Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Gejala Anemia Pada Remaja Putri Sma Swasta Islam Azizi Medan Tahun 2010

(1)

Hubun

pada

ngan Ting

a Remaja

FAK

UNIVE

gkat Peng

Putri SM

Ta

S Ain 0

KULTAS

ERSITAS

getahuan

MA Swast

ahun 2010

SKRIPSI Oleh nun Hapiza 091121041

S KEPER

S SUMAT

2011

dengan G

ta Islam A

0

a

RAWATA

TERA UT

Gejala An

Azizi Med

N

ARA

emia

dan


(2)

(3)

Kata Pengantar

Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan kemudahan dalam pembuatan skripsi ini, juga kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan kealam yang terang benderang.

Dalam pembuatan skripsi ini, saya juga telah dibantu oleh banyak pihak untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dr. Dedi Ardinata, MKes selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan serta Ibu Erniyati, SKp, MNS selaku pembantu dekan I.

2. Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing yang telah banyak membimbing dan meluangkan waktunya untuk berdiskusi dan mengajarkan cara penulisan skripsi yang baik dan benar, serta memotivasi saya untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ibu evi Karota Bukit S.Kp MNS selaku pembimbing II yang juga banyak sekali membantu saya, Bapak Ikhasanuddin Hrp, S.Kp, MNS selaku penguji yang telah memberikan masukan dan kritikan kepada saya.

3. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan, terutama dosen yang telah sudi menyumbangkan ilmunya untuk saya sampai saya menyelesaikan skripsi ini.

4. Pegawai Ilmu Keperawatan, deking, b’juar, dan semua pegawai yang lainnya yang telah memfasilitasi saya untuk penyelesaian skripsi ini.


(4)

5. Ayah saya H. Apel Tanjung dan mamak saya Hj. Halimah sipa yang telah memberikan cinta dan kasih sayangnya dengan tulus dan selalu memotivasi serta mendo’akan saya. Kakak-kakak saya Ainun Wasilah dan Kumala Dewi. Serta adik saya Lukman Nul Hakim dan Suci Ramadhani yang saya sayangi.

6. Ibunda saya Dra. Hindun Zainab yang selalu mensupport dan membantu saya dalam segala hal.

7. Dan teristimewa buat keluarga besar saya yang banyak memberikan dukungan doa, moril dan materil selama saya menjalani pendidikan

8. Teman seperjuangan saya baik di kantin sawit, teman-teman D3 saya dulu dan teman-teman nine’b seluruhnya, terima kasih buat kebersamaannya, dukungan doa dan semangatnya.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2010


(5)

Daftar Isi

Halaman Pengesahan ... i

Kata Pengantar. ... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar tabel ... iv

Daftar Skema ... v

Abstrak ... vi

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 3

1.4Manfaat Penelitian ... 4

Bab 2. Tinjauan Puataka ... 5

1. Konsep Pengetahuan ... 5 

1.1Pengertian. ... 5

1.2Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif ... 6

1.3Bentuk pengetahuan ... 7

1.4Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 9

1.5Cara memperoleh pengetahuan ... 10

2. Konsep Anemia ... 11

2.1Pengertian ... 11

2.2Tanda-tanda anemia ... 12

2.3Dampak anemia ... 12

2.4Patofisiologi anemia ... 13

2.5Faktor-faktor terjadinya anemia ... 13

2.6Upaya pencegahan ... 15

3. Konsep Hemoglobin ... 16

3.1 Pengertian ... 16

3.2 Fungsi hemoglobin ... 16

4. Konsep Remaja ... 17

4.1 Pengertian ... 17

4.2 Perubahan psikologi remaja ... 18

4.3 Tingkat perkembangan remaja ... 19

4.4 Tugas perkembangan remaja... 20

4.5 Perubahan lingkungan pada remaja ... 21

4.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja ... 21

4.6 Gizi pada remaja ... 22


(6)

Bab 3. Kerangka Penelitian ... 26

1. Kerangka Penelitian ... 26 

2. Defenisi Operasional ... 27

3. Hepotesa ... 27

Bab 4. Metodologi Penelitian…….………...28

1. Desain Penelitian ... 28

2. Populasi, Sampel ... 28

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4. Pertimbangan Etik ... 29

5. Instrumen Penelitian ... 29

6. Pengukuran Validitas ... 30

7. Uji Realibitas ... 31

8. Pengumpulan Data ... 31

9. Analisa Data ... 32

Bab 5. Hasil dan Pembahasan ... 34

1. Hasil Penelitian ... 34

1.1Karakteristik Responden ... 34

1.2Pengetahuan remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan Tentang Anemia ... 38 

1.3Gejala anemia pada remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan ... 38 

1.4Hubungan pengetahuan dengan gejala anemia ... 39 

2. Pembahasan ... 40

2.1Karakteristik Responden ... 40

2.2Tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia ... 41

2.3Gejala anemia pada remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan ... 42

2.4Hubungan pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan ... 42

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 43

1 Kesimpulan ... 43

2 Saran ... 44

Daftar Pustaka ... 45 Lampiran-Lampiran

1. Inform Consent 2. Surat Survey Awal

3. Surat Izin Pelaksanaan Pengambilan Data 4. Instrumen Penelitian


(7)

Daftar Tabel

Tabel 1. Batas normal nilai hemoglobin ... 17 Tabel 2. Sumber zat besi ... 23 Tabel 3. Panduan interprestasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan

korelasi, nilai p, dan arah korelasi ... 35 Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden ... 37 Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Remaja Putri

SMA Swasta Islam Azizi Medan ... 38 Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Gejala Anemia pada Remaja

Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan ... 38 Tabel 7. Hasil analisa korelasi pengetahuan dengan gejala anemia remaja

putri SMA Swasta Islam Azizi Medan ... 39 Tabel 8. Hasil analisa korelasi spearman rho pengetahuan dengan gejala


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka penelitian antara hubungan tingkat pengetahuan


(9)

Judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Gejala Anemia pada Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan. 2010 Nama : Ainun Hapiza

Nim : 091121041 Jurusan : Ilmu Keperawatan Tahun : 2011

Abstrak

Pengetahuan yang ada pada remaja putri sangat berperan penting dalam mengurangi terjadinya anemia. Penelitian ini adalah penelitian deskripsi

korelasi yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja

putri tentang anemia, mengkaji tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia dan mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan gejala anemia pada remaja di SMA Swasta Islam Azizi Medan.Sampel yang diteliti sebanyak 85 orang siswi, pengambilan sampel menggunakan total sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 5 september 2010 dengan menggunakan instrumen yang terdiri dari kuesioner data demografi, kuesioner tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia, dan kuesioner gejala anemia pada remaja putri. Hasil penelitian ini dianalisa menggunakan program SPSS versi 17.0. untuk mengetahui korelasi antara variable, digunakan formula korelasi Spearman rho Berdasarkan analisa dan data statistik yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan remaja putri baik (88,2%), dan mayoritas gejala anemia pada remaja putri tinggi (70,6%). Berdasarkan analisa statistik terhadap hubungan tingkat pengetahuan dan gejala anemia pada remaja putri diperoleh nilai yang signifikansi r sebesar 0,435 yang menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja putri. atau penelitian ini ditolak. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini disarankan untuk meneliti hubungan tingkat pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja putri dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan dilokasi tempat yang berbeda serta melakukan pemeriksaan hemoglobin (Hb).


(10)

Judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Gejala Anemia pada Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan. 2010 Nama : Ainun Hapiza

Nim : 091121041 Jurusan : Ilmu Keperawatan Tahun : 2011

Abstrak

Pengetahuan yang ada pada remaja putri sangat berperan penting dalam mengurangi terjadinya anemia. Penelitian ini adalah penelitian deskripsi

korelasi yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja

putri tentang anemia, mengkaji tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia dan mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan gejala anemia pada remaja di SMA Swasta Islam Azizi Medan.Sampel yang diteliti sebanyak 85 orang siswi, pengambilan sampel menggunakan total sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 5 september 2010 dengan menggunakan instrumen yang terdiri dari kuesioner data demografi, kuesioner tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia, dan kuesioner gejala anemia pada remaja putri. Hasil penelitian ini dianalisa menggunakan program SPSS versi 17.0. untuk mengetahui korelasi antara variable, digunakan formula korelasi Spearman rho Berdasarkan analisa dan data statistik yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan remaja putri baik (88,2%), dan mayoritas gejala anemia pada remaja putri tinggi (70,6%). Berdasarkan analisa statistik terhadap hubungan tingkat pengetahuan dan gejala anemia pada remaja putri diperoleh nilai yang signifikansi r sebesar 0,435 yang menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja putri. atau penelitian ini ditolak. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini disarankan untuk meneliti hubungan tingkat pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja putri dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan dilokasi tempat yang berbeda serta melakukan pemeriksaan hemoglobin (Hb).


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Jumlah remaja di negara berkembang tumbuh sangat pesat. Kelompok ini pada lima tahun terakhir merupakan salah satu perhatian utama karena pola hidup mereka yang berbeda dengan kelompok umur lainnya dari generasi sebelumnya. Sifat energik pada usia remaja menyebabkan aktifitas fisik tubuh meningkat. Selain itu keterlambatan tumbuh kembang tubuh pada usia sebelumnya akan dikejar pada usia ini (Sulaiman, 2009). Pemenuhan kecukupan gizi sangat penting agar tumbuh kembang berlangsung sempurna (Moehji, 2003).

Penduduk dunia menderita anemia bekisar 30% dan lebih dari setengahnya merupakan anemia gizi besi. Sebanyak 14% wanita yang sedang pertumbuhan juga mengalami anemia tersebut (Djarianto, 2008). Di Indonesia, anemia gizi masih merupakan masalah utama dan terus diperbaiki secara berkelanjutan. Data terakhir menunjukkan prevalensi anemia gizi besi masih tinggi sekitar 30% sampai 60% (Depkes RI, 2000).

Data dari beberapa penelitian sepeti Dian G. (2007) juga menunjukan bahwa lebih dari separuh remaja putri di Indonesia menderita Anemia. Untuk itu diwajibkan kepada para wanita harus lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi. Dari data bahan kesehatan Word Health Organitation (WHO) bahwa remaja sebagai generasi penerus merupakan kelompok yang sangat perlu


(12)

mendapat perhatian. Terutama pada remaja putri yang lebih rawan untuk kekurangan gizi dibandingkan remaja putra. remaja putri secara normal akan mengalami kehilangan darah melalui menstruasi setiap bulan. Bersamaan dengan terjadinya menstruasi sejumlah zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin berkurang. Oleh karena itu kebutuhan zat besi untuk remaja putri lebih banyak dibandingkan remaja putra. Dilain pihak remaja putri cenderung untuk membatasi asupan makanan karena mereka ingin tampak langsing. Hal ini juga merupakan salah satu penyebab prevalensi anemia cukup tinggi pada remaja putri. Keadaan seperti ini sebaiknya tidak terjadi, karena masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang membutuhkan zat-zat gizi yang lebih tinggi (Depkes RI, 2000)

Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah lebih rendah dari normal. Nilai normal Hb (Hemoglobin) pada wanita rata-rata 12-14g/dl. Fungsi sel darah merah itu penting mengingat tugasnya antara lain sebagai sarana transportasi zat gizi, dan terutama juga oksigen yang diperlukan pada proses fisiologi dan biokimia dalam setiap jaringan tubuh. Anemia juga bisa terjadi akibat keadaan-keadaan seperti kehilangan darah karena luka berat, tindakan pembedahan, kecelakaan, menstruasi, melahirkan, dan terlalu sering menjadi donor darah (Sudoyo, 2006).

Berdasarkan penjelasan diatas, baik dari segi penyebab terjadinya anemia serta pengetahuan remaja yang kurang terutama pada remaja putri


(13)

tentang anemia, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang terjadinya anemia pada remaja putri dengan judul Hubungan Pengetahuan dengan Gejala Anemia pada Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan Tahun 2010.

2. Perumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan gejala anemia pada remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan tahun 2010.

3. Pertanyaan Penelitian

3.1 Bagaimana tingkat pengetahuan terhadap anemia pada remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan tentang anemia.

3.2 Apakah ada gejala anemia pada remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan.

3.3 Bagaimana hubungan antara pengetahuan tentang anemia dengan gejala anemia pada remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan 2010.

4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

4.1Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia di SMA Swasta Islam Azizi Medan.

4.2Mengidentifikasi gejala anemia pada remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan.


(14)

4.3Mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja di SMA Swasta Islam Azizi Medan.

5. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

5.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan serta sumber informasi pendidikan keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang anemia yang terutama terjadi pada remaja putri.

5.2 Praktek Keperawatan

Sebagai bahan masukan dan tambahan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi yang bekerja dalam praktek keperawatan agar memberikan ataupun menunjukan perilaku yang positif dalam usaha pencegahan terjadinya anemia, serta perhatian khusus terhadap remaja putri yang terkena anemia.

5.3 Penelitian Keperawatan

Untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian serta dapat menjadi bekal dalam melaksanakan penelitian dimasa yang akan datang dan dapat sebagai sumber data untuk melakukan penelitian lebih lanjut dibidang keperawatan khususnya dalam pendidikan tentang anemia serta pengetahuan tentang gejala anemia


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Pengetahuan

1.1. Pengertian

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu Knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa defenisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (Knowledge

Is Justified True Belief). Sedangkan secara terminology ada beberapa

pengertian tentang pengetahuan. Gazalba (1992), mengatakan pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu (Bakhtiar, 2004).

Pengetahuan berarti mengingat materi-materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ini merupakan tingkatan yang paling sederhana dan mendasar dari domain kognitif yang menunjukan kemampuan untuk mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima (Kozier & Erb, 1987 dalam Potter & Perry, 1992).

Menurut Notoadmojdo (2003), Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,


(16)

yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

1.2. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif

Menurut Notoadmodjo (2003), Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1.2.1 Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu ”tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

1.2.2 Memahami (Comprehension)

Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dan menginterprestasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan.

1.2.3 Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,


(17)

rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam hitungan perhitungan- perhitungan hasil pnelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (Problem Solving Cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

1.2.4 Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan objek kedalam bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih didalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain.

1.2.5 Sintesis (Synthesis)

Sintesis yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan, dan menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada.

1.2.6 Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan terhadap suatu kriteria yang dibuat sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada sebelumnya.

1.3. Bentuk Pengetahuan

Terdapat berbagai cara yang berbeda untuk mengklasifikasikan pengetahuan. Rentang tersebut berasal dari pendekatan yang sangat


(18)

genetik berdasarkan sifat dasar dari pengetahuan sebagai fenomena (seperti yang di ungkapkan oleh ahli filsafat) sampai ke yang lebih spesifik, seperti cara pendidik mengklasifikasikan area pengetahuan di dalam kurikulum di bawah suatu objek atau disiplin ilmu (misalnya, Biologi, Sosiologi, Psikologi, dan lain-lain). Mempertimbangkan bentuk pengetahuan dalam istilah jenis pengetahuan, sumber pengetahuan dan cara mengetahui yang umum terdapat di dunia keperawatan. Epistemologi dan jenis pengetahuan yaitu cabang dari filosofi yang membahas tentang defenisi klasifikasi pengetahuan. Secara umum, ahli filsafat mengklasifikasikan pengetahuan sebagai berikut:

1.3.1 Pengetahuan Tentang

Pengetahuan yang mendefenisikan semua hal yang kita ketahui. secara sederhana, kita mengetahui keberadaannya dan kita mengetahui sesuatu tentang hal tersebut.

1.3.2 Pengetahuan Bagaimana

Pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, ini yang kita maksud ketika kita mengatakan bahwa seseorang memiliki cara mengetahui sesuatu.

1.3.3 Pengetahuan Empiris

Pengetahuan ini diambil dari persepsi, misal, observasi yang kita buat tentang fenomena di lingkungan kita. Dari hal-hal yang kita observasi, kita mendapatkan pengetahuan dengan proses induksi. Disini


(19)

kita tidak mengubah kondisi yang ada, kita secara aktual mengobservasi dan mengetahui bahwa hal-hal tersebut ada (Basford, 2006).

1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga berhubungan dengan faktor internal dan eksternal. Menurut (Roger 1974, dikutip dari Notoadmodjo, 2003), faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan seperti: pendidikan, sumber informasi dan pengalaman, yang bersifat given atau bawaan. Faktor eksternal yakni lingkungan, ekonomi, kebudayaan, informasi. Faktor lingkungan ini sering merupakan yang domain yang mewarnai perilaku seseorang.

Adapun faktor- faktor internal yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan dalam diri seseorang, adalah:

1.4.1 Pendidikan

Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari pengalaman, media, dan lingkungan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin luas pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003).

1.4.2. Sumber Informasi

Sumber informasi mempengaruhi pengetahuan, baik dari orang maupun media (Notoatmodjo, 2003). Sarwono (1997) menekankan bahwa sumber informasi dari seseorang individu itu mempengaruhi pengetahuan, yang dipengaruhi oleh keluarga, orang tua, dan masyarakat, baik teman bergaul maupun tenaga kesehatan.


(20)

1.4.3. Pengalaman

Pengetahuan dapat terbentuk dari pengalaman dan ingatan yang didapat sebelumnya (Sudarmita, 2002). Pengetahuan juga dapat ditemukan pada kejadian yang pernah dialami seseorang dan menjadi pedoman baginya.

1.5 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut (Notoadmodjo, 2003), cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dapat dikelompokan menjadi dua, yakni:

1.5.1 Cara Tradisional atau Non Ilmiah

Cara kuno atau tradisional ini dipakai banyak orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan, secara sistematik dan logis.

1.5.2 Cara Modern

Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah serta lebih lengkap. Cara ini disebut dengan metode, penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian.

2. Konsep Anemia 2.1 Pengertian Anemia

Anemia oleh orang awam dikenal sebagai kurang darah, dimana kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Anemia juga


(21)

tidak sama dengan tekanan darah rendah (TDR), dimana tekanan darah rendah merupakan kurangnya kemampuan otot jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh sehingga menyebabkan kurangnya aliran darah sampai ke otak dan bagian tubuh lainnya. Sedangkan anemia adalah penurunan jumlah masa eritrosit sel darah merah atau hemoglobin (Hb) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup kejaringan perifer. Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri, tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (Sudoyo, 2006).

Menurut Indah Indriawati (2001), Anemia merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia yang harus ditanggulangi secara serius, terutama anemia defesiensi besi. Penyebab anemia defesiensi besi ialah karena jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selain itu berbagai faktor juga dapat mempengaruhi terjadinya anemia defesiensi besi, antara lain kebiasaan makan, pola haid, pengetahuan tentang anemia status gizi. Akibat dari anemia defesiensi besi atau zat besi adalah produktivitas darah rendah, perkembangan mental dan kecerdasan terhambat, menurunnya kekebalan terhadap infeksi, morbiditas, dan lain-lain.

2.2 Tanda-tanda Anemia

Adapun tanda-tanda anemia sebagai berikut: 2.2.1. Lesu, lemah, letih, lelah dan lalai (5L)


(22)

2.2.3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat

2.3 Dampak terjadinya Anemia: 2.3.1. Pada anak-anak

a. Menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar

b. Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak

c. Meningkatkan resiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh menurun.

2.3.2. Pada wanita

a. Menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit b. Menurunkan produktivitas kerja

c. Menurunkan kebugaran. 2.3.3. Pada remaja putri

a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar

b. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal

c. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati. d. Mengakibatkan wajah tampak pucat.

2.3.4. Ibu hamil

a. Menimbulkan pendarahan sebelum atau sesudah persalinan


(23)

b. Meningkatkan resiko melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah atau BBLR (<2,5 Kg).

2.4. Patofisiologi Anemia

Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi (Feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan zat besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme dan akan diikuti dengan menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Hb (Sari, 2004).

2.5.Faktor-faktor terjadinya Anemia Pada Remaja Putri

Pendarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan anemia (Depkes RI, 2000), misalnya pada peristiwa:

a. Pendarahan

Pendarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan anemia, Setelah mengalami pendarahan yang cepat, maka tubuh akan mengganti cairan plasma dalam waktu 1 sampai 3 hari, namun hal ini akan menyebabkan konsentrasi sel darah merah menjadi rendah. Bila tidak terjadi pendarahan yang kedua, maka konsentrasi sel darah merah biasanya kembali normal dalam waktu 3 sampai 6 minggu (Depkes RI, 2000).


(24)

Pada kehilangan darah yang kronis, penderita sering kali tidak dapat mengabsorbsi cukup besi dari usus halus untuk membentuk hemoglobin secepat darah yang hilang. Kemudian terbentuk sel darah merah yang mengandung sedikit sekali hemoglobin, sehingga menimbulkan keadaan anemia (Arlinda, 2004).

b. Menstruasi

Menstruasi adalah runtuhnya jaringan epitel endometrium akibat pengaruh perubahan siklik keseimbangan hormonal reproduksi wanita.

Ciri-ciri menstruasi normal:

1. Lama siklus antara 21-35 hari (28+7 hari) 2. Lama perdarahan 2-7 hari

3. Perdarahan 20-80 cc per siklus (50+30 cc) 4. Tidak disertai rasa nyeri

5. Darah warna merah segar dan tidak bergumpal c. Diet

Dalam masa remaja, khususnya remaja putri sering memerhatikan akan bentuk tubuhnya, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanannya (diet). Bahkan banyak yang berdiet tanpa nasehat atau pengawasan seorang ahli kesehatan dan gizi, sehingga pola konsumsinya sangat menyalahi kaidah-kaidah ilmu gizi. Banyak pantang yang ditentukan sendiri berdasarkan pendengaran dari kawannya yang tidak kompeten dalam soal gizi dan kesehatan, sehingga terjadi berbagai gejala dan keluhan yang sebenarnya merupakan gejala kelainan gizi (Depkes


(25)

RI, 2000). Banyak remaja putri yang sering melewatkan dua kali waktu makan. Selain itu remaja putri masa kini juga semakin menggemari junk

food yang sangat sedikit (bahkan ada yang tidak ada sama sekali)

kandungan kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan vitamin.

2.6. Upaya Pencegahan

Akibat tingginya angka kejadian anemia di masyarakat khususnya remaja putri disekolah maka diperlukan suatu tindakan pencegahan yang terpadu seperti Pendidikan kesehatan yaitu penyuluhan gizi untuk mendorong konsumsi makanan yang membantu absorbsi zat besi (Arlinda, 2004).

Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengkonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu kita perhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi (Farida.dkk, 2004) Pengobatan yang baik diberikan apabila penyebab yang mendasarinya yaitu masukan dalam darah rendah maka suplementasi terus menerus dengan zat besi. Seperti sayur mayur, daging, dll (Indriwati, 2001).


(26)

3. Konsep Hemoglobin 3.1 Pengertian

Hemoglobin (Hb) adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkut zat asam dari paru-paru ke seluruh tubuh, selain itu yang memberikan warna merah sel darah merah. Hemoglobin terdiri dari 4 molekul zat besi (heme), 2 molekul rantai globin alpha dan 2 molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan beta adalah protein yang produksinya disandi oleh gen globin alpha dan beta kadar hemoglobin pada wanita dewasa adalah 12 g/dl dan untuk laki-laki dewasa 14 g/dl (Wikipedia, 2006).

3.2 Fungsi Hemoglobin

Dalam sel darah merah hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen (O2). Dengan banyaknya oksigen yang dapat diikat dan dibawa oleh darah maka terdapatnya Hb dalam sel darah merah, pasokan oksigen keberbagai tempat di seluruh tubuh, bahkan yang paling terpencil dan terisolasi sekalipun akan tercapai (Sadikin, 2002).

Tabel 1. Batas normal terendah nilai hemoglobin

Usia Kadar Hb (g/dl)

Anak usia 6 bulan-5 tahun 11,0

Anak usia 6-18 tahun 12,0

Wanita dewasa 12,0-14,0


(27)

4. Konsep Remaja 4.1 Pengertian

Remaja berasal dari kata latin Adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik Hurlock (1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak dan tidak juga termasuk golongan dewasa. Seperti yang dikemukakan oleh Monks, dkk (1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak (Arya, 2009).

Menurut (Rudolph.dkk, 2002) Masa remaja adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan maupun cara berfikir ataupun bertindak, tetapi bukan pula orang - orang dewasa yang telah matang. Masa remaja berlangsung antara umur 12 sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 sampai dengan 22 tahun bagi pria.

4.2 Perubahan Psikologi Remaja

Menurut Soetjingsih (2004). Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja


(28)

4.2.1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm dan stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.

4.2.2 Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti system sirkulasi, pencernaan dan system respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri dan remaja.


(29)

4.2.3 Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya di bawah dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja dapat diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.

4.2.4 Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.

4.3 Tingkat Perkembangan Remaja

Menurut Sujanto (1996), Tingkat-tingkat perkembangan dalam masa remaja dapat dibagi berbagai cara. salah satu pembagian yang dilakukan oleh Stolz adalah sebagai berikut:

4.3.1 Masa prapuber adalah masa pada satu atau dua tahun sebelum masa remaja yang sesungguhnya. Anak menjadi gemuk, pertumbuhan tinggi badan terhambat sementara.


(30)

4.3.2 Masa puber atau masa remaja merupakan terjadinya perubahan – perubahan sangat nyata dan cepat, dimana anak wanita lebih cepat memasuki masa ini dari pada pria. Masa ini berkisar antara 2,5 – 3,5 tahun.

4.3.3 Masa postpuber pertumbuhan adalah masa yang cepat sudah berlalu, tetapi masa nampak perubahan-perubahan tetap berlangsung pada beberapa bagian badan.

4.3.4 Masa akhir puber yaitu melanjutkan perkembangan sampai mendapat tanda-tanda kedewasaan.

Keluarga berperan penting pada perkembangan yang optimal selama masa remaja dengan mempermudah peningkatan kebebasan dan tanggung jawab secara bertahap. Remaja perlu mengalami individuasi serta keterlibatan dengan keluarga dan masyarakat untuk mengembangkan identitas positif dan kemampuan rasional.

4.4 Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan remaja menurut Sujanto, (1996) yaitu:

4.4.1 Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan yang sebaya, baik laki-laki dan perempuan

4.4.2 Memperoleh peranan sosial

4.4.3 Menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif


(31)

4.4.4 Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya

4.4.5 Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri

4.4.6 Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan 4.4.7 Mempersiapkan diri dalam pembentukkan keluarga 4.4.8 Membentuk system nilai, moralitas dan falsafah hidup

4.5 Perubahan Lingkungan Pada Remaja

Lingkungan sosial yang mendukung anak mengalami perubahan yang signifikan selama masa remaja, dengan keluarga memberikan pengawasan yang kurang dan pilihan kebebasan yang lebih, meningkatkan kesempatan untuk dimulainya kebiasaan merusak kesehatan. Sekolah-sekolah lanjutan tingkat pertama tidak terstruktur dan impersonal, dengan demikian memberikan pengawasan dan dukungan yang kurang dari pada yang diberikan disekolah dasar. Lingkungan kerja para remaja yang lebih tua memberikan pengawasan yang kurang dari pada sekolah dan bimbingan yang sedikit mengenai pilihan karir. Keadaan sosioekonomi yang memburuk dikeluarga mengakibatkan lebih banyak remaja mengalami kemiskinan dari pada dekade sebelumnya. (Rudolph.dkk, 2002).

4.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masa Remaja

Sepanjang kehidupan manusia ada dua faktor tetap yang mempengaruhi perkembangan psikologis remaja. Yaitu faktor luar


(32)

(eksternal) dan faktor dalam (internal). Tetapi oleh karena isi faktor luar selalu berubah keadaannya dan perkembangannya, maka akan diadakan peninjauan tersendiri tentang sampai mana pengaruh itu diterima oleh keadaan perkembangan jiwa remaja, sesuai dengan struktur ketajaman dan kebutuhanya. Ada dua golongan besar yang termasuk faktor luar yang mempengaruhi manusia, yaitu golongan organis dimana terdapat manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Dan golongan anorganis, termasuk didalamnya keadaan alam dan benda-benda. Keadaan alam adalah iklim, perkehidupan (petani, pelaut, pegunungan, perdagangan dan sebagainya) dan keadaan benda-benda yaitu benda-benda alam yang bukan hasil budaya. dan yang merupakan bukan hasil budaya misalnya keadaan perumahan bangunan-bangunan dan sebagainya. oleh karena itu sikap dan sifat anak dari kota berlainan dengan anak dari desa. Bukan perbedaan kualitas dan yang lainnya, melainkan hanya berbeda dalam bentuk atau gambarnya. Perbedaan itu disebabkan oleh faktor didalamnya. Faktor dalam yang manakah yang menerima pengaruh itu, dan sampai dimana ketajaman penerimaannya (Sujanto, 1996).

4.7 Gizi Pada Remaja Putri

Remaja merupakan salah satu kelompok yang rawan terhadap anemia, dapat mengenai semua kelompok status sosial ekonomi, terutama yang berstatus sosial ekonomi rendah. Penyebabnya sebagian besar oleh karena ketidak cukupan pemasukan zat besi yang berasal dari diet, dilusi zat-zat besi dari cadangan dalam tubuh dengan cepatnya pertumbuhan


(33)

dan kehilangan zat besi. Kriteria yang dipakai untuk menentukan defesiensi zat besi adalah dari hasil pemeriksaan feritin, saturasi transferin, protoporfirin eritrosit (Soetjiningsih, 2004).

Kebutuhan zat besi meningkat pada remaja oleh karena terjadi pertumbuhan yang meningkat dan ekspansi volume darah dan masa otot. Peran zat besi penting untuk mengangkut oksigen dalam tubuh dan peran lainnya dalam pembentukan sel darah merah. Target cadangan zat besi sekitar 300mg pada kedua jenis kelamin, kebutuhan zat besi rata-rata pada saat anak prepubertas adalah 10 mg/hari, dan selama kejar tumbuh saat pubertas diperlukan tambahan 5 mg/hari pada remaja putri yang mulai dengan kejar tumbuh saat pubertas dan menstruasi (Soetjiningsih, 2004).

Diet remaja hanya mengandung 6 mg/1000 kkal, sehingga pada gadis yang umumnya membutuhkan kalori yang lebih rendah akan kesulitan untuk mencukupi kebutuhan zat besinya. Kekurangan asupan menyebabkan anemia besi. Sebaliknya kelebihan asupan predisposisi genetik tertentu menyebabkan overlood zat besi (Soetjiningsih, 2004).

Penyerapan zat besi tergantung dari bioavailabilitas zat besi pada makanan. Zat besi heme (hewani/daging) memiliki bioavailabilitas lebih tinggi dibandingkan zat besi nonheme (sayur-sayuran).


(34)

Tabel 2. Sumber Zat Besi

No Makanan Zat Besi (mg)

1

2

Sumber heme:

Hati anak lembu (celves) Daging pinggang sapi (sirloin) Daging sapi (tanpa lemak) Ayam

Sumber nonheme:

Mentega kacang (1 tbsp) Kacang polong (1/2 cup) Sereal telah dimasak (1/2 cup) Sereal siap saji (3/4 cup) Roti gandum diperkaya (1 iris) Kacang yang terbaik (2 tbsp)

5,3 mg 2,9 mg 1,9 mg 1,5 mg 0,7 mg 1,3-3,0 mg 0,7-1,3 mg 0,7-1,3 mg 0,6-0,8 mg 1,0 mg Sumber ; (Soetjiningsih, 2004).

4.8 Remaja dengan Anemia

Dari penelitian-penelitian sebelumnya menunjukan bahwa lebih dari separuh remaja putri di Indonesia menderita anemia. Remaja putri secara normal akan mengalami kehilangan darah melalui menstruasi setiap bulan. Bersamaan dengan terjadinya menstruasi sejumlah zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin berkurang. Oleh karena itu kebutuhan zat besi untuk remaja putri lebih banyak dibandingkan pria (Sujanto, 1996).

Dilain pihak remaja putri cenderung untuk membatasi asupan makanan karena mereka ingin tampak langsing. Hal ini merupakan salah satu penyebab anemia cukup tinggi pada remaja putri. Kebutuhan zat besi remaja putri 3 kali lipat lebih banyak dibandingkan remaja putra. Remaja putri setiap bulan mengalami haid, jadi perlu zat besi untuk mengembalikan kondisi tubuhnya. Demikian pula pada saat hamil, butuh


(35)

zat besi untuk kebutuhan perkembangan janin. penanggulangan anemia pada remaja putri sudah harus diprioritaskan sehingga perlu adanya program khusus penanggulangan anemia pada remaja putri. Selain itu perlu adanya penyuluhan kepada remaja putri mengenai pengetahuan tentang anemia, sebab, akibat serta cara menanggulanginya (Sujanto, 1996).

Hal lain yang membuat wanita lebih beresiko terkena anemia adalah siklus haid atau menstruasi yang tidak normal. Siklus haid atau menstruasi yang normal itu berkisar antara 22-35 hari dihitung dari hari pertama haid hingga hari pertama haid pada bulan berikutnya. Lama menstruasi yang normal itu antara 3-7 hari. siklus menstruasi yang tidak normal dan menjadi pemicu terjadinya anemia seperti hipermenorhea (haid lebih lama dan lebih banyak dari jumlah normal) atau lebih dari delapan hari. Polimenorhea atau siklus haid lebih pendek (kurang dari 21 hari) dan metrorhagia yaitu perdarahan di luar waktu haid yang bisa disebabkan kelainan organik atau kelainan fungsional (Junita, 2009).


(36)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Penelitian

Kerangka pada penelitian ini menjelaskan tentang hubungan antara tingkat pengetahuan anemia dengan gejala anemia yang terjadi pada remaja putri disekolah. Pengetahuan anemia dibagi menjadi, pengertian anemia, penyebab anemia, jenis-jenis anemia, dampak anemia, dan pencegahan anemia. Anemia yang terjadi pada remaja putri dapat menyebabkan cepat lelah, lemas, pucat, gelisah dan terkadang pandangan berkunang-kunang. bahkan gairah belajar dan konsentrasi belajar juga dapat menurun, tinggi dan berat badan tidak sempurna serta mengganggu pertumbuhan. Pencegahan adanya anemia dapat dilakukan dengan empat pendekatan dasar yaitu dengan memperkaya makanan pokok dengan zat besi, pemberian suplement tablet, pendidikan kesehatan dan langkah-langkah yang berhubungan dengan peningkatan masukan zat besi melalui makanan serta pencegahan terhadap infeksi (Sulaiman, 2009).

Skema 1. Kerangka penelitian antara Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Gejala Anemia Pada Remaja Putri.

Pengetahuan

- Baik

- Kurang baik

Gejala Anemia

- Tinggi - Rendah


(37)

2. Defenisi Operasional

2.1 Pengetahuan Remaja Putri Mengenai Anemia

Pengetahuan remaja putri tentang anemia adalah segala sesuatu yang diketahui tentang anemia meliputi, pengertian anemia, tanda dan gejala anemia, komplikasi terjadinya anemia, pencegahan anemia, dan pengobatan yang berhubungan dengan kebutuhan remaja yang mengalami anemia di SMA Swasta Islam Azizi Medan.

2.2 Gejala Anemia Yang Terjadi Pada Remaja Putri disekolah

Gejala anemia merupakan suatu peristiwa, dimana terdapat tanda-tanda yang dapat menyebabkan terjadinya anemia.

Gejala anemia yang terjadi pada remaja putri merupakan kondisi keadaan yang dialami para siswi SMA Swasta Islam Azizi Medan dimana adanya tanda –tanda anemia, faktor-faktor yang mempengaruhi serta kurangnya informasi yang didapatkan oleh para siswi tersebut.

3. Hipotesa

Hipotesa yang diajukan pada penelitian ini adalah ada hubungan tingkat pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja, semakin tinggi pengetahuan remaja terhadap anemia akan semakin berkurang dampak gejala anemia yang dialami remaja.


(38)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan dengan gejala, dan menguji hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang anemia terhadap gejala anemia yang terjadi pada remaja putri di SMA Swasta Islam Azizi Medan.

2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi SMA Swasta Islam Azizi Medan pada tahun ajaran 2009/2010, Kelas 1 sampai dengan kelas 3 dengan jumlah populasi sebanyak 85 orang.

2.2 Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (2009), jika jumlah populasi kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua untuk dijadikan sampel penelitian (total

sampling). Jadi yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah

sebanyak 85 orang.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Swasta Islam Azizi Medan, adapun pertimbangan pemilihan sekolah SMA Swasta Islam Azizi Medan karena lokasi penelitian ini dekat dari rumah peneliti sehingga mudah dijangkau. Lokasi ini juga belum pernah dilakukan penelitian


(39)

tentang pengetahuan dan gejala anemia pada remaja putri. Waktu penelitian ini dilakukan pada akhir bulan Agustus tahun 2010.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan izin dari kepala sekolah SMA Swasta Islam Azizi Medan. Kemudian peneliti memilih calon responden yang memenuhi kriteria, meminta kesediaan calon responden penelitian, apabila calon responden bersedia, maka akan dijelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian, kemudian responden dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan (Informed Consent). Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak menolak. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data

(Kuesioner), tapi dengan memberi kode pada masing-masing lembar

tersebut. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2003).

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka. Instrumen penelitian terdiri dari tiga bagian yaitu kuesioner data demografi, Kuesioner tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia, dan kuesioner gejala anemia pada remaja putri.


(40)

5.1. Kuesioner Data Demografi

Kuesioner Data Demografi digunakan untuk mengkaji data demografi siswi yang meliputi usia, asal daerah, suku, bangsa, dan pernah atau tidak pernah mendapat informasi tentang anemia.

5.2. Kuesioner Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia

Kuesioner pengetahuan remaja putri tentang anemia berisi pertanyaan untuk mengidentifikasi pengetahuan remaja tentang anemia. Bagian ini terdiri dari 15 pertanyaan dimana 10 pertanyaan positif yang terdapat pada nomor 1, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 14 dengan bobot nilai 2 = ya, 1 = tidak, 5 pertanyaan negatif yang terdapat pada nomor 2, 7, 10, 13, 15 dengan bobot nilai 1 = ya, 2 = tidak, dengan skor total 15-30. Dimana skor nilai 15-22 dikatakan kurang dan skor 23-30 dikatakan baik.

5.3. Kuesioner Gejala Anemia Pada Remaja Putri

Kuesioner gejala anemia pada siswi berisi pertanyaan tentang tanda dan gejala anemia dimana terdapat 15 pertanyaan dengan bobot nilai 1=ya, 2= tidak, dengan skor total 15-30. Bila skor nilai 15-22 dikatakan tinggi dan skor 23-30 dikatakan rendah.

6. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang mewujudkan tingkat-tingkat kualitas suatu instrumen, suatu instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2006). Penelitian ini dilakukan uji validitas isi kepada seorang ahli dalam bidang keperawatan komunitas.


(41)

7. Uji Realibitas

Peneliti terlebih dahulu melakukan uji realibitas dengan menggunakan KR-20 pada kuesioner pengetahuan remaja tentang anemia dan kuesioner gejala anemia dalam proses SPSS versi 17.0, oleh karena pada instrumen yang baru akan reliable jika memiliki nilai reliabilitas lebih dari 0,6 (Arikunto, 2006). Tujuan dilakukan uji coba ini adalah untuk mengetahui tingkat reliabilitas setiap butir pernyataan kuesioner serta untuk mengetahui konsistensi instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya (Arikunto, 2000).

Uji realibitas ini dilakukan pada sampel lain yang sesuai dengan kriteria yaitu siswa putri SMA Swasta Annizam Medan. Dengan jumlah sampel 10 orang siswi putri. Hasil uji reliabilitas ini dengan menggunakan formula KR-20 untuk kuesioner pengetahuan remaja tentang anemia adalah 0,79. Dan hasil uji reliabilitas kuesioner gejala anemia adalah 0,78. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner tingkat pengetahuan remaja tentang anemia dan kuesioner gejala anemia pada remaja adalah reliable.

8. Pengumpulan Data

Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan ijin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara), kemudian permohonan ijin yang telah diperoleh dikirimkan ke tempat penelitian (SMA Swasta Islam Azizi Medan). Setelah mendapat ijin, peneliti melaksanakan pengumpulan data


(42)

penelitian. Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah yang dibuat sebelumnya. Setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan pada calon responden tersebut tentang tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner, kemudian calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan. Responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti dan diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang tidak dimengerti. Setelah semua responden mengisi kuesioner tersebut, maka seluruh data dikumpulkan untuk dianalisa.

9. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, kemudian peneliti akan memastikan bahwa semua jawaban telah diisi. Kemudian dilakukan analisa data melalui beberapa tahap yang dimulai dengan memeriksa kelengkapan data, kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan peneliti melakukan tabulasi dan analisa data. Data demografi akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, persentase, dan mean.

Untuk tingkat pengetahuan remaja tentang anemia disajikan dengan kategori baik dan kurang, dengan rumus statistik Sudjana (1992).

Rentang P = —————

Banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurang dengan nilai terendah) sebesar 15 dan banyak kelas dibagi atas


(43)

2 kelas untuk pengetahuan remaja putri (baik dan kurang), maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 7,5.

Dengan P = 7,5 dan nilai terendah 15 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka pengetahuan remaja putri dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut:

15- 22= Pengetahuan remaja putri akan anemia kurang 23 - 30 = Pengetahuan remaja putri akan anemia baik

Untuk perhitungan terjadinya gejala anemia pada remaja putri disajikan dengan kategori tinggi dan rendah, dengan rumus statistik Sudjana (1992).

Rentang P = —————

Banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) sebesar 15 dan banyak kelas dibagi atas 2 kelas untuk strategi gejala pada remaja (tinggi dan rendah) , maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 7,5.

Dengan P = 7,5 dan nilai terendah 15 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka strategi gejala pada remaja putri dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut:

15-22 = gejala anemia pada remaja putri tinggi 23-30 = gejala anemia pada remaja putri rendah

Hubungan tingkat pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja putri akan dianalisa secara statistik dengan menggunakan uji korelasi spearman rho yang ditampilkan dalam tabel hasil uji interprestasi yang


(44)

terdiri dari nilai r, nilai p, dan arah korelasi. Uji spearman digunakan karena variabel independent (tingkat pengetahuan) berskala kategorik (ordinal) dan variabel dependent (gejala) berskala kategorik (ordinal). Uji spearman dapat digunakan untuk uji korelasi variabel ordinal dengan ordinal dan sebagai alternatif untuk uji numerik-numerik jika uji pearson tidak memenuhi syarat (Dahlan, 2004).


(45)

Tabel 3. Panduan interprestasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi (Dahlan, 2004).

No Parameter Nilai Interprestasi

1 Kekuatan 0,00-0,199 0,20-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,00

Sangat lemah Lemah Sedang Kuat

Sangat kuat

2 Nilai p P<0,05

P>0,05

Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variable yang di uji. Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variable yang di uji. 3 Arah korelasi + (positif)

-(negative)

Searah. Semakin besar nilai satu variable, semakin besar pula nilai variable lainnya.

Berlawanan arah. Semakin besar nilai satu variable, semakin kecil nilai variable lainnya.


(46)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan data hasil penelitian serta pembahasan mengenai hubungan tingkat pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan.

1. Hasil Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data hasil penelitian ini akan diuraikan gambaran data demografi 85 responden yang terdiri dari usia, kelas, asal daerah, suku bangsa, dan pernah atau tidaknya mendapatkan informasi tentang anemia. tingkat pengetahuan remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan tentang anemia, dan gejala anemia pada remaja putri SMA Islam Azizi Medan.

1.1Karakteristik Responden

Hasil penelitian dalam tabel 4. menunjukan karakteristik demografi siswa putri SMA Swasta Islam Azizi Medan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas usia responden bekisar 14 – 19 tahun, Adapun kelas yang diambil dalam penelitian ini yaitu mulai dari kelas I sampai dengan kelas III IPA dan III IPS. Mayoritas suku bangsa responden yaitu suku melayu, suku jawa, suku batak, dan suku minang. Mayoritas responden pernah mendapatkan informasi tentang anemia. (lihat tabel 4).


(47)

Table 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden

No Data Demografi Frekuensi Persentase %

Usia

1. ‐ 14 -17 tahun

‐ 18- 20 tahun 45 40

58,2 42,2

2. Kelas

‐ I ‐ II ‐ III IPA ‐ III IPS

29 18 18 20 34,1 21,2 21,2 23,5

3. Asal Daerah

Medan Stabat Aceh 72 9 4 83,7 11,2 5,1 4. 5. Suku Bangsa ‐ Melayu ‐ Batak ‐ Jawa ‐ Minang Pernah mendapatkan informasi tentang anemia ‐ Pernah ‐ Tidak Pernah 5 38 29 13 68 17 5,9 44,7 34,1 15,3 80,0 20,0


(48)

1.2Pengetahuan Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan Tentang Anemia

Tabel 5. Menunjukan gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia. hasil penelitian diperoleh sebanyak 75 orang (88,2%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang anemia, hanya 10 orang (11,8%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang anemia.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan (N= 85)

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 75 88,2 Kurang Baik 10 11,2

1.3 Gejala Anemia Pada Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan

Tabel 6. Menunjukan gambaran gejala anemia yang terjadi pada remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan. Hasil penelitian diperoleh responden sebanyak 60 orang (70,6%) memiliki gejala anemia yang tinggi dan sebanyak 25 orang (29,4%) memiliki gejala anemia yang rendah.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Gejala Anemia pada Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan (N=85)

Gejala Anemia Frekuensi Persentase (%)

Tinggi 60 70,6 Rendah 25 29,4


(49)

1.4 Hubungan Pengetahuan dengan Gejala Anemia pada Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan

Tabel 7. Menunjukan bahwa dalam penelitian ini, didapatkan nilai koefisien korelasi spearman dengan nilai r = 0,435 dan pValue = 0,069

Tabel 7. Hasil analisa korelasi pengetahuan dengan gejala anemia remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan.

Variabel Gejala Tinggi Gejala Rendah

Pengetahuan Baik Sig

— 0,069

0,435

Pengetahuan Kurang Baik Sig

0,069 0,435

Tabel 8. Menunjukan bahwa masing-masing jumlah korelasi dari tingkat pengetahuan baik, tingkat pengetahuan kurang baik dengan gejala anemia tinggi dan gejala anemia rendah.

Tabel 8. Hasil analisa korelasi spearman rho pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan.

Variabel Pengetahuan Baik Pengetahuan Kurang Baik Gejala Tinggi Gejala Rendah Pengetahuan Baik

N 75

0,269 10 0,054 60 0,085 25 Pengetahuan Kurang Baik N 0,269

10 10

0,334 10 0,133 10 Gejala Tinggi N 0,54 60 0,334

10 60

0,368 25 Gejala Rendah N 0,085 25 0,133 10 0,368


(50)

2. Pembahasan

Dalam pembahasan ini, peneliti mencoba menjawab pertanyaan penelitian yaitu mengkaji pengetahuan anemia pada remaja putri, mengetahui gejala anemia pada remaja putri serta hubungan pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja putri SMA Swasta Islam Azizi.

2.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukan tingkat usia yang paling banyak adalah 18 tahun sebanyak 26 responden (30,6%). Hal ini berbeda dengan pendapat Notoadmodjo, (2003) bahwa peningkatan pengetahuan seseorang sesuai dengan pertambahan usia. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa usia remaja tidak mempengaruhi tingkat pemahaman terhadap tanda dan gejala anemia. Peneliti berasumsi bahwa pertambahan usia tidak mengindikasikan peningkatan pengetahuan seseorang dimana hal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.

Hasil penelitian menunjukan mayoritas siswa sebanyak 68 orang responden (80,0%) pernah mendapatkan atau mendengar informasi tentang anemia yang pada umumnya seperti apa itu penyakit anemia. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo, (2003) bahwa sumber informasi merupakan sarana yang dapat meningkatkan tingkat pengetahuan seseorang. Peneliti berasumsi bahwa banyaknya informasi yang didapat oleh remaja putri belum tentu diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.


(51)

2.2Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia

Menurut Suhartono, (2005) pengetahuan adalah proses mengetahui, dan menghasilkan sesuatu. Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Pengetahuan adalah ungkapan apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan (Salam, 1997). Pengetahuan remaja tentang anemia adalah segala sesuatu yang diketahui oleh remaja putri tentang anemia meliputi, pengertian anemia, tanda dan gejala anemia, komplikasi terjadinya anemia, pencegahan anemia, dan pengobatan yang berhubungan dengan kebutuhan remaja yang mengalami anemia di SMA Swasta Islam Azizi Medan.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden 75 orang (88,2%) mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi tentang anemia. ini menunjukan bahwa remaja putri cukup memahami anemia pada umumnya. Banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya, sumber informasi, pengalaman dan pendidikan (Notoadmodjo, 2003).

Hal ini sesuai dengan pendapat Armi, (2004) bahwa tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh sumber informasi yang diperoleh seseorang. Peneliti berasumsi bahwa tingkat pengetahuan remaja pada penelitian ini tinggi karena pada umumnya remaja putri tersebut pernah mendengar informasi secara umum tentang anemia dan sebagian besar


(52)

siswa mengatakan pernah mendapatkan pelajaran berkaitan tentang anemia misalnya dalam pelajaran ilmu biologi yang mereka dapatkan.

2.3Gejala Anemia Pada Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan

Gejala merupakan suatu peristiwa dimana terdapat tanda-tanda yang dapat menyebabkan terjadinya anemia, Gejala anemia yang terjadi pada remaja putri merupakan kondisi keadaan yang dialami para siswi SMA Swasta Islam Azizi Medan dimana adanya tanda–tanda anemia dan faktor-faktor yang mempengaruhi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden 60 orang (70,6%) mengalami gejala anemia tinggi, ini menunjukan bahwa remaja putri sering mengalami gejala-gejala anemia terutama pada saat menstruasi. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya gejala anemia yaitu faktor kebiasaan, gizi, fisiologi dan lainnya.

2.4 Hubungan Pengetahuan dengan Gejala Anemia pada Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan

Berdasarkan hasil analisis penelitian hubungan pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja putri dalam penelitian ini diperoleh nilai korelasi bahwa adanya hubungan yang tidak signifikan antara pengetahuan tentang anemia dengan gejala anemia pada remaja putri dengan nilai r = 0,435 dan nilai pValue = 0,069


(53)

Pada umumnya siswa putri telah memiliki pengetahuan yang tinggi namun pada hasil penelitian menunjukan bahwa gejala-gejala anemia masih tinggi. Hal ini menurut peneliti karena walaupun pengetahuan siswa tinggi tetapi dalam penerapan prilaku dan kebiasaan sehari-hari khususnya dalam menangani dan mengetahui gejala anemia belum diterapkan secara benar.


(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 85 orang responden di SMA Swasta Islam Azizi Medan menggambarkan mayoritas responden usia 14 sampai 19 tahun dan pernah mendengar atau mendapatkan informasi tentang anemia secara umum. Responden 88,2% memiliki pengetahuan tinggi dan 11,2% memiliki tingkat pengetahuan rendah. Sedangkan gambaran gejala anemia pada remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan mayoritas responden 70,6% memiliki tingkat gejala anemia yang tinggi dan 29,4% responden memiliki tingkat gejala anemia rendah.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan, dikarenakan penyakit anemia tersebut sering diabaikan dan dianggap sebagai penyakit biasa. Padahal apabila penyakit anemia tersebut dibiarkan akan menjadi penghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak dan menurunkan kemampuan serta konsentrasi belajar, sehingga disimpulkan bahwa hipotesa penelitian ini ditolak.


(55)

2. Saran

2.1 Bagi Praktek Keperawatan

Sebagai tenaga kesehatan khususnya perawat harus menyadari dan berusaha untuk selalu meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama remaja putri tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan dan mengenal sejak dini bagaimana anemia dan pengaruhnya bagi kehidupan.

2.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

Bagi pendidikan keperawatan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan lulusannya terhadap penanggulangan anemia sehingga nantinya lulusan mampu menerapkan ilmu pengetahuannya dalam praktek keperawatan komunitas khususnya bagi peningkatan kesehatan pada remaja putri terutama penanggulangan terhadap anemia.

2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan dengan judul yang sama, jumlah responden yang lebih besar, tempat yang berbeda. dan pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan sampel yang lebih bervariasi serta lakukan pemeriksaan hemoglobin sebelum dan sesudah penelitian untuk membuktikan hubungan tingkat pengetahuan dengan gejala anemia.


(56)

Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2009). Manejeman penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arya, S. (2009). Pencegahan anemia. dapat dibuka pada

www.indomedia. com/2009/01/12. pada Tanggal 24 Maret 2010

Bakhtiar, A. (2004). Filsafat Ilmu (edisi pertama). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Beck. Mary.E. (2000). Ilmu Gizi dan Diet Hubungan dengan

penyakit-penyakituntuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta : Yayasan

Essentia Medica

Depkes RI. (2000). Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri

Wanita Usia Subur dan Calon Pengantin. Jakarta : Depkes RI

Farida, Y. dkk. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya

Sari.A. (2004). Anemia Defisiensi Besi Pada Remaja:

http://www.anemia.com pada tanggal 25 maret 2010

Isselbacher, dkk. (2000). Prinsip-prinsip penyakit dalam. (edisi 13), Vol IV. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Kartono.K. (1992). Psikologi Wanita Mengenal Gadis Remaja & Wanita

Dewasa. Bandung: Mandar Maju.

Martin, E. (1998). Panduan Lengkap Gejala Medis Pada Anak. Jakarta. PT Elex Komputindo.

Moehji. (2003). Pemenuhan kebutuhan gizi pada remaja. Dapat dibuka pada Blog at WordPress.com. pada tanggal 18 maret 2010

Notoadmodjo, S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam, (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilm

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Sadikin.M. (2002). Biokimia Darah. Jakarta : Wydia Medika.

Polit, D.F. & Hungler,B. P. (1999). Nursing Research: Principles &


(57)

Rudolph. A. M. Buku Ajar Pediatric Rudolph. (Edisi 20). Volume 1.2006. Jakarta: EGC.

Sudoyo. W. A Dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (EdisiIV). jilid II. Jakarta FK UI.

Soetjingsih. (2004). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Sulaiman. (2009). Kesehatan reproduksi remaja. Dapat dibuka pada

www.kesehatanremaja.com.pada tanggal 20 maret 2010.

Suddarth. B (2002). Keperawatan Medical Bedah. (Edisi 8). Vol 2. Jakarta Buku Kedokteran. EGC.

Sujanto, A. (1996). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Wikepedia. (2006). Gejala Dan Pencegahan Anemia. Dapat dibuka pada


(58)

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Gejala Anemia pada Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan

Saya yang bernama Ainun Hapiza, Nim 091121041 adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang akan melakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Gejala Anemia pada Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan

Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bagaimana Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Gejala Anemia pada Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan

Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan ketersediaan adik untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana penelitian ini tidak akan memberikan dampak yang membahayakan. Jika adik bersedia, selanjutnya saya mohon ketersedian adik mengisi kuisioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan adik

Identitas pribadi adik sebagai responden akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Partisipasi adik dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga adik berhak mengundurkan diri tanpa ada sanksi apapun. Jika ada yang kurang jelas, silahkan bertanya langsung kepada peneliti.

Terima kasih atas partisipasi adik dalam penelitian ini.

Medan, Agustus 2010

Peneliti Responden


(59)

(60)

(61)

Lampiran 4.

KUESIONER PENELITIAN

Kode (diisi peneliti):

Tanggal :

I. Kuesioner Data Demografi

Petunjuk pengisian : berikut ini adalah data tentang diri adik. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda centang pada tempat yang disediakan dan isilah bagian yang telah disediakan sesuai dengan keadaan adik sebenarnya.

1. Usia : ...Tahun ( Tuliskan ) 2. Kelas : 1 2 3

3. Asal Daerah : ...( Sebutkan )

4. Suku bangsa : Melayu Jawa Batak

Minang

lain-lain, ...( Sebutkan) 5. Apakah anda pernah mendapatkan informasi tentang anemia?


(62)

2. Kuesioner Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Anemia

Petunjuk pengisian: Berilah tanda ( √ ) pada kolom jawaban ya atau tidak yang tersedia dibawah ini sesuai dengan pendapat anda.

No Pernyataan Ya Tidak

1 Anemia merupakan penyakit akibat kurang darah 2 Anemia juga merupakan penyakit yang tidak dapat

disembuhkan

3 Jenis-jenis anemia salah satunya yaitu penyakit anemia zat besi

4 Anemia dapat mempengaruhi konsentrasi belajar 5 Saya mengetahui bahwa wanita beresiko terkena

anemia

6 Terjadinya anemia zat besi dikarenakan rendahnya asupan zat gizi besi kedalam tubuh

7 Anemia dapat terjadi pada remaja putri

8 Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan mengkonsumsi lauk pauk seperti daging, ikan, dan susu

9 Pencegahan anemia juga dapat dilakukan dengan mengkonsumsi buah-buahan yang segar khususnya yang berwarna merah

10 Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan mengkonsumsi umbi-umbian, seperti singkong dan kentang

11 Dampak dari anemia juga dapat menurunkan semangat belajar

12 Kadar hemoglobin (Hb) pada remaja putri adalah 12g/dl dan untuk remaja putra 14g/dl

13 Salah satu tanda terkena anemia adalah terjadinya penurunan berat badan

14 Saya mengetahui bahwa kebiasaan berdiet juga dapat menyebabkan anemia

15 Pencegahan anemia juga dapat dilakukan dengan ber olahraga


(63)

3 Kuesioner Gejala Anemia

Petunjuk Pengisian: Berilah tanda ( √ ) pada kolom jawaban ya atau tidak yang tersedia berdasarkan tanda dan gejala anemia dibawah ini sesuai yang anda alami.

No Pernyataan Ya Tidak

1 Perasaan pusing

2 Merasa ingin jatuh pada saat berdiri (keseimbangan tubuh tidak stabil)

3 Pandangan mata saya berkunang-kunang

4 Merasa kurang bersemangat saat belajar di kelas 5 Merasa kurang berkonsentrasi saat belajar di kelas 6 Merasa mudah lelah saat melakukan aktivitas

7 Saya tidak suka mengkonsumsi lauk pauk, seperti daging dan ikan

8 Saya suka mengkonsumsi sayur-sayuran hijau 9 Saya suka mengkonsumsi buah-buahan segar 10 Telapak tangan saya tampak pucat

11 Kelopak mata saya tampak pucat 12 Wajah saya tampak pucat

13 Kulit saya tampak pucat

14 Saya merasa bergairah saat melakukan aktivitas

15 Saya sedang melakukan penurunan berat badan untuk menjaga bentuk tubuh agar tetap langsing


(64)

Lampiran 5.

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Ainun Hapiza

Tempat/Tanggal Lahir : Aek Kenopan / 24 januari 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Perjuangan Tuba IV No 52 Medan Denai

Pendidikan :

1. SDN 112298, Aek Kenopan (1994-2000)

2. SMPN 1 Aek Kenopan (2000-2003)

3. SMA Swasta Islam Azizi Medan (2003-2006) 4. D-III Keperawatan USU Medan (2006-2009) 5. Ekstensi Keperawatan USU Medan (2009-2011)


(1)

(2)

(3)

Lampiran 4.

KUESIONER PENELITIAN

Kode (diisi peneliti):

Tanggal : I. Kuesioner Data Demografi

Petunjuk pengisian : berikut ini adalah data tentang diri adik. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda centang pada tempat yang disediakan dan isilah bagian yang telah disediakan sesuai dengan keadaan adik sebenarnya.

1. Usia : ...Tahun ( Tuliskan ) 2. Kelas : 1 2 3

3. Asal Daerah : ...( Sebutkan ) 4. Suku bangsa : Melayu

Jawa Batak

Minang

lain-lain, ...( Sebutkan) 5. Apakah anda pernah mendapatkan informasi tentang anemia?


(4)

2. Kuesioner Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Anemia

Petunjuk pengisian: Berilah tanda ( √ ) pada kolom jawaban ya atau tidak yang tersedia dibawah ini sesuai dengan pendapat anda.

No Pernyataan Ya Tidak

1 Anemia merupakan penyakit akibat kurang darah 2 Anemia juga merupakan penyakit yang tidak dapat

disembuhkan

3 Jenis-jenis anemia salah satunya yaitu penyakit anemia zat besi

4 Anemia dapat mempengaruhi konsentrasi belajar 5 Saya mengetahui bahwa wanita beresiko terkena

anemia

6 Terjadinya anemia zat besi dikarenakan rendahnya asupan zat gizi besi kedalam tubuh

7 Anemia dapat terjadi pada remaja putri

8 Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan mengkonsumsi lauk pauk seperti daging, ikan, dan susu

9 Pencegahan anemia juga dapat dilakukan dengan mengkonsumsi buah-buahan yang segar khususnya yang berwarna merah

10 Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan mengkonsumsi umbi-umbian, seperti singkong dan kentang

11 Dampak dari anemia juga dapat menurunkan semangat belajar

12 Kadar hemoglobin (Hb) pada remaja putri adalah 12g/dl dan untuk remaja putra 14g/dl

13 Salah satu tanda terkena anemia adalah terjadinya penurunan berat badan

14 Saya mengetahui bahwa kebiasaan berdiet juga dapat menyebabkan anemia

15 Pencegahan anemia juga dapat dilakukan dengan ber olahraga


(5)

3 Kuesioner Gejala Anemia

Petunjuk Pengisian: Berilah tanda ( √ ) pada kolom jawaban ya atau tidak yang tersedia berdasarkan tanda dan gejala anemia dibawah ini sesuai yang anda alami.

No Pernyataan Ya Tidak

1 Perasaan pusing

2 Merasa ingin jatuh pada saat berdiri (keseimbangan tubuh tidak stabil)

3 Pandangan mata saya berkunang-kunang

4 Merasa kurang bersemangat saat belajar di kelas 5 Merasa kurang berkonsentrasi saat belajar di kelas 6 Merasa mudah lelah saat melakukan aktivitas

7 Saya tidak suka mengkonsumsi lauk pauk, seperti daging dan ikan

8 Saya suka mengkonsumsi sayur-sayuran hijau 9 Saya suka mengkonsumsi buah-buahan segar 10 Telapak tangan saya tampak pucat

11 Kelopak mata saya tampak pucat 12 Wajah saya tampak pucat

13 Kulit saya tampak pucat

14 Saya merasa bergairah saat melakukan aktivitas

15 Saya sedang melakukan penurunan berat badan untuk menjaga bentuk tubuh agar tetap langsing


(6)

Lampiran 5.

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Ainun Hapiza

Tempat/Tanggal Lahir : Aek Kenopan / 24 januari 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Perjuangan Tuba IV No 52 Medan Denai

Pendidikan :

1. SDN 112298, Aek Kenopan (1994-2000) 2. SMPN 1 Aek Kenopan (2000-2003) 3. SMA Swasta Islam Azizi Medan (2003-2006) 4. D-III Keperawatan USU Medan (2006-2009) 5. Ekstensi Keperawatan USU Medan (2009-2011)


Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Anemia dengan Pola Makan untuk Pencegahan Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014

51 283 92

Hubungan Pola Makan, Pola Haid dan Pengetahuan tentang Anemia dengan Kadar Hemoglobin pada Remaja Putri di Sma Cahaya Medan Tahun 2014

9 90 131

Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche (Menstruasi Pertama) di SMP St. Thomas 1 Medan Tahun 2010.

1 67 49

Pengetahuan,Dan Sikap Remaja Putri Tentang Anemia Defisiensi Besi dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Reproduksi di MAL IAIN SU Medan Tahun 2010

3 40 63

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA 1 MOJOLABAN Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Kelas X Di SMA 1 Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

0 2 17

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN UNTUK PENCEGAHAN ANEMIA DI SMA SWASTA BINA BERSAUDARA MEDAN TAHUN 2014

0 2 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Remaja Putri tentang Anemia - Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Anemia dengan Pola Makan untuk Pencegahan Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014

0 2 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Anemia dengan Pola Makan untuk Pencegahan Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014

2 39 8

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN UNTUK PENCEGAHAN ANEMIA DI SMA SWASTA BINA BERSAUDARA MEDAN TAHUN 2014

1 5 15

NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan Anemia pada Remaja Putri Kelas X di SMA Islam 1 Gamping Yogyakarta - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 10