Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Anemia dengan Pola Makan untuk Pencegahan Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN UNTUK PENCEGAHAN ANEMIA

DI SMA SWASTA BINA BERSAUDARA MEDAN TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH:

INTAN ROSALINA SEMBIRING NIM. 111021019

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN UNTUK PENCEGAHAN ANEMIA

DI SMA SWASTA BINA BERSAUDARA MEDAN TAHUN 2014

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

INTAN ROSALINA SEMBIRING NIM. 111021019

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Anemia Dengan Pola Makan Untuk Pencegahan Anemia Di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun

2014” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakkan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2015

Yang Membuat Pernyataan


(4)

(5)

ABSTRAK

Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari normal. Anemia merupakan masalah gizi di dunia, terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Angka kejadian anemia pada remaja putri di negara-negara berkembang sekitar 53,7% dari semua remaja putri, anemia sering menyerang remaja putri disebabkan karena keadaan stress, haid, atau terlambat makan. Angka anemia gizi besi di Indonesia sebanyak 72,3%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri tentang anemia dengan pola asupan makanannya di SMA Swasta bina bersaudara Medan Tahun 2014.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional (potong lintang). Penelitian dilakukan bulan Februari 2014 sampai dengan Februari 2015. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah para pelajar putri di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan yang duduk di kelas 1, 2, dan 3 berjumlah 98 orang. Data yang ada dianalisis menggunakan uji statistik chi square dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% (0,05).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan kurang untuk pencegahan anemia cukup tinggi yaitu mencapai 62,2%. Dari analisis bivariat diperoleh bahwa faktor yang berhubungan dengan pola makan untuk pencegahan anemia adalah pengetahuan (p < 0,001) dan sikap (p < 0,001).

Disarankan kepada remaja putri di SMA Swasta Bina Bersaudara untuk memperbaiki pola diet mereka. Disarankan kepada pihak sekolah SMA Swasta Bina Bersaudara untuk memberikan edukasi dan informasi dengan cara mengadakan kegiatan penyuluhan terkait dengan kesehatan terutama diet dan anemia.

Kata Kunci : pola makan untuk pencegahan anemia, remaja, pengetahuan, sikap


(6)

ABSTRACT

Anemia is a medical condition in which the hemoglobin level is less than normal. Anemia is a nutritional problem in the world, especially in developing countries, including Indonesia. The incidence of anemia among adolescent girls in developing countries around 53.7% of all young women, anemia is often strikes young women due to a state of stress, menstruation, or late meal. Figures iron anemia in Indonesia as much as 72.3%. This study aims to determine the relationship between knowledge and attitudes of young women about anemia with patterns of food intake at bina bersaudara Private SMA Medan 2014.

This research is descriptive analytic with cross sectional approach (cross-sectional). The study was conducted in February 2014 to February 2015. Population and sample in this study were students in high school Bina Bersaudara Private terrain in grades 1, 2, and 3 amounted to 98 people. Existing data were analyzed using chi square statistic test using 95% confidence level.

The results showed that eating less for prevention of anemia is quite high, reaching 62.2%. From the bivariate analysis showed that factors related to diet for the prevention of anemia is knowledge (p <0.001) and attitude (p <0.001).

Suggested to young women in high school Private Bina Brothers to improve their diet. Recommended to the Development of Private High School Brothers to provide education and information by conducting extension activities related to health, especially diet and anemia.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya yang telah memberikan kekuatan maupun kesehatan kepada penulis selama dalam penyelesaian Skripsi yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Anemia Dengan Pola Makan Untuk Pencegahan Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun

2014”. Yang merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan Skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril dan materil. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaiakan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D, selaku Ketua Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat.

3. Bapak Drs. Abdul Jalil A, A, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji yang telah memberikan bimbingan kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan pengarahan dan masukan sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan. 5. Bapak dr. Heldy B.Z, MPH, selaku Pembimbing Akademik yang

selalu memberikan bimbingan dan motivasi penulis selama melaksanakan perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyrakat Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh Dosen dan Staff Pegawai FKM USU yang telah membantu dalam penyelesaian pendidikan dan Skripsi.


(8)

7. Bapak Drs. H.M. Ali Kasirin, selaku kepala sekolah SMA Swasta Bina Bersaudara Medan yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian

8. Kepada seluruh Staff di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan yang telah memberikan banyak bantuan dan kemudahan selama penulis melakukan penelitian.

9. Kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta J. Sembiring dan N. br. Gurusinga, Abang dan Adik-adikku tersayang yang telah memberikan limpahan kasih sayang, motivasi, semangat, nasehat, perhatian dan doa yang tiada henti sehingga ananda dapat menyelesaikan pendidikan untuk masa depan yang lebih baik.

10.Seluruh teman-teman dari Peminatan Kependudukan dan Kesehatan Reproduksi dan teman-teman kelas Ekstensi angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi dukungan, bantuan dan inspirasi bagi penulis serta kritikan yang menambah semangat penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya materi Skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap semoga Skipsi ini dapat menjadi sumbangan berarti bagi ilmu penegetahuan khususnya dibidang Kesehatan Masyarakat.

Medan, Juli 2015 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ………….. ... ii

ABSTRACT ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... . viii

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... ... 8

1.3.1 Tujuan Umum ... ... 8

1.3.2 Tujuan Khusus ... ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia ... ... 9

2.1.1 Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif ... 9

2.2 Sikap ... ... 11

2.2.1 Sikap Remaja Putri tentang Anemia ... 11

2.2.2 Tingkatan Sikap ... ... 12

2.3 Pengertian Remaja ... ... 12

2.4 Anemia pada Remaja Putri ... 13

2.4.1 Pengertian Anemia pada Remaja Putri ... 13

2.4.2 Kriteria Anemia ... 15

2.4.3 Tanda-Tanda Anemia ... 15

2.4.4 Penyebab Anemia pada Remaja Putri ... 16

2.4.5 Dampak Anemia pada Remaja Putri ... 18

2.4.6 Klasifikasi Anemia pada Remaja Putri ... 19

2.4.7 Diagnosis Anemia ... 20

2.4.8 Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Remaja Putri ... 20

2.5 Faktor-Faktor Terjadinya Anemia pada Remaja Putri ... 22

2.6 Pola Asupan Makanan pada Remaja ... 25

2.6.1 Pengertian Pola Asupan Makanan pada Remaja ... 25


(10)

BAB III METODE PENELITIAN... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 31

3.2.2 Waktu Penelitian ... 31

3.3 Populasi dan Sampel ... 31

3.3.1 Populasi... 31

3.3.2 Sampel ... 31

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 32

3.4.1 Data Primer ... 32

3.4.2 Data Sekunder ... ... 32

3.5 Definisi Operasional ... 32

3.6 Aspek Pengukuran ... 33

3.6.1 Pengetahuan Remaja Putri ... 33

3.6.2 Sikap Remaja Putri... 33

3.6.3 Pola Asupan Makanan ... 34

3.7 Teknik Pengolahan Data ... 34

3.8 Teknik Analisa Data ... ... 35

3.8.1 Univariat ... 35

3.8.2 Bivariat ... ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 36

4.1 Gambaran Umum SMA Swasta Bina Bersaudara ... 36

4.2 Pembagian Kelas Sekolah SMA Swasta Bina Bersaudara ... 36

4.3 Analisis Univariat ... 36

4.3.1 Distribusi Pola Makan Untuk Pencegahan Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara ... 37

4.3.2 Distribusi Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri terhadap Pola MakanUntuk Pencegahan Anemia di SMA Bina Swasta Bersaudara ... 37

4.4 Analisis Bivariat ... 41

BAB V PEMBAHASAN ... 46

5.1 Hubungan Pengetahuan tentang Anemia dengan Pola Makan Untuk Pencegahan Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara ... 46

5.2 Hubungan Sikap tentang Anemia dengan Pola Makan Untuk Pencegahan Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara ... 50

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

6.1 Kesimpulan ... ... 53


(11)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN :

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 2 SURAT IZIN PENELITIAN

LAMPIRAN 3 SURAT BALASAN PELAKSANAAN PENELITIAN MASTER DATA


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Jumlah Siswa Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin di SMA

Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun2014 ... 36 Tabel 4.2 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia di SMA

SwastaBinaBersaudaraMedan Tahun2014 ... 37 Tabel 4.3 Kategori Pengetahuan Remaja PutriTentang Anemia di SMA

Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014 ... 38 Tabel 4.4 Sikap Remaja Putri Tentang Anemia di SMA Swasta Bina

Bersaudara Medan Tahun 2014 ... 39 Tabel 4.5 Kategori Sikap Remaja Putri Tentang Anemia di SMA Swasta

Bina Bersaudara Medan Tahun2014 ... 40 Tabel 4.6 Pola Makan Untuk Pencegahan Anemia Pada RemajaPutri di SMA

Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun2014... 40 Tabel 4.7 Tabulasi Silang Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia

Dengan Pola Makan Untuk Pencegahan Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014 ... 41 Tabel 4.8 Distribusi Pengetahuan Pada 43 RemajaPutri yang Pengetahuan

Kurang dan Pola Makannya KurangBaik di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun2014 ... 42 Tabel 4.9 Tabulasi Silang Sikap Remaja Putri Tentang Anemia Dengan Pola

Makan Untuk Pencegahan Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara MedanTahun2014 ... 43 Tabel 4.10 Distribusi Sikap Pada 19 Remaja Putri yang Sikapya Kurang dan

Pola Makannya Kurang Baik di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun2014 ... 44


(13)

DAFTAR GAMBAR


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 57

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian ... 62

Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 63

Lampiran 4 Master Data ... 64


(15)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Intan Rosalina Sembiring

Tempat/ Tanggal Lahir : Deli Tua, 02 Februari 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen

Status Perkawinan : Belum Kawin

Almat Rumah : Jl. Roso Marindal 1 Pasar V Dusun VIII

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 1995-2001 : SD Negeri No. 106815 Marindal 1 2. Tahun 2001-2004 : SMP Negeri 22 Medan

3. Tahun 2004-2007 : SMA Negeri 13 Medan

4. Tahun 2007-2010 : Akademi Kebidanan Medistra Lubuk Pakam 5. Tahun 2011-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan

RIWAYAT PEKERJAAN

Tahun 2011-2012 : Klinik Umum dan Rumah Bersalin Wina Medan Tahun 2014-Sekarang : Klinik Skincare Lizz Medan


(16)

ABSTRAK

Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari normal. Anemia merupakan masalah gizi di dunia, terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Angka kejadian anemia pada remaja putri di negara-negara berkembang sekitar 53,7% dari semua remaja putri, anemia sering menyerang remaja putri disebabkan karena keadaan stress, haid, atau terlambat makan. Angka anemia gizi besi di Indonesia sebanyak 72,3%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri tentang anemia dengan pola asupan makanannya di SMA Swasta bina bersaudara Medan Tahun 2014.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional (potong lintang). Penelitian dilakukan bulan Februari 2014 sampai dengan Februari 2015. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah para pelajar putri di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan yang duduk di kelas 1, 2, dan 3 berjumlah 98 orang. Data yang ada dianalisis menggunakan uji statistik chi square dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% (0,05).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan kurang untuk pencegahan anemia cukup tinggi yaitu mencapai 62,2%. Dari analisis bivariat diperoleh bahwa faktor yang berhubungan dengan pola makan untuk pencegahan anemia adalah pengetahuan (p < 0,001) dan sikap (p < 0,001).

Disarankan kepada remaja putri di SMA Swasta Bina Bersaudara untuk memperbaiki pola diet mereka. Disarankan kepada pihak sekolah SMA Swasta Bina Bersaudara untuk memberikan edukasi dan informasi dengan cara mengadakan kegiatan penyuluhan terkait dengan kesehatan terutama diet dan anemia.

Kata Kunci : pola makan untuk pencegahan anemia, remaja, pengetahuan, sikap


(17)

ABSTRACT

Anemia is a medical condition in which the hemoglobin level is less than normal. Anemia is a nutritional problem in the world, especially in developing countries, including Indonesia. The incidence of anemia among adolescent girls in developing countries around 53.7% of all young women, anemia is often strikes young women due to a state of stress, menstruation, or late meal. Figures iron anemia in Indonesia as much as 72.3%. This study aims to determine the relationship between knowledge and attitudes of young women about anemia with patterns of food intake at bina bersaudara Private SMA Medan 2014.

This research is descriptive analytic with cross sectional approach (cross-sectional). The study was conducted in February 2014 to February 2015. Population and sample in this study were students in high school Bina Bersaudara Private terrain in grades 1, 2, and 3 amounted to 98 people. Existing data were analyzed using chi square statistic test using 95% confidence level.

The results showed that eating less for prevention of anemia is quite high, reaching 62.2%. From the bivariate analysis showed that factors related to diet for the prevention of anemia is knowledge (p <0.001) and attitude (p <0.001).

Suggested to young women in high school Private Bina Brothers to improve their diet. Recommended to the Development of Private High School Brothers to provide education and information by conducting extension activities related to health, especially diet and anemia.


(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Remaja dalam masyarakat dikenal dengan berbagai istilah yang menunjukkan kelompok umur yang tidak termasuk kanak-kanak tetapi bukan pula dewasa. Pada umumnya, anemia lebih sering terjadi pada wanita dan remaja putri dibandingkan dengan pria. Yang sangat disayangkan adalah kebanyakan penderita tidak tahu atau tidak menyadarinya. Bahkan ketika tahu pun masih menganggap anemia sebagai masalah sepele ( Yusuf, 2011).

Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari normal. Kadar Hb normal pada remaja putri adalah >12 g/dl. Remaja putri dikatakan anemia jika kadar Hb <12 gr/dl (Proverawati, 2011).

Anemia merupakan masalah gizi di dunia, terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Angka anemia gizi besi di Indonesia sebanyak 72,3%. Kekurangan besi pada remaja mengakibatkan pucat, lemah, letih, pusing, dan menurunnya konsentrasi belajar. Penyebabnya, antara lain: tingkat pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, tingkat pengetahuan tentang anemia dari remaja putri, konsumsi Fe, Vitamin C, dan lamanya menstruasi. Angka prevalensi anemia di Indonesia, yaitu pada remaja wanita sebesar 26,50%, pada wanita usia subur sebesar 26,9%, pada ibu hamil sebesar 40,1% dan pada balita sebesar 47,0% (Burner, 2012).


(19)

Menurut WHO, angka kejadian anemia pada remaja putri di Negara-negara berkembang sekitar 53,7% dari semua remaja putri, anemia sering menyerang remaja putri disebabkan karena keadaan stress, haid, atau terlambat makanan.(WHO, 2010).

Berdasarkan data survei actual secara global tahun 2010 diketahui bahwa prevalensi anemia pada anak usia para sekolah, wanita hamil, dan wanita tidak hamil di dunia secara global berturut-turut sebagai berikut 47,4%, 41,8%, dan 30,2%. Prevalensi anemia wanita tidak hamil di benua Afrika adalah 44,4%, benua Asia 33,0%, benua Eropa 15,2%, benua Amerika Latin dan Caribbean (LAC) 23,5%, Benua Amerika Utara 7,6% dan Benua Oceania prevalensi anemia sebesar 20,2%.

Di Amerika Serikat, orang yang mengalami anemia sebanyak 2% sampai 10%. Negara-negara lain memiliki tingkat anemia lebih tinggi. Pada perempuan muda terdapat dua kali lebih mungkin untuk mengalami anemia dibandingkan laki-laki muda karena pendarahan menstruasi yang teratur. Anemia terjadi pada kedua orang muda dan orang tua, tetapi anemia pada orang tua lebih mungkin menyebabkan gejala karena mereka biasanya memiliki masalah medis tambahan (Proverawati, 2011).

Di Indonesia prevalensi anemia pada remaja putri tahun 2006, yaitu 28% (Depkes RI, 2007). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menyatakan bahwa prevalensi anemia defisiensi pada balita 40,5%, ibu hamil 50,5%, ibu nifas 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun 57,1% dan usia 19-45


(20)

tahun 39,5%. Dari semua kelompok umur tersebut, wanita mempunyai resiko paling tinggi untuk menderita anemia terutama remaja putri.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (2010), penduduk Indonesia sebanyak 233 juta jiwa dan 26,8% atau 63 juta jiwa adalah remaja berusia 10 sampai 24 tahun. Sedangkan Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2009, jumlah Penduduk di Jawa Tengah adalah 33.561.468 jiwa dengan jumlah remaja usia 12-17 tahun 3.878.474 jiwa.

Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta orang menderita anemia dan sebagian besar tinggal di daerah tropik. Prevalensi anemia di Indonesia menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 pada wanita tidak hamil / produktif adalah 33,1%. Sedangkan menurut Herman (2008) dalam Dyah (2011) prevalensi anemia di Indonesia sebesar 57,1% diderita oleh remaja putri.

Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) (2012), prevalensi penyakit anemia sebanyak 75,9% pada remaja putri, pada ibu hamil 53,6%. Kriteria lain orang terkena anemia apabila hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari 13 g% untuk pria dan untuk wanita kurang dari 12 g%. Sedangkan anemia untuk anak usia 6 bulan - 5 tahun, kandungan Hb dalam darah kurang dari 11 g%. Anak usia 6-14 tahun kandungan Hb kurang dari 12 g% .

Sedangkan di Sumatera Utara dengan peserta tes darah sebanyak 9.377 orang di tiga kota, Medan, Pematang Siantar, dan Kisaran, 33% di antaranya anemia terjadi pada remaja putri. (Fernandes, 2010).


(21)

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2008, melaporkan bahwa prevalensi anemia pada remaja dan wanita usia subur (WUS) di Indonesia masih tinggi, yaitu 26,5% pada remaja (15-19 tahun) dan 26,9% pada WUS. Sedangkan menurut Surkesmas 2011 menunjukkan bahwa sebesar 21% remaja putra dan 30% remaja putri menderita anemia.

Menurut Depkes RI (1998), Akibat jangka panjang anemia ini pada remaja putri adalah apabila remaja putri nantinya hamil, maka ia tidak akan mampu memenuhi zat-zat gizi bagi dirinya dan juga janin dalam kandungannya serta pada masa kehamilannya anemia ini dapat meningkatkan frekuensi komplikasi, resiko kematian maternal, angka prematuritas, BBLR, dan angka kematian perinatal (Hayati, 2010). Sehingga untuk mencegah kejadian anemia, maka remaja putri perlu dibekali dengan pengetahuan tentang anemia dan pola asupan makanan remaja itu sendiri (Dharmadi, dkk, 2012).

Remaja putri mempunyai risiko yang lebih tinggi terkena anemia daripada remaja putra. Alasan pertama karena setiap bulan pada remaja putri mengalami haid. Seorang wanita yang mengalami haid yang banyak selama lebih dari lima hari dikhawatirkan akan kehilangan besi, sehingga membutuhkan besi pengganti lebih banyak daripada wanita yang haidnya hanya tiga hari dan sedikit. Alasan kedua adalah karena remaja putri seringkali menjaga penampilan, keinginan untuk tetap langsing atau kurus sehingga berdiet dan mengurangi makan. Diet yang tidak seimbang dengan kebutuhan zat gizi tubuh akan menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi yang penting seperti besi (Arisman, 2007).


(22)

Menurut DepKes (2008), dilaporkan bahwa masyarakat Indonesia terutama wanita sebagian besar mengalami anemia dikarenakan kurang mengkonsumsi sumber makanan hewani yang merupakan zat besi yang mudah diserap (hemeiron). Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan kadar HB dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, lelah dan cepat capek. Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olahraga dan produktivitas kerja, di samping itu penderita kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh, yang berdampak pada tubuh mudah terkena infeksi. Pada remaja yang sedang bekerja, anemia akan menurunkan produktivitas kerja, sedangkan remaja yang masih sekolah akan menurunkan kemampuan akademis.

Remaja putri adalah calon pemimpin di masa datang, calon tenaga kerja yang akan menjadi tulang punggung produktivitas nasional. Padahal, jika mayoritas anak perempuan menderita anemia, akan berdampak lebih lanjut. Mengingat, mereka adalah para calon ibu yang akan melahirkan generasi penerus dan merupakan kunci perawatan anak di masa datang. Jika tidak ditanggulangi, dikhawatirkan akan meningkatkan risiko perdarahan pada saat persalinan yang dapat menimbulkan kematian ibu. Calon ibu yang menderita anemia bisa melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Oleh karena itu, kualitas remaja putri perlu mendapat perhatian khusus. Remaja putri lebih rentan terkena anemia karena remaja berada pada masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi yang lebih tinggi termasuk zat besi. Adanya sikus menstruasi setiap bulan merupakan salah satu faktor penyebab remaja putri mudah terkena anemia. Selain itu, remaja


(23)

putri biasanya sangat memperhatikan bentuk badan, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makan dan banyak pantangan terhadap makanan seperti pada diet vegetarian ( Sediaoetama, 2007).

Remaja putri termasuk golongan rawan menderita anemia karena remaja putri dalam masa pertumbuhan dan setiap bulan mengalami menstruasi yang menyebabkan kehilangan zat besi (Arisman, 2009). Penyebab rendahnya kadar hemoglobin dalam darah salah satunya adalah asupan yang tidak mencukupi. Asupan zat gizi sehari-hari sangat dipengaruhi oleh kebiasaan makan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan remaja adalah pengetahuan (Khomsan, 2005).

Pengetahuan yang kurang menyebabkan remaja memilih makan diluar atau hanya mengkonsumsi kudapan. Penyebab lain adalah kurangnya kecukupan makan dan kurangnya mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung zat besi, selain itu konsumsi makan cukup tetapi makanan yang dikonsumsi memiliki bioavaibilitas zat besi yang rendah sehingga jumlah zat besi yang diserap oleh tubuh kurang (Soetjiningsih, 2007).

Dari data tersebut menggambarkan bahwa masalah anemia khususnya pada remaja putri masih cukup tinggi. Anemia juga sampai saat ini masih merupakan salah satu faktor yang melatarbelakangi tingginya angka kematian ibu di Indonesia, maka upaya pencegahannya adalah mengetahui sejak dini apakah seseorang menderita anemia atau tidak dan segera mengupayakan langkah-langkah penanggulangan anemia.


(24)

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara singkat pada 8 remaja putri tentang anemia, dikatakan 5 orang remaja putri tidak mengetahui tentang anemia. Sementara 3 orang remaja putri lainnya mengetahui tentang anemia hanya sebatas gejalanya saja, seperti lemah, letih, lesu, lelah dan pucat dan jika terjadi gejala anemia pada saat remaja juga akan berdampak pada saat ia akan melahirkan dan menyebabkan BBLR. Mereka juga tidak tahu bahwa anemia disebabkan karena kekurangan zat besi akibat kurangnya asupan dan mereka mengatakan tidak sempat sarapan pagi karena terburu waktu dan pada saat jam istirahat sekolah mereka lebih suka mengkonsumsi makanan cepat saji seperti bakso, mie ayam, bakso bakar, humberger, gorengan dan mie instan goreng

Dari data tersebut menggambarkan bahwa masalah anemia khususnya pada remaja putri masih cukup tinggi. Tingginya prevalensi anemia pada remaja putri dan pola asupan makanan yang berkaitan dengan terjadinya anemia dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap remaja putri tentang anemia. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian tentang “ Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Anemia Dengan Pola Makan Untuk Pencegahan Anemia Di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014 ”.

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang permasalahan diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah masih banyaknya anemia pada remaja putri yang diduga berkaitan dengan pola makan untuk pencegahan anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara.


(25)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri tentang anemia dengan pola makan untuk pencegahan anemia di SMA Swasta bina bersaudara Medan tahun 2014. 1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri mengenai anemia dengan pola makan untuk pencegahan anemia di SMA Swasta bina bersaudara Medan tahun 2014.

2. Untuk mengetahui hubungan sikap remaja putri mengenai anemia dengan pola makan untuk pencegahan anemia di SMA Swasta bina bersaudara Medan tahun 2014.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan/informasi kepada pelajar remaja putri di SMA Swasta bina bersaudara Medan secara mendalam tentang pentingnya mempunyai pola makan yang baik agar tidak terjadi anemia.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Remaja Putri tentang Anemia

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui semua panca indera manusia seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia didapat dari penglihatan dan pendengaran (Notoadmodjo, 2007).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan sering diperoleh dari pengalaman diri sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain. Pengetahuan yang baik akan mendorong seseorang untuk menampilkan sikap yang sesuai dengan pengetahuan yang telah didapatkan. Pengetahuan dalam studi ini adalah pengetahuan pada remaja putri menunjukan pada umumnya pengetahuan mereka tentang pengertian anemia, tanda dan gejala, penyebab, akibat, dan upaya pencegahan anemia masih kurang. Hal ini disebabkan karena kebiasaan makan remaja memilih makanan diluar atau hanya mengkonsumsi kudapan dan masih kurangnya informasi yang diperoleh remaja putri tentang anemia. Hal ini dapat dimaklumi karena memang didalam kurikulum sekolah tidak terdapat topik yang membahas tentang anemia.

2.1.1. Tingkat Pengetahuan dalam Domain kognitif

Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :


(27)

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari rangsangan yang telah diterima. Dalam kaitannya dengan penelitian ini para remaja putri diharapkan mampu mengingat kembali informasi yang diketahuinya mengenai anemia dengan pola asupan makanan. 2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Disini para remaja putri diharapkan mampu menjelaskan secara benar tentang anemia dengan pola asupan makanan dan dapat menginterpretasikannya dengan benar.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.


(28)

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis diartikan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan pada kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada (Notoadmodjo, 2007).

2.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

2.2.1. Sikap Remaja Putri tentang Anemia

Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal itu masih berbeda dengan suatu pengetahuan yang dimiliki orang.


(29)

2.2.2. Tingkatan Sikap

Adapun tingkatan sikap yaitu :

1. Menerima (Receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Dalam penelitian ini

diharapkan para remaja putri mau dan memperhatikan informasi mengenai anemia dengan pola asupan makanan yang diberikan.

2. Merespon (Responding), yakni memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. Dengan demikian para remaja putri diharapkan dapat memberikan jawaban, mengerjakan dan menyelesaikan kuesioner yang diberikan kepada mereka mengenai anemia dengan pola asupan makanan. 3. Menghargai (Valuing), yakni mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (Responsible), yakni bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.3. Pengertian Remaja

Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa Latin “adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24


(30)

tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti, dkk, 2010).

Remaja putri adalah individu dengan jenis kelamin perempuan berusia 11-15 tahun yang sudah mengalami menarche (Thebenez, 2008).

Ciri-ciri khusus pada remaja: 1. Pertumbuhan fisik yang sangat cepat. 2. Emosi tidak stabil.

3. Perkembangan seksual sangat menonjol (Soetjiningsih, 2008).

Menurut Soesilowindradmi (2010) masa remaja dibagi menjadi tiga bagian masa remaja yaitu:

1. Remaja awal (13-17 tahun). 2. Remaja tengah (17-21 tahun). 3. Remaja akhir (21-26 tahun). 2.4. Anemia pada Remaja Putri

2.4.1. Pengertian anemia pada Remaja Putri

Anemia adalah suatu kondisi medis di mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100 ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12 gram/100 ml (Proverawati, 2011).

Anemia merupakan gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah yang mengakibatkan penurunan kapasitas


(31)

pengangkut oksigen darah hemoglobin (Hb) yang levelnya kurang dari 11,5 gr/dl (Wikipedia, 2013).

Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung hemoglobin, yang membawa oksigen ke jaringan tubuh. Anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi termasuk kelelahan dan stres pada organ tubuh (Proverawati, 2011).

Anemia terjadi karena kurangnya zat besi dan asam folat dalam tubuh. Perempuan yang menderita anemia pada masa kehamilan berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Disamping itu, anemia dapat mengakibatkan kematian baik ibu maupun bayinya pada waktu proses persalinan (Hasmi, dkk, 2005).

Perempuan lebih rentan anemia dibanding dengan laki-laki. Kebutuhan zat besi pada perempuan adalah 3 kali lebih besar dari pada laki-laki, perempuan setiap bulan mengalami menstruasi yang secara otomatis mengeluarkan darah. Itulah sebabnya perempuan membutuhkan zat besi untuk mengembalikan kondisi tubuhnya kekeadaan semula. Hal tersebut tidak terjadi pada laki-laki. Demikian pula pada waktu kehamilan, kebutuhan akan zat besi meningkat 3 kali dibanding dengan pada waktu sebelum kehamilan. Ini berkaitan dengan kebutuhan perkembangan janin yang dikandungnya.


(32)

2.4.2. Kriteria anemia

Penentuan anemia pada seseorang tergantung pada usia, jenis kelamin, dan tempat tinggal. Kriteria anemia menurut WHO tahun 1968 (dikutip dari Tarwoto, 2008) adalah :

1. Laki-laki dewasa dengan jumlah hemoglobin < 13 g/dl, 2. Wanita dewasa tidak hamil hemoglobin < 12 g/dl, 3. Wanita hamil hemoglobin < 11 g/dl,

4. Anak umur 6-14 tahun hemoglobin < 12 g/dl, 5. Anak umur 6 bulan – 6 tahun hemoglobin < 11 g/dl.

Secara klinis menurut I made Bakta 2007, kriteria anemia di Indonesia umumnya adalah hemoglobin < 10 g/dl, hematokrit < 30%, dan eritrosit < 2,8 juta /mm3 (Tarwoto, 2008).

2.4.3. Tanda-tanda Anemia

Menurut Proverawati (2011), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah:

1. Lesu, lemah, letih, lelah, dan lunglai (5L)

2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.

Menurut Aulia (2012), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah : 1. Mudah lelah

2. Kulit pucat 3. Sering gemetar


(33)

4. Lesu, lemah, letih, lelah, dan lalai (5L) 5. Sering pusing dan mata berkunag-kunang

6. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, dan telapak tangan tampak pucat, serta

7. Anemia yang parah (kurang dari 6 gr/desiliter darah) dapat menyebabkan nyeri.

2.4.4. Penyebab Anemia pada Remaja Putri

Menurut Proverawati (2012), penyebab anemia adalah :

1. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan Sel-sel darah normal yang dihasilkan oleh sumsum tulang akan beredar melalui darah ke seluruh tubuh. Pada saat sintesis, sel darah yang belum matur (muda) dapat juga disekresi kedalam darah. Sel darah yang usianya muda biasanya gampang pecah sehingga terjadi anemia. Penghancuran sel darah merah yang berlebuhan dapat disebabkan oleh :

a. Masalah dengan sumsum tulang seperti limfoma,leukemia,atau multiple myeloma

b. Masalah dengan system kekebalan tubuh. c. Kemoterapi

d. Penyakit kronis seperti AIDS 2. Kehilangan darah

Kehilangan darah dapat disebabkan oleh : a. Perdarahan : menstruasi, persalinan


(34)

3. Penurunan produksi sel darah merah

Jumlah sel darah yang diproduksi dapat menurun ketika terjadi kerusakan pada daerah sumsum tulang, atau bahan dasar produksi tidak tersedia. Penurunan produksi sel darah dapat terjadi akibat :

a. Obat-obatan/ racun

b. Diet yang rendah, vegetarian ketat c. Gagal ginjal

d. Genetik, seperti talasemia e. Kehamilan

Beberapa faktor kebiasaan dan sosial budaya turut memperburuk kondisi anemia dikalangan perempuan yaitu :

a. Kurang mengkonsumsi bahan makanan hewani b. Kebiasaan diet untuk mengurangi berat badan

c. Budaya atau kebiasaan di keluarga sering menomorduakan perempuan dalam hal makanan

d. Pantangan tertentu yang tidak jelas kebenarannya seperti perempuan hamil jangan makan ikan karena bayinya akan bau amis

e. Kemiskinan yang menyebabkan mereka tidak mampu mengkonsumsi makanan yang bergizi (Hasmi, dkk, 2010).

Menurut Merryana, dkk (2012) mengatakan faktor-faktor pendorong anemia pada remaja putri adalah :


(35)

b. Menstruasi yang berlebihan pada remaja putri c. Perdarahan yang mendadak seperti kecelakaan d. Jumlah makanan atau penyerapan diet yang buruk

Penyebab anemia menurut Tarwoto, dkk (2010) adalah :

1. Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.

2. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan makanan

3. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khususnya melalui feses (tinja)

4. Remaja putri mengalami haid setiap bulan, dimana kehilangan zat besi +1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria.

2.4.5. Dampak Anemia pada Remaja Putri

Menurut Merryana, dkk (2012), dampak anemia bagi remaja putri adalah : 1. Menurunnya kesehatan reproduksi

2. Terhambatnya perkembangan motorik, mental dan kecerdasan 3. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.

4. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal. 5. Menurunkan fisik olahraga serta tingkat kebugaran


(36)

2.4.6. Klasifikasi Anemia pada Remaja Putri

Berdasarkan aspek etiologinya, anemia dapat diklasifikasikan menjadi: (1) anemia aplastik; (2) anemia defisiensi besi; dan (3) anemia megaloblastik. 1. Anemia Aplastik

Anemia aplastik merupakan suatu gangguan yang mengancam jiwa pada sel induk di sumsum tulang, yang sel-sel darahnya diproduksi dalam jumlah yang tidak mencukupi. Anemia aplastik dapat kongenital, idiopatik (penyebabnya tidak diketahui), atau sekunder akibat penyebab-penyebab industri atau virus (Price, 2006).

2. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia di dunia dan terutama sering dijumpai pada perempuan usia subur, disebabkan oleh kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama kehamilan. Menurut Almatsier (2005), anemia defisiensi besi atau anemia zat besi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorbsi.

3. Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik adalah anemia yang sering disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam folat yang mengakibatkan gangguan sintesis DNA, disertai kegagalan maturasi dan pembelahan inti. Defisiensi-defisiensi ini dapat sekunder akibat malnutrisi, defisiensi asam folat, malabsorbsi, kehilangan faktor intrinsik (seperti pada anemia pernisiosa dan


(37)

pascagastrektomi), infestasi parasit, penyakit usus, dan keganasan, serta sebagai akibat agens-agens kemoterapeutik (Price, 2006).

2.4.7. Diagnosis Anemia

Pemeriksaan fisik dan riwayat medis juga memainkan peran penting dalam mendiagnosis penyebab anemia. Beberapa fitur penting dalam sejarah medis meliputi pertanyaan tentang sejarah keluarga, sejarah pribadi sebelumnya anemia atau kondisi kronis lainnya, obat, warna tinja dan urin, perdarahan bermasalah dan pekerjaan serta kebiasaan social (Proverawati, 2011).

2.4.8. Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Remaja putri a. Pencegahan

Menurut Almatzier (2011), cara mencegah dan mengobati anemia adalah : 1. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi

a. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan mkanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).

b. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin c (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk, dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.

2. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah (TTD). Tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Wanita dan remaja putri perlu minum tablet tambah darah karena wanita mengalami haid sehingga memerlukan zat besi untuk mengganti darah


(38)

yang hilang. Wanita mengalami hamil, menyusui, sehingga zat besinya sangat tinggi yang perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja. Tablet tambah darah mampu mengobati wanita dan remaja putri yang menderita anemia, meningkatkan kemampuan belajar, kemampuan kerja dan kualitas sumber daya manusia serta generasi penerus. Anjuran minum yaitu minumlah 1 (satu) tablet tambah darah seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 tablet setiap hari selama haid. Minumlah tablet tambah darah dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu atau kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang. 3. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti:

kecacingan, malaria, dan penyakit TBC.

b. Penanggulangan Anemia pada Remaja Putri

Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara lain:

1. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang cukup secara rutin pada usia remaja.

2. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas, makanan laut disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam askorbat) untuk meningkatkan absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi minum kopi, teh, teh es, minuman ringan yang mengandung karbonat dan minum susu pada saat makan.


(39)

3. Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi Anemia di daerah dengan prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis 1 mg/KgBB/hari.

4. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung karbonat, multivitamin yang mengandung phosphate dan kalsium.

5. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan pilihan untuk skrining anemia (Lubis, 2008).

2.5. Faktor - faktor Terjadinya Anemia Pada Remaja Putri

Banyak faktor medis yang dapat menyebabkan anemia. Di antaranya Meliputi :

1. Menstruasi

Salah satu faktor pemicu anemia adalah kondisi siklus menstruasi yang tidak normal. Kehilangan banyak darah saat menstruasi diduga dapat menyebabkan anemia (Niken, 2013).

Hampir semua wanita pernah mengalami perdarahan berlebih saat menstruasi, bahkan sebagian wanita harus mengalami hal ini setiap datang bulan. Tiap wanita mempunyai siklus menstruasi yang berlainan, normalnya dalam satu siklus kurang lebih setiap 28 hari, bisa berfluktuasi 7 hari dan total kehilangan darah antara 60 sampai 250 mm (Anonymous, 2013).

Menstruasi dikatakan tidak normal saat seorang wanita mengalami menstruasi dengan jangka waktu panjang. Di mana umumnya wanita hanya mengalami menstruasi satu kali dalam sebulan, tetapi pada beberapa kasus, ada yang


(40)

mengalami hingga dua kali menstruasi setiap bulan. Kondisi inilah yang dikatakan menstruasi tidak normal yang menyebabkan anemia (Niken, 2013). 2. Pola makan

Kebiasaan makan adalah cara seseorang dalam memilih dan memakannya sebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh psikologis, fisiologi, budaya dan sosial. Kebiasaan makan adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan makan seseorang, pola makanan yang dimakan, pantangan, distribusi makanan dalam keluarga, preferensi terhadap makanan dan cara memilih makanan. Pola dan gaya hidup modern membuat remaja cenderung lebih menyukai makan di luar rumah bersama kelompoknya. Remaja putri sering mempraktikkan diet dengan cara yang kurang benar seperti melakukan pantangan-pantangan, membatasi atau mengurangi frekuensi makan untuk mencegah kegemukan. Pada umumnya remaja mempunyai kebiasaan makan yang kurang baik. Beberapa remaja khususnya remaja putri sering mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang tidak seimbang dibandingkan dengan kebutuhannya karena takut kegemukan dan menyebut makan bukan hanya dalam konteks mengkonsumsi makanan pokok saja tetapi makanan ringan juga dikategorikan sebagai makan (Arisman, 2004).

3. Riwayat penyakit

Penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit ginjal dapat menyebabkan tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah yang cukup. Orang yang memiliki HIV/AIDS juga dapat mengembangkan anemia akibat infeksi atau obat yang digunakan untuk pengobatan penyakit (Zen, 2013).


(41)

Setiap kondisi medis jangka panjang dapat menyebabkan anemia. Mekanisme yang tepat dari proses ini tidak diketahui, tetapi setiap berlangsung lama dan kondisi medis yang berkelanjutan seperti infeksi kronis atau kanker dapat menyebabkan anemia (Proverawati, 2011).

Anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena infeksi. Telah diketahui secara luas bahwa infeksi merupakan faktor yang penting dalam menimbulkan kejadian anemia, dan anemia merupakan konsekuensi dari peradangan dan asupan makanan yang tidak memenuhi kebutuhan zat besi (Arumsari, 2009).

4. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik erat kaitannya dengan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Tubuh yang sehat mampu melakukan aktivitas fisik secara optimal, sebaliknya aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dalam porsi yang cukup mempunyai dampak positif bagi kesehatan badan (Arumsari, 2008).

Pola aktivitas remaja didefinisikan sebagai kegiatan yang biasa dilakukan oleh remaja sehari-hari sehingga akan membentuk pola. Aktivitas remaja dapat dilihat dari bagaimana cara remaja mengalokasikan waktunya selama 24 jam dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan suatu jenis kegiatan secara rutin dan berulang-ulang (Arumsari, 2008).

Aktivitas fisik selama 24 jam dibagi menjadi lima yaitu aktivitas tidur, aktivitas berat (olah raga seperti jogging, sepak bola, atletik, dan sebagainya), aktivitas sedang (belajar, naik tangga, mencuci, mengepel, menyetrika,


(42)

menyapu, dan sebagainya), aktivitas ringan (kegiatan sambil berdiri), dan aktivitas rileks (duduk, berbaring, dan sebagainya). Aktivitas fisik penting untuk mengetahui apakah aktivitas tersebut dapat mengubah status zat besi. Performa aktivitas akan menurun sehubungan dengan terjadinya penurunan konsentrasi hemoglobin dan jaringan yang mengandung zat besi. Zat besi dalam hemoglobin, ketika jumlahnya berkurang, secara ekstrim dapat mengubah aktivitas kerja dengan menurunkan transpor oksigen (Arumsari, 2008).

2.6. Pola Asupan Makanan pada Remaja

2.6.1. Pengertian Pola Asupan Makanan pada Remaja

Pola asupan makanan adalah semua jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi tubuh setiap hari (Depkes, 2010).

Menurut Pinatih (2011) mengkonsumsi makanan seimbang merupakan sudah anjuran mendasar yang hakiki bagi semua orang. Dimana asupan zat gizi yang terkonsumsi menentukan aspek kesehatan nutrisi setiap individu. Makanan seimbang memiliki penjabaran makanan-makanan yang memiliki kandungan gizi yang sesuai dengan asupan gizi yang dibutuhkan.

Banyak vitamin dan mineral diperlukan untuk membuat sel-sel darah merah. Selain zat besi, vitamin B12 dan folat diperlukan untuk produksi hemoglobin yang tepat. Kekurangan dalam salah satu dapat menyebabkan anemia karena kurangnya produksi sel darah merah. Asupan makanan yang buruk merupakan penyebab penting rendahnya kadar asam folat dan vitamin B12 (Proverawati, 2011).


(43)

Menurut Wirakusumah (2012), Berpijak pada kebiasaan makan bangsa Indonesia, bapak gizi Indonesia Prof. Dr. Poorwo Sudarmo mencanangkan pedoman menu “Empat sehat lima sempurna (4 sehat 5 sempurna)”. Maknanya agar dalam menyusun menu sehari individu maupun keluarga berpedoman pada menu “empat sehat lima sempurna”. Artinya jika pedoman tersebut dijalankan, maka akan tercapai kesehatan yang diharapkan dan menjadi sempurna jika dilengkapi dengan susu. Menu “4 sehat 5 sempurna” yang dianjurkan terdiri atas bahan-bahan makanan berikut :

a) Makanan pokok

Makanan pokok merupakan sumber karbohidrat penghasil energi yang juga membuat rasa kenyang. Contohnya : nasi, mie, roti, jagung, singong dan sagu.

b) Lauk pauk hewani dan nabati

Lauk-pauk ini sebagai sumber protein yang juga membuat nikmatnya hidangan jika dicampur dengan makanan pokok yang rasanya netral. Contoh pangan hewani di antaranya daging (sapi, kambing, domba, dan kerbau), unggas (ayam, bebek dan burung), ikan (ikan darat dan ikan laut), serta telur. Sementara pangan nabati seperti tempe, tahu dan kacang-kacangan.

c) Sayur-sayuran

Sayur-sayuran merupakan sumber vitamin, mineral dan serat yang membuat rasa nyaman serta meningkatkan selera.

d) Buah-buahan


(44)

e) Susu

Akan menjadi sempurna jika menu makanan ditambah dengan susu. Anjuran terakhir ini terutama ditujukan bagi ibu hamil atau menyusui dan anak balita (Wirakusumah, 2012).

Jumlah atau porsi makanan sesuai dengan anjuran makanan bagi remaja menurut Sediaoetama (2010) yang disajikan pada tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Jumlah Porsi Makanan Yang Dianjurkan Pada Usia Remaja Makan pagi

06.00 - 07.00 WIB

Makan siang 13.00 - 14.00 WIB

Makan malam 20.00 WIB Nasi 1 porsi 100 gr beras Nasi 2 porsi 200 gr beras Nasi 1 porsi 100 gr beras Telur 1 butir 50 gr Ikan 1 porsi 50 gr Ikan 1 porsi 50 gr

Susu sapi 200 gr Tempe 1 porsi 50 gr Tahu 1 porsi 100 gr Sayur 1 porsi 100 gr Sayur 1 porsi 100 gr Buah 1 porsi 75 gr Buah 1 porsi 100 gr

Susu skim 1 porsi 20 gr Menurut Husaini (1989) pola makan yang tidak berkualitas dalam hal keragaman jenis makanan dan ketersediaan biologis besinya rendah merupakan faktor penting yang berperan dalam anemia karena dapat menganggu penyerapan zat gizi.

Pola menu makanan yang hanya terdiri dari sumber karbohidrat, seperti nasi dan umbi-umbian, atau kacang-kacangan, tergolong menu rendah (penyerapan zat besi 5%). Pola menu yang kurang bervariasi ini ini sangat jarang atau sedikit sekali mengandung daging, ikan, dan sumber vitamin C. Terdapat lebih banyak bahan makanan yang mengandung zat penghambat zat absorpsi besi dalam menu makanan ini, sehingga keragaman atau variasi makanan yang dikonsumsi diperlukan untuk memperoleh penyerapan zat gizi yang baik.


(45)

Sebagian besar remaja putri memiliki pola makan yang kurang bervariasi, hal ini kemungkinan karena sebagian besar remaja lebih suka mengkonsumsi makanan jajanan yang tidak memenuhi asupan zat gizinya dengan baik. Selain itu, sebagian besar remaja mengaku tidak suka mengkonsumsi sayur-sayuran dan ketersediaan buah-buahan di rumah mereka sangat jarang. Sehingga asupan makanan sehari-hari mereka kebanyakan hanya didominasi oleh sumber karbohidrat dan protein. Kurang bervariasinya jenis makanan tersebut dapat menyebabkan penyerapan zat gizi kurang berjalan dengan baik, sehingga dapat menyebabkan kadar hemoglobin menurun atau anemia.

Banyak remaja putri yang sering melewatkan dua kali waktu makan dan lebih memilih kudapan. Padahal sebagian besar kudapan bukan hanya hampa kalori, tetapi juga sedikit sekali mengandung zat gizi, selain dapat mengganggu (menghilangkan) nafsu makan. Selain itu remaja khususnya remaja putri semakin menggemari junk food yang sangat sedikit (bahkan ada yang tidak ada sama sekali) kandungan kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan vitamin.

Tubuh mendapatkan zat besi melalui makanan. Kandungan zat besi dalam makanan berbeda-beda, dimana makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah makanan yang berasal dari hewani (seperti ikan, daging, hati dan ayam). Makanan nabati (seperti sayuran hijau tua) walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus (Depkes RI, 2010). Rendahnya asupan zat besi yang berasal dari konsumsi zat besi dari makanan sehari-hari merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia (Beck, 2009).


(46)

Beberapa makanan yang dapat menghambat penyerapan zinc dan besi adalah asam fitat (beras, gandum, kacang kedelai, susu coklat, kacang dan tumbuhan polong), polifenol (teh, kopi, bayam, kacang, tumbuhan polong, rempah-rempah) kalsium dan fosfat (susu dan keju). Makanan atau minuman tertentu dapat mengganggu penyerapan zat besi di dalam tubuh. Asam fitat dan faktor lain di dalam serat serealia dan asam oksalat di dalam sayuran menghambat penyerapan besi. Asam fitat dan asam oksalat yang terkandung dalam sayuran akan mengikat zat besi, sehingga mengurangi penyerapan zat besi. Karena hal inilah, bayam meski tinggi kandungan zat besinya bukan merupakan sumber zat besi yang baik. Oleh karena itu, jika hendak mengonsumsi bayam dan sayuran lain, sebaiknya disertai dengan mengonsumsi buah-buahan yang tinggi kandungan vitamin C nya, seperti jambu biji, jeruk dan nanas. Namun lebih dianjurkan untuk meminumnya dalam bentuk jus. Sebab jika dalam bentuk buah segar, yang kandungan seratnya masih tinggi, juga akan menghambat penyerapan zat besi (Adi , 2009).

2.6.2. Pola Makan Untuk Pencegahan Anemia

Pola makan yang dikonsumsi responden diperoleh dari food recall 24 jam yang dilakukan selama 2 hari berturut-turut.

Cara menentukan kategori tingkat pola makan responden sebagai berikut : 1. Baik : jika kadar zat besi > 80% AKG ( >20 mg)


(47)

2.7. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian di atas maka kerangka konsep penelitian yang mencakup semua variable penelitian untuk lebih jelasnya sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Anemia dengan Pola Makan Untuk Pencegahan Anemia Di

SMA Swasta Bina Bersaudara Medan tahun 2014.

Pengetahuan tentang anemia

Pola makan untuk Pencegahan Anemia Sikap tentang anemia


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survei yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) yaitu penelitian terhadap variabel-variabel yang termasuk faktor independen dan dependen diteliti sekaligus pada saat yang sama yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri tentang pola makan untuk pencegahan anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan tahun 2014.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena :

1. Sekolah ini berada ditengah kota sehingga peneliti berasumsi bahwa siswa/siswi dapat dengan mudah/cepat memperoleh informasi, khususnya mengenai kesehatan dan tentang anemia dengan pola makan yang baik untuk pencegahan anemia.

2. Berdasarkan hasil survei pendahuluan masih ditemukan 8 orang remaja putri yang belum mengetahui tentang anemia itu seperti apa dan bagaimana pola makan yang baik untuk pencegahan anemia.

3. Berdasarkan dari lokasi penelitian tersebut belum pernah dilakukan penelitian, maka peneliti tertarik dilokasi ini.


(49)

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2014 sampai dengan Februari 2015.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah para pelajar putri di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan yang duduk di kelas 1, 2, dan 3 berjumlah 98 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini menggunakan total populasi dengan jumlah 98 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari responden dengan metode angket yaitu dengan memberikan kuesioner kepada pelajar yang akan diisi sendiri oleh responden penelitian.

3.4.2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari catatan atau dokumen dari kantor tata usaha di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan yang meliputi gambaran umum, letak geografis dan data jumlah siswa.


(50)

3.5.Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah sejumlah informasi atau segala sesuatu yang diketahui dan dimengerti responden tentang anemia dan dimulai dari pengertian, tanda-tanda anemia, penyebab terjadinya anemia, gejala dan cara mencegah terjadinya anemia yang terjadi pada remaja putri.

2. Sikap adalah reaksi atau respon dari responden terhadap masalah anemia, dan pendapat remaja putri tentang segala sesuatu untuk mencegah terjadinya anemia pada remaja putri.

3. Remaja putri adalah siswi/pelajar putri yang bersekolah di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan yang berusia antara 15-19 tahun.

4. Pola makan untuk pencegahan anemia

Pola makan adalah jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi remaja yang mengandung zat besi untuk mencegah anemia.

3.6 Aspek Pengukuran

3.6.1 Pengetahuan Remaja Putri

Variabel pengetahuan responden diukur dengan 15 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan mempunyai skor benar/tepat 1 dan salah/tidak tepat 0. Sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 15.

Cara menentukan kategori tingkat pengetahuan responden mengacu pada persentase berikut (Arikunto, 2007):

1. Baik, bila total skor jawaban > 75% dari nilai keseluruhan atau dalam interval 12-15.


(51)

2. Cukup, bila total skor jawaban 40 – 75% dari nilai keseluruhan atau dalam interval 6-11.

3. Kurang, bila total skor < 40% dari nilai keseluruhan atau dalam interval 0-5. 3.6.2 Sikap

Untuk mengetahui sikap remaja putri tentang anemia dengan pola asupan makanan dilakukan dengan memberikan pernyataan. Sikap diukur melalui jawaban kuesioner dengan skala likert, pernyataan diajukan sebanyak 10 pertanyaan dengan 5 pilihan jawaban. Setiap pernyataan memiliki skor 1 sampai 5. Total skor maksimal adalah 50 dan total skor minimal adalah 10.

Tabel 3.1 Skala Sikap Model Likert

Pernyataan Positif Nilai Pernyataan Negatif Nilai

Sangat Setuju (SS) 5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Setuju (S) 4 Tidak Setuju (TS) 2

Ragu-ragu (RG) 3 Ragu-ragu (RG) 3

Tidak Setuju (TS) 2 Setuju (S) 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sangat Setuju (SS) 5

Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat dikategorikan sikap responden sebagai berikut (Riduwan, 2010):

1. Baik, jika jawaban benar responden > 75% dengan skor 41-50. 2. Cukup, jika jawaban benar responden 50-75% dengan skor 31-40. 3. Kurang, jika jawaban benar responden < 50% dengan skor 10-30. 3.6.3 Pola Makan Untuk Pencegahan Anemia

Cara enentukan kategori tingkat pola makan responden sebagai berikut: 1. Baik : jika kadar zat besi > 80% AKG ( > 20 mg)

2. Kurang : jika kadar zat besi < 80% AKG ( < 20 mg) Sumber : Hidayat (2007)


(52)

3.7 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara: 1. Editing

Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan/meneliti data yang telah diperoleh untuk dilakukan pembetulan data yang keliru/salah dan melengkapi data yang kurang. 2. Coding

Pada tahap ini dilakukan pemberian kode pada setiap jawaban kuesioner yang telah diisi.

3. Tabulating

Untuk mempermudah pengolahan data serta pengambilan kesimpulan, data dimasukan ke dalam tabel distribusi frekuensi dan dianalisis dengan menggunakan SPSS.

3.8 Teknik Analisis Data 3.8.1 Univariat

Data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis untuk menggambarkan (mendeskripsikan) masing-masing variabel dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

3.8.2 Bivariat

Untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dilakukan uji statistik chi square (x²). Dasar pengambilan keputusan dapat dilakukan berdasarkan perbandingan dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% (0,05).


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum SMA Swasta Bina Bersaudara

SMA Swasta Bina Bersaudara terletak di Jalan Tritura Km 5,5 Lingkungan VI Kelurahan Titi Kuning, Kecamatan Medan Johor. Batas wilayah SMA Swasta Bina Bersaudara adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Tritura

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Pajak Inpres Titi Kuning - Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Brigjen Zein Hamid - Sebelah Timur berbatasan dengan Wisma Inalum

4.2. Pembagian Kelas Sekolah SMA Swasta Bina Bersaudara

Adapun pembagian kelas yang ada di SMA Swasta Bina Bersaudara dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Jumlah Siswa Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014

No Kelas Laki-Laki Perempuan

f % f %

1 X-A 12 7,1 16 9,5

2 X-B 13 7,7 15 8,9

3 X-C 12 7,1 16 9,5

4 XI IPS 8 4,7 15 8,9

5 XI IPA 7 4,1 13 7,7

6 XII IPS 11 6,5 10 5,9

7 XII IPA 8 4,7 13 7,7

Total 71 42,0 98 58,0

Dari Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa perempuan lebih banyak yaitu 98 orang (58,0%) dibanding dengan jumlah siswa laki-laki yaitu 71 orang (42,0%).


(54)

4.3. Hasil Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan, sikap dan pola makan untuk pencegahan anemia pada remaja putri di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014, maka variabel yang dianalisis secara univariat adalah sebagai berikut:

4.3.1 Pengetahuan Responden Tentang Anemia

Tabel 4.2. Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014

No. Item Jawaban Benar Salah

f % f %

1 Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal.

38 38,8 60 61,2

2 Tanda dan gejala anemia adalah cepat lelah, pucat pada kulit dan telapak tangan.

84 85,7 14 14,3 3 Penyebab remaja putri lebih berisiko

terkena anemia adalah kehilangan darah akibat peristiwa hadi setiap bulannya.

49 50,0 49 50,0

4 Kelompok yang paling berisiko menderita anemia adalah remaja putri.

72 73,5 26 26,5 5 Kadar Hb normal pada remaja putri adalah

>12 g/dl.

25 25,5 73 74,5 6 Dampak anemia terhadap remaja putri

adalah konsentrasi belajar menurun.

37 37,8 61 62,2 7 Kebiasaan yang dapat menghambat

penyerapan zat besi oleh tubuh adalah kebiasaan minum teh/kopi bersamaan sewaktu makan.

11 11,2 87 88,8

8 Faktor yang menyebabkan wanita kehilangan zat besi yang berlebihan dalam tubuh adalah menstruasi.

38 38,8 60 61,2

9 Dampak jika menderita anemia pada masa kehamilan (persalinan) adalah adanya risiko keguguran dan pendarahan pada saat melahirkan.

65 66,3 33 33,7

10 Vitamin yang membantu penyerapan zat besi di dalam tubuh adalah vitamin C.


(55)

Tabel 4.2. Lanjutan

No. Item Jawaban Benar Salah

f % f %

11 Anemia pada remaja putri dapat dicegah dengan banyak mengkonsumsi makanan sumber zat besi, seperti daging sapi, hati ayam.

96 98,0 2 2,0

12 Makanan sumber zat besi atau makanan penambah darah yang berasal dari hewani adalah hati ayam dan daging sapi.

42 42,9 55 57,1

13 Makanan sumber zat besi atau makanan penambah darah yang berasal dari nabati adalah tahu dan tempe.

38 38,8 60 61,2

14 Vitamin yang sangat berperan dalam meningkatkan zat besi adalah vitamin C.

57 58,2 41 41,8 15 Vitamin C merupakan zat gizi yang sangat

berperan dalam meningkatkan penyerapan zat besi.

40 40,8 58 59,2

Dari Tabel 4.2 di atas dapat dilihat sebesar 88,8% responden tidak tahu bahwa kebiasaan yang dapat menghambat penyerapan zat besi oleh tubuh adalah kebiasaan minum teh/kopi bersamaan sewaktu makan, 78,6% responden tidak tahu bahwa vitamin yang membantu penyerapan zat besi di dalam tubuh adalah vitamin C, 74,5% responden tidak tahu bahwa kadar Hb normal pada remaja putri adalah > 12 g/dl.

Tabel 4.3. Kategori Pengetahuan remaja putri Tentang Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014

Pengetahuan f %

Baik 23 23,5

Cukup 24 24,5

Kurang 51 52,0

Total 98 100,0

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa dari 98 orang responden, pengetahuan remaja putri terhadap anemia paling banyak pada kategori pengetahuan kurang yaitu 51 orang remaja putri (52,0%), dan paling sedikit pada kategori pengetahuan baik yaitu 23 orang remaja putri (23,5%).


(56)

4.3.2 Sikap Responden Tentang Anemia

Tabel 4.4. Sikap Remaja Putri Tentang Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014

No Sikap

Jawaban

SS S RG TS STS

f % f % f % f % f %

1 Sebaiknya remaja putri perlu mengkonsumsi makanan yang mengan-dung zat besi

65 66,3 22 22,4 2 2,0 9 9,2 - -

2 Setiap orang seharusnya makan makanan bergizi menu seimbang

74 75,5 20 20,4 4 4,1 - - - -

3 Sebaiknya makan buah-buahan yang banyak me-ngandung vitamin C

63 64,3 35 35,7 - - - -

4 Jika kita sudah menemu-kan gejala anemia maka diamkan saja

20 20,4 40 40,8 8 8,2 10 10,2 20 20,4

5 Sebaiknya kita meng-konsumsi obat tablet tambah darah untuk mencegah terjadinya anemia

24 24,5 50 51,0 17 17,3 - - 7 7,1

6 Anemia bukan masalah

kesehatan yang

berbahaya

31 31,6 24 24,5 18 18,4 14 14,3 11 11,2

7 Merasa khawatir jika terkena anemia

26 26,5 55 56,1 13 13,3 - - 4 4,1 8 Setiap pagi kita

dianjur-kan sarapan untuk meng-hindarkan terjadinya anemia

42 42,9 35 35,7 21 21,4 - - - -

9 Tidak perlu makan makanan sayuran hijau

22 22,4 43 43,9 4 4,1 11 11,2 18 18,4 10 Anemia tidak

meng-ganggu aktifitas remaja putri

44 44,9 16 16,3 8 8,2 14 14,3 16 16,3

Dari Tabel 4.4 di atas dapat dilihat sebesar 61,2% responden bersikap tidak peduli terhadap gejala anemia, 56,1% responden bersikap tidak peduli dengan anemia, sebesar 66,3% responden bersikap tidak peduli terhadap konsumsi


(57)

makanan sayuran hijau dan sebesar 61,2% responden bersikap tidak peduli dengan gangguan anemia terhadap aktifitas mereka.

Tabel 4.5. Kategori Sikap Remaja putri Tentang Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014

Sikap f %

Baik 27 27,6

Cukup 48 49,0

Kurang 23 23,5

Total 98 100,0

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa sikap remaja putri tentang anemia paling banyak berada pada kategori cukup yaitu 48 orang remaja putri (49,0%), dan paling sedikit pada kategori kurang yaitu 23 orang remaja putri (23,5%).

4.3.3 Pola Makan Untuk Pencegahan Anemia

Pola makan yang dikonsumsi responden diperoleh dari food recall 24 jam yang dilakukan selama 2 hari berturut-turut.

Tabel 4.6. Pola Makan Untuk Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014

Pola Makan Untuk Pencegahan

Anemia f %

Baik

Kurang Baik

37 37,8

61 62,2

Total 98 100,0

Dari Tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa pola makan untuk pencegahan anemia paling banyak berada pada kategorik pola makan kurang baik (buruk) yaitu 61 orang remaja putri (62,2%) dan yang memiliki pola makan yang baik (Fe >20 mg) untuk pencegahan anemia sebanyak 37 orang remaja putri (37,8%).


(58)

4.4. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara masing-masing variabel bebas yang meliputi pengetahuan dan sikap dengan variabel terikat yaitu pola makan yang menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p < 0,05. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat menggunakan uji chi-square dapat dilihat sebagai berikut:

4.4.1 Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia dengan Pola Makan Untuk Pencegahan Anemia

Tabel 4.7. Tabulasi Silang Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia dengan Pola Makan Untuk Pencegahan Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014

Pengetahuan

Pola Makan Untuk

Pencegahan Anemia Total

p-value Baik Kurang

f % f % f %

Baik 16 69,6 7 30,4 23 100,0

<0,001

Cukup 13 54,2 11 45,8 24 100,0

Kurang 8 15,7 43 84,3 51 100,0

Dari hasil analisis Tabel 4.7. bahwa dari 23 orang remaja putri yang memiliki pengetahuan baik tentang anemia mayoritas memiliki pola makan yang baik untuk pencegahan anemia yaitu sebanyak 16 orang (69,6%). Dari 24 remaja putri yang memiliki pengetahuan cukup mayoritas memiliki pola makan yang baik untuk pencegahan anemia yaitu sebanyak 13 orang (54,2%), sedangkan remaja putri yang memiliki pengetahuan kurang mayoritas memiliki pola makan kurang untuk pencegahan anemia yaitu sebanyak 43 orang (84,3%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p < 0,001 sehingga H0 ditolak yang berarti bahwa pengetahuan


(59)

memiliki hubungan yang bermakna dengan pola makan remaja putri untuk pencegahan anemia.

Tabel 4.8. Distribusi Pengetahuan Pada 43 Remaja Putri yang Pengetahuan Kurang dan Pola Makannya Kurang Baik di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014

No. Item Jawaban Benar Salah

f % f %

1 Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal.

- - 43 100,0

2 Tanda dan gejala anemia adalah cepat lelah, pucat pada kulit dan telapak tangan.

30 69,8 13 30,2 3 Penyebab remaja putri lebih berisiko

terkena anemia adalah kehilangan darah akibat peristiwa hadi setiap bulannya.

19 44,2 24 55,8

4 Kelompok yang paling berisiko menderita anemia adalah remaja putri.

24 55,8 19 44,2 5 Kadar Hb normal pada remaja putri adalah

>12 g/dl.

- - 43 100,0

6 Dampak anemia terhadap remaja putri adalah konsentrasi belajar menurun.

11 25,6 32 74,4 7 Kebiasaan yang dapat menghambat

penyerapan zat besi oleh tubuh adalah kebiasaan minum teh/kopi bersamaan sewaktu makan.

- - 43 100,0

8 Faktor yang menyebabkan wanita kehilangan zat besi yang berlebihan dalam tubuh adalah menstruasi.

6 14,0 37 86,0

9 Dampak jika menderita anemia pada masa kehamilan (persalinan) adalah adanya risiko keguguran dan pendarahan pada saat melahirkan.

22 51,2 21 48,8

10 Vitamin yang membantu penyerapan zat besi di dalam tubuh adalah vitamin C.

- - 43 100,0

11 Anemia pada remaja putri dapat dicegah dengan banyak mengkonsumsi makanan sumber zat besi, seperti daging sapi, hati ayam.

43 100,0 - -

12 Makanan sumber zat besi atau makanan penambah darah yang berasal dari hewani adalah hati ayam dan daging sapi.


(1)

Vitamin C

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 21 21.4 21.4 21.4

Salah 77 78.6 78.6 100.0

Total 98 100.0 100.0

Makanan sumber zat besi, seperti daging sapi, hati ayam Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 96 98.0 98.0 98.0

Salah 2 2.0 2.0 100.0

Total 98 100.0 100.0

Hati ayam dan daging sapi Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 42 42.9 42.9 42.9

Salah 56 57.1 57.1 100.0

Total 98 100.0 100.0

Tahu dan tempe

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 38 38.8 38.8 38.8

Salah 60 61.2 61.2 100.0

Total 98 100.0 100.0

Vitamin C

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 57 58.2 58.2 58.2

Salah 41 41.8 41.8 100.0

Total 98 100.0 100.0

Zat besi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 40 40.8 40.8 40.8

Salah 58 59.2 59.2 100.0


(2)

Sikap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 27 27.6 27.6 27.6

Cukup 48 49.0 49.0 76.5

Kurang 23 23.5 23.5 100.0

Total 98 100.0 100.0

Pernyataan Sikap

Sebaiknya remaja putri perlu mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak setuju 9 9.2 9.2 9.2

Ragu-ragu 2 2.0 2.0 11.2

Setuju 22 22.4 22.4 33.7

Sangat setuju 65 66.3 66.3 100.0

Total 98 100.0 100.0

Setiap orang seharusnya makan makanan bergizi menu seimbang Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ragu-ragu 4 4.1 4.1 4.1

Setuju 20 20.4 20.4 24.5

Sangat setuju 74 75.5 75.5 100.0

Total 98 100.0 100.0

Sebaiknya makan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Setuju 35 35.7 35.7 35.7

Sangat setuju 63 64.3 64.3 100.0

Total 98 100.0 100.0

Jika kita sudah menemukan gejala anemia maka diamkan saja Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat setuju 20 20.4 20.4 20.4

Setuju 40 40.8 40.8 61.2


(3)

Sebaiknya kita mengkonsumsi obat tablet tambah darah untuk mencegah terjadinya anemia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat tidak setuju 7 7.1 7.1 7.1

Ragu-ragu 17 17.3 17.3 24.5

Setuju 50 51.0 51.0 75.5

Sangat setuju 24 24.5 24.5 100.0

Total 98 100.0 100.0

Anemia bukan masalah kesehatan yang berbahaya Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat setuju 31 31.6 31.6 31.6

Setuju 24 24.5 24.5 56.1

Ragu-ragu 18 18.4 18.4 74.5

Tidak setuju 14 14.3 14.3 88.8

Sangat tidak setuju 11 11.2 11.2 100.0

Total 98 100.0 100.0

Merasa khawatir jika terkena anemia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat tidak setuju 4 4.1 4.1 4.1

Ragu-ragu 13 13.3 13.3 17.3

Setuju 55 56.1 56.1 73.5

Sangat setuju 26 26.5 26.5 100.0

Total 98 100.0 100.0

Setiap pagi kita dianjurkan sarapan untuk menghindarkan terjadinya anemia Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ragu-ragu 21 21.4 21.4 21.4

Setuju 35 35.7 35.7 57.1

Sangat setuju 42 42.9 42.9 100.0


(4)

Tidak perlu makan makanan sayuran hijau Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat setuju 22 22.4 22.4 22.4

Setuju 43 43.9 43.9 66.3

Ragu-ragu 4 4.1 4.1 70.4

Tidak setuju 11 11.2 11.2 81.6

Sangat tidak setuju 18 18.4 18.4 100.0

Total 98 100.0 100.0

Anemia tidak mengganggu aktifitas remaja putri Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat setuju 44 44.9 44.9 44.9

Setuju 16 16.3 16.3 61.2

Ragu-ragu 8 8.2 8.2 69.4

Tidak setuju 14 14.3 14.3 83.7

Sangat tidak setuju 16 16.3 16.3 100.0


(5)

Crosstabs

Pengetahuan * Pola Makan untuk Pencegahan Anemia

Pengetahuan * Pola Makan untuk Pencegahan Anemia Crosstabulation Pola Makan untuk Pencegahan

Anemia

Total Baik Kurang

Pengetahuan Baik Count 16 7 23

% within Pengetahuan 69.6% 30.4% 100.0% % within Pola Makan untuk

Pencegahan Anemia

43.2% 11.5% 23.5%

% of Total 16.3% 7.1% 23.5%

Cukup Count 13 11 24

% within Pengetahuan 54.2% 45.8% 100.0% % within Pola Makan untuk

Pencegahan Anemia

35.1% 18.0% 24.5%

% of Total 13.3% 11.2% 24.5%

Kurang Count 8 43 51

% within Pengetahuan 15.7% 84.3% 100.0% % within Pola Makan untuk

Pencegahan Anemia

21.6% 70.5% 52.0%

% of Total 8.2% 43.9% 52.0%

Total Count 37 61 98

% within Pengetahuan 37.8% 62.2% 100.0% % within Pola Makan untuk

Pencegahan Anemia

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 37.8% 62.2% 100.0%

Chi-Square Tests Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(1-sided) Point Probability Pearson Chi-Square 23.223a 2 .000 .000

Likelihood Ratio 24.236 2 .000 .000

Fisher's Exact Test 23.675 .000

Linear-by-Linear Association 22.010b 1 .000 .000 .000 .000

N of Valid Cases 98

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,68. b. The standardized statistic is 4,691.


(6)

Sikap * Pola Makan untuk Pencegahan Anemia

Crosstab

Pola Makan untuk Pencegahan Anemia

Total Baik Kurang

Sikap Baik Count 18 9 27

% within Sikap 66.7% 33.3% 100.0%

% within Pola Makan untuk Pencegahan Anemia

48.6% 14.8% 27.6%

% of Total 18.4% 9.2% 27.6%

Cukup Count 15 33 48

% within Sikap 31.3% 68.8% 100.0%

% within Pola Makan untuk Pencegahan Anemia

40.5% 54.1% 49.0%

% of Total 15.3% 33.7% 49.0%

Kurang Count 4 19 23

% within Sikap 17.4% 82.6% 100.0%

% within Pola Makan untuk Pencegahan Anemia

10.8% 31.1% 23.5%

% of Total 4.1% 19.4% 23.5%

Total Count 37 61 98

% within Sikap 37.8% 62.2% 100.0%

% within Pola Makan untuk Pencegahan Anemia

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 37.8% 62.2% 100.0%

Chi-Square Tests Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability Pearson Chi-Square 14.526a 2 .001 .001

Likelihood Ratio 14.669 2 .001 .001

Fisher's Exact Test 14.103 .001

Linear-by-Linear Association 13.183b 1 .000 .000 .000 .000

N of Valid Cases 98

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,68. b. The standardized statistic is 3,631.


Dokumen yang terkait

Hubungan Pola Makan, Pola Haid dan Pengetahuan tentang Anemia dengan Kadar Hemoglobin pada Remaja Putri di Sma Cahaya Medan Tahun 2014

9 90 131

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Gejala Anemia Pada Remaja Putri Sma Swasta Islam Azizi Medan Tahun 2010

7 74 64

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Anemia Dan Kebiasaan Makan Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri Di Asrama Sma Mta Surakarta.

0 2 14

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Anemia Dan Kebiasaan Makan Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri Di Asrama Sma Mta Surakarta.

2 11 14

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN (RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE ABOUT ANEMIA ON YOUNG WOMEN WITH DIETARY)

0 0 6

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN UNTUK PENCEGAHAN ANEMIA DI SMA SWASTA BINA BERSAUDARA MEDAN TAHUN 2014

0 2 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Remaja Putri tentang Anemia - Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Anemia dengan Pola Makan untuk Pencegahan Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014

0 2 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Anemia dengan Pola Makan untuk Pencegahan Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014

2 39 8

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN UNTUK PENCEGAHAN ANEMIA DI SMA SWASTA BINA BERSAUDARA MEDAN TAHUN 2014

1 5 15

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN ANEMIA TERHADAP SIKAP DALAM PENCEGAHAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA

0 3 12