commit to user
dari profesional kesehatan dan 45 dari wanita hamil berpikir HIV adalah penyakit kelas rendah dan ilegal, 48 dari profesional kesehatan dan
59 wanita hamil berpikir bahwa orang HIV positif seharusnya tidak diperbolehkan untuk menikah dan 30 dari para profesional kesehatan
tidak bersedia untuk mengobati HIV-positif Hesketh, 2005. Sebuah penelitian di Zimbabwe menyebutkan dari 4.812 sampel
yang ditawari VCT hanya 37 yang menyatakan bersedia melakukan tes HIV, mereka diberi petunjuk tempat dan waktu tes. Namun hanya 9,4
yang kembali untuk benar-benar melakukan tes HIV Kipitu, 2005.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Tes HIV dan
Penerimaan Pasien pada Konseling dan Testing HIV.
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses mental proses kogniitf sehingga dapat memilih suatu tindakan dari beberapa alternatif.
Setiap proses pengambilan keputusan menghasilkan pilihan akhir Reason, 1990. Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil
keputusan. Di antara faktor-faktor tersebut adalah: 1. Faktor Budaya: kebangsaan, agama, ras, karier, pendidikan, dan
tempat tinggal. 2. Faktor Sosial: keluarga, status sosial.
3. Faktor Pribadi: pekerjaan atau karier, gaya hidup, kepribadian serta konsep hidup.
4. Faktor Psikologis: motivasi, persepsi, keyakinan, dan pendirian Hutasoit, 2006.
commit to user
Menurut Khasier Family Foundation 2006 orang sering tidak tes HIV karena mereka tidak merasa diri mereka pada risiko infeksi. Dan
pasien akan lebih mungkin melakukan tes HIV jika petugas kesehatan profesional yang menyarankan. Suatu studi menunjukkan, banyak orang
gagal melakukan tes HIV karena berbagai alasan: kurangnya akses ke layanan pengujian, ketakutan stigma dan diskriminasi, rasa takut akan tes
positif, dan kurangnya akses terhadap pengobatan. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa peluang untuk meningkatkan akses terhadap
pengobatan, perawatan, dukungan dan pencegahan yang telah dan sedang dilakukan, tidak terjawab UNAIDS, 2010
Dalam suatu studi di Amerika Serikat, disebutkan bahwa jenis kelamin perempuan, ras kulit putih, umur yang tua, dan tingkat pendidikan
yang tinggi merupakan golongan yang sering menunjukkan penolakan terhadap tes rutin HIV. 70 responden yang mempunyai tingkat
pendidikan tinggi menolak tes HIV dengan alasan merasa tidak mempunyai risiko Liddicoat et al., 2006. Hasil yang sama juga
ditunnjukkan oleh sebuah studi di Nigeria bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi dikaitkan dengan penurunan penerimaan tes HIV Elcannem,
2004. Status pernikahan juga memiliki peran dalam pengambilan
keputusan untuk tes HIV. Dalam penelitian Demissie et al.2006 disebutkan bahwa wanita yang menikah lebih mungkin menjalani tes HIV
dibanding wanita yang belum. Namun hasil penelitian ini bertolak
commit to user
belakang dengan penelitian yang dilakukan di Tanzania dan Uganda, dalam penelitian tersebut dkemukakan bahwa wanita yang belum menikah
lebih mungkin melakukan tes HIV dari pada wanita yang sudah menikah Fabiani et al., 2003; Emily, 2004
Di berbagai negara banyak terdapat stigma buruk pada pasien HIV, sehingga individu dengan HIV positif mengalami penolakan dan
dikriminasi. Takut akan stigma atau penolakan adalah alasan umum mengapa banyak individu yang tidak ingin mengetahui status HIV mereka
IPPF, 2004.
commit to user
B. Kerangka Pemikiran