan life skill lainnya yang menunjang minimal risiko infeksi. Bila seseorang adalah pengguna jarum suntik, maka disadarkan semaksimal mungkin untuk berhenti. Bila belum bisa, maka diterapi holistik dari promotif, preventif dan kuratif. Bila seseorang positif, konselor sekali lagi menyakinkan klien kesiapannya menerima kenyataan. Bila siap, maka bisa dikemukakan dan disertai dengan bimbingan psikologis dan life skill. commit to user Tabel 1 . Prinsip VCT IPPF, 2004 Sukarela Pengetahuan tentang status HIV adalah sukarela. Keputusan untuk melakukan tes harus dibuat oleh klien. Rahasia Informasi bersama selama konseling tidak harus dibagi dengan orang lain. Namun hasil tes HIV harus dilaporkan kepada klien kecuali jika klien menyatakan keinginan untuk berbagi hasil tes dengan seorang anggota keluarga, pasangan atau teman dekat. Konseling Pre-test konseling memberikan kesempatan bagi klien untuk mengeksplorasi risiko HIV dan bagaimana untuk mengurangi itu, dan membantu klien memutuskan apakah atau tidak untuk mengambil tes HIV. Dalam konseling klien harus didorong untuk mengambil hasi tes HIVtersebut. Informasi mengenai hasil tes HIV mereka akan diketahui selama konseling post-test. Layanan konseling harus berkualitas tinggi. Pelaksanaan Tes Kehadiran antibodi terhadap HIV dalam darah, air liur atau air kencing menegaskan diagnosis HIV. Hasil tes positif dikonfirmasi menggunakan tes-tes tambahan. Persetujuan Klien setuju untuk tes HIV melalui pemberian persetujuan mereka. Privasi Lingkungan harus memungkinkan diskusi pribadi antara klien dan konselor. Arahan Klien harus mempunyai akses terhadap pencegahan, perawatan dan dukungan layanan yang tersedia. Pelayanan rujukan harus dilakukan dengan menghormati kerahasiaan klien. Konselor Karakteristik konselor antara lain karena tidak menghakimi, empati, hormat, dan mendukung. Staf dengan tugas konseling harus dilatih dalam konseling HIV Kesetaraan HIV positif tidak boleh didiskriminasikan. Kepatuhan Layanan harus mematuhi protokol lokal dan nasional, undang-undang dan peraturan mengatur penyediaan layanan HIV. Monitoring dan evaluasi Jasa konseling dan pengujian harus dipantau dan dievaluasi, baik secara kuantitatif dan kualitatif, untuk memastikan layanan berkualitas tinggi commit to user Walaupun demikian, ternyata VCT dinilai tidak cukup efektif sehingga muncul inisiatif untuk membuat tes HIV “lebih rutin”. Untuk itulah, pada sekitar Agustus 2006, WHO bersama dengan UNAIDS membuat suatu pernyataan kebijakan untuk mempromosikan provider- innitiated HIV testing and counseling PITC pada fasilitas penyedia layanan kesehatan yang diintegrasikan pada pelayanan tertentu seperti antenatal care dan tuberkulosis WHOUNAIDS, 2006. Tabel 1.2 . Perbedaan antara VCT dan PICT Bock et al., 2008 VCT PITC KlienPasien Datang ke UPK khusus untuk tes HIV, sudah siap untuk tes HIV, biasanya asimptomatik Datang ke klinik karena TB atau simptom TB . Tidak selalu siap untuk tes HIV Provider Biasanya adalah konselor terlatih, tidak harus petugas kesehatan di UPK Petugas kesehatan yang sudah dilatih tentang PITC Tujuan utama konseling dan tes HIV Pencegahan penularan HIV melalui pemeriksaan risiko, pengurangan risiko dan tes Mendiagnosis HIV untuk manajemen klinis TB dan HIV secara tepat Pre-tes konseling yang berpusat pada klien one on one sama-sama pentingnya bagi klien untuk mengetahui hasil HIV positif maupun negatif Provider merekomendasikan dan menawarkan tes pada semua pasien TB. Penjelasan singkat tentang pentingnya melakukan tes HIV Waktu lebih singkat untuk pasien dengan tes HIV negatif Fokus pada mereka dengan hasil tes HIV positif. Follow-up HIV positif dirujuk untuk mendapatkan pelayanan medis dan pendukung lainnya Tidak memandang hasil tesnya nya, klien dapat dirujuk ke VCT untuk mendapatkan konseling and dukungan psikologis Penatalaksanaan klinis antara provider TB dan HIV, dirujuk untuk pelayanan pendukung yang lain. commit to user

3. Perbedaan Penerimaan Pasien pada Konseling dan Testing HIV di