46
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah survei yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional potong lintang yaitu penelitian terhadap variabel-
variabel yang termasuk faktor independen dan dependen diteliti sekaligus pada saat yang sama yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
sikap remaja putri tentang pola makan untuk pencegahan anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan tahun 2014.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena :
1. Sekolah ini berada ditengah kota sehingga peneliti berasumsi bahwa siswasiswi dapat dengan mudahcepat memperoleh informasi,
khususnya mengenai kesehatan dan tentang anemia dengan pola makan yang baik untuk pencegahan anemia.
2. Berdasarkan hasil survei pendahuluan masih ditemukan 8 orang remaja putri yang belum mengetahui tentang anemia itu seperti apa dan
bagaimana pola makan yang baik untuk pencegahan anemia. 3. Berdasarkan dari lokasi penelitian tersebut belum pernah dilakukan
penelitian, maka peneliti tertarik dilokasi ini.
Universitas Sumatera Utara
47
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2014 sampai dengan Februari 2015.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah para pelajar putri di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan yang duduk di kelas 1, 2, dan 3 berjumlah 98 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini menggunakan total populasi dengan jumlah 98 orang.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari responden dengan metode angket yaitu dengan memberikan kuesioner kepada pelajar yang akan diisi sendiri oleh
responden penelitian.
3.4.2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari catatan atau dokumen dari kantor tata usaha di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan yang meliputi gambaran umum, letak
geografis dan data jumlah siswa.
Universitas Sumatera Utara
48
3.5.Definisi Operasional
1. Pengetahuan adalah sejumlah informasi atau segala sesuatu yang diketahui dan dimengerti responden tentang anemia dan dimulai dari pengertian, tanda-
tanda anemia, penyebab terjadinya anemia, gejala dan cara mencegah terjadinya anemia yang terjadi pada remaja putri.
2. Sikap adalah reaksi atau respon dari responden terhadap masalah anemia, dan pendapat remaja putri tentang segala sesuatu untuk mencegah terjadinya
anemia pada remaja putri. 3. Remaja putri adalah siswipelajar putri yang bersekolah di SMA Swasta Bina
Bersaudara Medan yang berusia antara 15-19 tahun. 4. Pola makan untuk pencegahan anemia
Pola makan adalah jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi remaja yang mengandung zat besi untuk mencegah anemia.
3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Pengetahuan Remaja Putri
Variabel pengetahuan responden diukur dengan 15 pertanyaan. Masing- masing pertanyaan mempunyai skor benartepat 1 dan salahtidak tepat 0.
Sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 15. Cara menentukan kategori tingkat pengetahuan responden mengacu pada
persentase berikut Arikunto, 2007: 1. Baik, bila total skor jawaban 75 dari nilai keseluruhan atau dalam interval
12-15.
Universitas Sumatera Utara
49
2. Cukup, bila total skor jawaban 40 – 75 dari nilai keseluruhan atau dalam
interval 6-11. 3. Kurang, bila total skor 40 dari nilai keseluruhan atau dalam interval 0-5.
3.6.2 Sikap
Untuk mengetahui sikap remaja putri tentang anemia dengan pola asupan makanan dilakukan dengan memberikan pernyataan. Sikap diukur melalui
jawaban kuesioner dengan skala likert, pernyataan diajukan sebanyak 10 pertanyaan dengan 5 pilihan jawaban. Setiap pernyataan memiliki skor 1 sampai
5. Total skor maksimal adalah 50 dan total skor minimal adalah 10.
Tabel 3.1 Skala Sikap Model Likert
Pernyataan Positif Nilai
Pernyataan Negatif Nilai
Sangat Setuju SS 5
Sangat Tidak Setuju STS 1
Setuju S 4
Tidak Setuju TS 2
Ragu-ragu RG 3
Ragu-ragu RG 3
Tidak Setuju TS 2
Setuju S 4
Sangat Tidak Setuju STS 1
Sangat Setuju SS 5
Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat dikategorikan sikap responden sebagai berikut Riduwan, 2010:
1. Baik, jika jawaban benar responden 75 dengan skor 41-50. 2. Cukup, jika jawaban benar responden 50-75 dengan skor 31-40.
3. Kurang, jika jawaban benar responden 50 dengan skor 10-30.
3.6.3 Pola Makan Untuk Pencegahan Anemia
Cara enentukan kategori tingkat pola makan responden sebagai berikut: 1. Baik : jika kadar zat besi 80 AKG 20 mg
2. Kurang : jika kadar zat besi 80 AKG 20 mg Sumber : Hidayat 2007
Universitas Sumatera Utara
50
3.7 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara:
1. Editing
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaanmeneliti data yang telah diperoleh untuk dilakukan pembetulan data yang kelirusalah dan melengkapi data yang kurang.
2. Coding
Pada tahap ini dilakukan pemberian kode pada setiap jawaban kuesioner yang telah diisi.
3. Tabulating
Untuk mempermudah pengolahan data serta pengambilan kesimpulan, data dimasukan ke dalam tabel distribusi frekuensi dan dianalisis dengan
menggunakan SPSS.
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Univariat
Data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis untuk menggambarkan mendeskripsikan masing-masing variabel dengan menggunakan tabel distribusi
frekuensi.
3.8.2 Bivariat
Untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dilakukan uji statistik chi square x². Dasar pengambilan keputusan
dapat dilakukan berdasarkan perbandingan dengan menggunakan tingkat
kepercayaan 95 0,05.
Universitas Sumatera Utara
51
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum SMA Swasta Bina Bersaudara
SMA Swasta Bina Bersaudara terletak di Jalan Tritura Km 5,5 Lingkungan VI Kelurahan Titi Kuning, Kecamatan Medan Johor. Batas wilayah SMA Swasta
Bina Bersaudara adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Tritura
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Pajak Inpres Titi Kuning - Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Brigjen Zein Hamid
- Sebelah Timur berbatasan dengan Wisma Inalum
4.2. Pembagian Kelas Sekolah SMA Swasta Bina Bersaudara
Adapun pembagian kelas yang ada di SMA Swasta Bina Bersaudara dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Jumlah Siswa Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014
No Kelas
Laki-Laki Perempuan
f f
1
X-A 12
7,1 16
9,5
2
X-B 13
7,7 15
8,9
3 X-C
12 7,1
16 9,5
4 XI IPS
8 4,7
15 8,9
5 XI IPA
7 4,1
13 7,7
6 XII IPS
11 6,5
10 5,9
7
XII IPA 8
4,7 13
7,7
Total 71
42,0 98
58,0
Dari Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa perempuan lebih banyak yaitu 98 orang 58,0 dibanding dengan jumlah siswa laki-laki yaitu
71 orang 42,0.
Universitas Sumatera Utara
52
4.3. Hasil Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan, sikap dan pola makan untuk pencegahan anemia pada remaja putri
di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014, maka variabel yang dianalisis secara univariat adalah sebagai berikut:
4.3.1 Pengetahuan Responden Tentang Anemia Tabel 4.2. Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia di SMA Swasta Bina
Bersaudara Medan Tahun 2014 No.
Item Jawaban Benar
Salah f
f 1
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang
dari normal. 38
38,8 60
61,2
2 Tanda dan gejala anemia adalah cepat
lelah, pucat pada kulit dan telapak tangan. 84
85,7 14
14,3
3
Penyebab remaja putri lebih berisiko terkena anemia adalah kehilangan darah
akibat peristiwa hadi setiap bulannya. 49
50,0 49
50,0
4 Kelompok yang paling berisiko menderita
anemia adalah remaja putri. 72
73,5 26
26,5
5
Kadar Hb normal pada remaja putri adalah 12 gdl.
25 25,5
73 74,5
6 Dampak anemia terhadap remaja putri
adalah konsentrasi belajar menurun. 37
37,8 61
62,2
7
Kebiasaan yang
dapat menghambat
penyerapan zat besi oleh tubuh adalah kebiasaan minum tehkopi bersamaan
sewaktu makan. 11
11,2 87
88,8
8 Faktor
yang menyebabkan
wanita kehilangan zat besi yang berlebihan dalam
tubuh adalah menstruasi. 38
38,8 60
61,2
9
Dampak jika menderita anemia pada masa kehamilan persalinan adalah adanya
risiko keguguran dan pendarahan pada saat melahirkan.
65 66,3
33 33,7
10
Vitamin yang membantu penyerapan zat besi di dalam tubuh adalah vitamin C.
21 21,4
77 78,6
Universitas Sumatera Utara
53
Tabel 4.2. Lanjutan No.
Item Jawaban Benar
Salah f
f 11
Anemia pada remaja putri dapat dicegah dengan banyak mengkonsumsi makanan
sumber zat besi, seperti daging sapi, hati ayam.
96 98,0
2 2,0
12 Makanan sumber zat besi atau makanan
penambah darah yang berasal dari hewani adalah hati ayam dan daging sapi.
42 42,9
55 57,1
13
Makanan sumber zat besi atau makanan penambah darah yang berasal dari nabati
adalah tahu dan tempe. 38
38,8 60
61,2
14 Vitamin yang sangat berperan dalam
meningkatkan zat besi adalah vitamin C. 57
58,2 41
41,8
15
Vitamin C merupakan zat gizi yang sangat berperan dalam meningkatkan penyerapan
zat besi. 40
40,8 58
59,2
Dari Tabel 4.2 di atas dapat dilihat sebesar 88,8 responden tidak tahu bahwa kebiasaan yang dapat menghambat penyerapan zat besi oleh tubuh adalah
kebiasaan minum tehkopi bersamaan sewaktu makan, 78,6 responden tidak tahu bahwa vitamin yang membantu penyerapan zat besi di dalam tubuh adalah
vitamin C, 74,5 responden tidak tahu bahwa kadar Hb normal pada remaja putri adalah 12 gdl.
Tabel 4.3. Kategori Pengetahuan remaja putri Tentang Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014
Pengetahuan f
Baik 23
23,5 Cukup
24 24,5
Kurang 51
52,0
Total 98
100,0
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa dari 98 orang responden, pengetahuan remaja putri terhadap anemia paling banyak pada
kategori pengetahuan kurang yaitu 51 orang remaja putri 52,0, dan paling sedikit pada kategori pengetahuan baik yaitu 23 orang remaja putri 23,5.
Universitas Sumatera Utara
54
4.3.2 Sikap Responden Tentang Anemia Tabel 4.4. Sikap Remaja Putri Tentang Anemia di SMA Swasta Bina
Bersaudara Medan Tahun 2014 No
Sikap Jawaban
SS S
RG TS
STS f
f f
f f
1 Sebaiknya remaja putri
perlu mengkonsumsi
makanan yang mengan- dung zat besi
65 66,3 22 22,4 2 2,0
9 9,2
- -
2 Setiap orang seharusnya
makan makanan bergizi menu seimbang
74 75,5 20 20,4 4 4,1
- -
- -
3
Sebaiknya makan buah- buahan yang banyak me-
ngandung vitamin C 63 64,3 35 35,7
- -
- -
- -
4 Jika kita sudah menemu-
kan gejala anemia maka diamkan saja
20 20,4 40 40,8 8 8,2
10 10,2 20 20,4
5 Sebaiknya kita meng-
konsumsi obat tablet
tambah darah
untuk mencegah
terjadinya anemia
24 24,5 50 51,0 17 17,3 -
- 7
7,1
6 Anemia bukan masalah
kesehatan yang
berbahaya 31 31,6 24 24,5 18 18,4 14 14,3 11 11,2
7
Merasa khawatir jika terkena anemia
26 26,5 55 56,1 13 13,3 -
- 4
4,1
8 Setiap pagi kita dianjur-
kan sarapan untuk meng- hindarkan
terjadinya anemia
42 42,9 35 35,7 21 21,4 -
- -
-
9
Tidak perlu
makan makanan sayuran hijau
22 22,4 43 43,9 4 4,1
11 11,2 18 18,4
10 Anemia
tidak meng-
ganggu aktifitas remaja putri
44 44,9 16 16,3 8 8,2
14 14,3 16 16,3
Dari Tabel 4.4 di atas dapat dilihat sebesar 61,2 responden bersikap tidak
peduli terhadap gejala anemia, 56,1 responden bersikap tidak peduli dengan
anemia, sebesar 66,3 responden bersikap tidak peduli terhadap konsumsi
Universitas Sumatera Utara
55
makanan sayuran hijau dan sebesar 61,2 responden bersikap tidak peduli dengan gangguan anemia terhadap aktifitas mereka.
Tabel 4.5. Kategori Sikap Remaja putri Tentang Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014
Sikap f
Baik 27
27,6 Cukup
48 49,0
Kurang 23
23,5
Total 98
100,0
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa sikap remaja putri tentang anemia paling banyak berada pada kategori cukup yaitu 48 orang remaja putri
49,0, dan paling sedikit pada kategori kurang yaitu 23 orang remaja putri 23,5.
4.3.3 Pola Makan Untuk Pencegahan Anemia
Pola makan yang dikonsumsi responden diperoleh dari food recall 24 jam yang dilakukan selama 2 hari berturut-turut.
Tabel 4.6. Pola Makan Untuk Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014
Pola Makan Untuk Pencegahan Anemia
f
Baik Kurang Baik
37 37,8
61 62,2
Total 98
100,0
Dari Tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa pola makan untuk pencegahan anemia paling banyak berada pada kategorik pola makan kurang baik buruk
yaitu 61 orang remaja putri 62,2 dan yang memiliki pola makan yang baik Fe 20 mg untuk pencegahan anemia sebanyak 37 orang remaja putri 37,8.
Universitas Sumatera Utara
56
4.4. Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara masing- masing variabel bebas yang meliputi pengetahuan dan sikap dengan variabel
terikat yaitu pola makan yang menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p 0,05. Hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat menggunakan uji chi-square dapat dilihat sebagai berikut:
4.4.1 Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia dengan Pola Makan Untuk Pencegahan Anemia
Tabel 4.7. Tabulasi Silang Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia
dengan Pola Makan Untuk Pencegahan Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014
Pengetahuan Pola Makan Untuk
Pencegahan Anemia Total
p- value
Baik Kurang
f f
f
Baik 16
69,6 7
30,4 23
100,0 0,001
Cukup 13
54,2 11
45,8 24
100,0 Kurang
8 15,7
43 84,3
51 100,0
Dari hasil analisis Tabel 4.7. bahwa dari 23 orang remaja putri yang memiliki pengetahuan baik tentang anemia mayoritas memiliki pola makan yang
baik untuk pencegahan anemia yaitu sebanyak 16 orang 69,6. Dari 24 remaja putri yang memiliki pengetahuan cukup mayoritas memiliki pola makan yang baik
untuk pencegahan anemia yaitu sebanyak 13 orang 54,2, sedangkan remaja putri yang memiliki pengetahuan kurang mayoritas memiliki pola makan kurang
untuk pencegahan anemia yaitu sebanyak 43 orang 84,3. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,001 sehingga H
ditolak yang berarti bahwa pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
57
memiliki hubungan yang bermakna dengan pola makan remaja putri untuk pencegahan anemia.
Tabel 4.8. Distribusi Pengetahuan Pada 43 Remaja Putri yang Pengetahuan Kurang dan Pola Makannya Kurang Baik di SMA Swasta Bina
Bersaudara Medan Tahun 2014
No. Item Jawaban
Benar Salah
f f
1
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang
dari normal. -
- 43
100,0
2 Tanda dan gejala anemia adalah cepat
lelah, pucat pada kulit dan telapak tangan. 30
69,8 13
30,2
3
Penyebab remaja putri lebih berisiko terkena anemia adalah kehilangan darah
akibat peristiwa hadi setiap bulannya. 19
44,2 24
55,8
4 Kelompok yang paling berisiko menderita
anemia adalah remaja putri. 24
55,8 19
44,2
5
Kadar Hb normal pada remaja putri adalah 12 gdl.
- -
43 100,0
6 Dampak anemia terhadap remaja putri
adalah konsentrasi belajar menurun. 11
25,6 32
74,4
7
Kebiasaan yang
dapat menghambat
penyerapan zat besi oleh tubuh adalah kebiasaan minum tehkopi bersamaan
sewaktu makan. -
- 43
100,0
8 Faktor
yang menyebabkan
wanita kehilangan zat besi yang berlebihan dalam
tubuh adalah menstruasi. 6
14,0 37
86,0
9 Dampak jika menderita anemia pada masa
kehamilan persalinan adalah adanya risiko keguguran dan pendarahan pada
saat melahirkan. 22
51,2 21
48,8
10
Vitamin yang membantu penyerapan zat besi di dalam tubuh adalah vitamin C.
- -
43 100,0
11 Anemia pada remaja putri dapat dicegah
dengan banyak mengkonsumsi makanan sumber zat besi, seperti daging sapi, hati
ayam. 43 100,0
- -
12
Makanan sumber zat besi atau makanan penambah darah yang berasal dari hewani
adalah hati ayam dan daging sapi. 1
2,3 42
97,7
Universitas Sumatera Utara
58
Tabel 4.8 Lanjutan No.
Item Jawaban Benar
Salah f
f 13
Makanan sumber zat besi atau makanan penambah darah yang berasal dari nabati
adalah tahu dan tempe -
- 43
100,0
14
Vitamin yang sangat berperan dalam meningkatkan zat besi adalah vitamin C.
17 39,5
26 60,5
15 Vitamin C merupakan zat gizi yang sangat
berperan dalam meningkatkan penyerapan zat besi.
- -
43 100,0
Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa seluruh remaja putri 43 orang yang pengetahuan kurang dan pola makannya kurang baik dikatakan tidak tahu tentang
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal, Kadar Hb normal pada remaja putri adalah 12 gdl, Vitamin yang
membantu penyerapan zat besi didalam tubuh adalah vitamin C dan Makanan sumber zat besi atau makanan penambah darah yang berasal dari nabati adalah
tahu dan tempe.
4.4.2 Hubungan Sikap Tentang Anemia dengan Pola Makan Untuk Pencegahan Anemia
Tabel 4.9. Tabulasi Silang Sikap Remaja Putri Tentang Anemia dengan Pola
Makan Untuk Pencegahan Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014
Sikap Pola Makan Untuk
Pencegahan Anemia Total
p- value
Baik Kurang
f f
f
Baik 18
66,7 9
33,3 27
100,0 0,001
Cukup 15
31,3 33
68,8 48
100,0 Kurang
4 17,4
19 82,6
23 100,0
Dari hasil analisis Tabel 4.9 bahwa dari 27 remaja putri yang memiliki sikap baik tentang anemia mayoritas memiliki pola makan yang baik untuk pencegahan
anemia yaitu sebanyak 18 orang 66,7. Dari 48 remaja putri yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
59
sikap cukup mayoritas memiliki pola makan kurang untuk pencegahan anemia yaitu sebanyak 33 orang 68,8, sedangkan remaja putri yang memiliki sikap
kurang mayoritas memiliki pola makan kurang untuk pencegahan anemia yaitu sebanyak 19 orang 82,6. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,001
sehingga H ditolak yang berarti bahwa sikap memiliki hubungan yang bermakna
dengan pola makan remaja putri untuk pencegahan anemia.
Tabel 4.10. Distribusi Sikap Pada 19 Remaja Putri yang Sikapnya kurang dan Pola Makannya Kurang Baik di SMA Swasta Bina
Bersaudara Medan Tahun 2014
No Sikap
Jawaban SS
S RG
TS STS
f f
f f
f 1
Sebaiknya remaja putri perlu
mengkonsumsi makanan yang mengan-
dung zat besi 2
10,5 11 57,9 1 5,3
5 26,3 -
-
2 Setiap orang seharusnya
makan makanan bergizi menu seimbang
9 47,4
6 31,6 4 21,1
- -
- -
3 Sebaiknya makan buah-
buahan yang banyak me- ngandung vitamin C
10 52,6 9 47,4
- -
- -
- -
4
Jika kita sudah menemu- kan gejala anemia maka
diamkan saja 12 63,2
5 26,3 2 10,5
- -
- -
5 Sebaiknya kita meng-
konsumsi obat tablet
tambah darah
untuk mencegah
terjadinya anemia
2 10,5 11 57,9 5
26,3 -
- 1
5,3
6 Anemia bukan masalah
kesehatan berbahaya 11 57,9
5 26,3 3 15,8
- -
- -
7
Merasa khawatir jika terkena anemia
1 5,3
9 47,4 9 47,4
- -
- -
Universitas Sumatera Utara
60
8
Setiap pagi kita dianjur- kan sarapan untuk meng-
hindarkan
terjadinya anemia
3
15,8 1
5,3 15
78,9 -
- -
-
9 Tidak
perlu makan
makanan sayuran hijau 8
42,1 7 36,8 4
21,1 -
- -
-
10
Anemia tidak
meng- ganggu aktifitas remaja
putri 18 94,7
1 5,3
- -
- -
- -
Dari Tabel 4.10 di atas dapat dilihat sebesar 89,5 remaja putri bersikap
tidak peduli terhadap gejala anemia, 84,2 remaja putri bersikap tidak peduli
dengan anemia, sebesar 78,9 remaja putri bersikap tidak peduli terhadap konsumsi makanan sayuran hijau dan sebesar 100,0 remaja putri bersikap tidak
peduli dengan gangguan anemia terhadap aktifitas mereka.
Tabel 4.10 Lanjutan
No. Sikap
Jawaban SS S RG TS STS
f f f f f 13
Makanan sumber zat besi atau makanan penambah darah yang berasal dari nabati
adalah tahu dan tempe. -
- 43
100,0
Universitas Sumatera Utara
61
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia dengan Pola Makan Untuk
Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri di SMA Swasta Bina Bersaudara
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap remaja putri SMA Bina bersaudara, dapat dilihat bahwa sebagian besar remaja putri memiliki
pengetahuan kurang terhadap pola makan untuk pencegahan anemia sebesar 43 orang remaja putri 84,3. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi pola makan remaja adalah pengetahuan. Pengetahuan yang kurang menyebabkan remaja memilih makan diluar atau hanya mengkonsumsi
kudapan. Perubahan gaya hidup remaja memiliki pengaruh signifikan terhadap
kebiasaan makan mereka. Mereka menjadi lebih aktif, lebih banyak makan diluar rumah dan mencoba makanan baru. Pola makan remaja putri yang perlu dicermati
adalah tentang konsumsi makanan yang dimakan sehari-hari, dimana remaja putri hanya mengkonsumsi sayur hanya dua sendok atau 3 sendok makan saja dan
remaja putri suka minum teh pada saat makan dan makanan jajanan yang paling sering dikonsumsi remaja putri adalah pangsit dan mie ayam, dimana makanan
jajanan tersebut banyak terdapat di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
Dengan kata lain, semakin rendahnya pengetahuan remaja mengenai hal- hal yang berhubungan dengan pola makan untuk pencegahan anemia ada
kemungkinan untuk menderita anemia. Penyebabnya karena banyak remaja yang
Universitas Sumatera Utara
62
tidak suka mengkonsumsi sumber zat besi termasuk sayuran dan buah-buahan serta lebih senang mengkonsumsi makanan siap saji yang umumnya mengandung
kalori, kadar lemak dan gula yang tinggi tetapi rendah serat, zat besi, vitamin A, vitamin B12, asam folat dan kalsium.
Hal ini dapat terjadi karena masa remaja merupakan masa pertumbuhan dalam berbagai hal, baik fisik, mental, sosial maupun emosional. Pertumbuhan
dan perkembangan yang terjadi pada masa remaja menyebabkan banyak perubahan termasuk ragam gaya hidup life style dan perilaku konsumsi remaja.
Remaja yang masih dalam proses mencari identitas diri, sering kali mudah tergiur oleh modernisasi dan teknologi karena adanya pengaruh lingkungan, informasi,
dan komunikasi. Hasil statistik uji chi-square
diperoleh bahwa nilai p 0,001 α = 0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan
dengan pola makan untuk pencegahan anemia. Remaja putri yang berpengetahuan baik lebih banyak memiliki pola makan yang baik, hal ini disebabkan karena
remaja putri yang berpengetahuan baik peduli dengan kesehatannya dan perhatian dengan pola makannya. Dari 43 remaja putri yang berpengetahuan kurang dan
memiliki pola makan kurang, seluruh remaja putri 100,0 tidak tahu bahwa anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari
normal, seluruh remaja putri 100,0 tidak tahu bahwa kadar Hb normal pada remaja putri adalah 12 gdl, seluruh remaja putri 100,0 tidak tahu bahwa
vitamin yang membantu penyerapan zat besi di dalam tubuh adalah vitamin C, dan seluruh remaja putri 100,0 juga tidak tahu bahwa makanan sumber zat
Universitas Sumatera Utara
63
besi atau makanan penambah darah yang berasal dari nabati adalah tahu dan tempe.
Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa sebagian besar remaja putri tidak sempat sarapan di rumah dan akan sarapan di sekolah, dengan alasan
mereka terburu-buru untuk berangkat sekolah, mereka merasa malas dan memang tidak suka sarapan. Sebagian besar makanan yang biasa dimakan oleh remaja putri
pada saat sarapan di rumah yaitu roti dan teh manis, sedangkan makanan yang biasa dimakan pada saat sarapan disekolah yaitu nasi goreng, mie goreng, bakso,
mie ayam, humberger, roti bakar dan gorengan. Oleh karena itu, jika dilihat dari makanan yang dikonsumsi oleh remaja putri pada waktu sarapan mempunyai
kualitas sarapan yang belum dapat menenuhi kecukupan zat besi pada remaja putri. Rendahnya intake asupan zat gizi terutama zat besi dari makanan sehari-
hari merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia. Menurut Depkes 2011, masalah anemia yang disebabkan kekurangan zat besi masih merupakan masalah
gizi utama di Indonesia. Anemia kekurangan besi terjadi karena pola konsumsi makanan masyarakat Indonesia masih didominasi sayuran sebagai sumber besi
yang sulit diserap, sedangkan daging dan bahan pangan hewani sebagai sumber besi yang baik dikonsumsi dalam jumlah yang kurang. Sumber protein yang
berkualitas tinggi dapat berasal dari sumber hewani yaitu telur, daging, ikan, dan udang, dan sumber nabati yaitu sayur bayam, daun ubi, sawi, kol dan kacang-
kacangan, kedelai dan gandum. Remaja putri SMA Bina bersaudara juga mengatakan mereka suka minum
teh manis pada saat makan. Kebiasaan minum teh memiliki pengaruh terhadap
Universitas Sumatera Utara
64
absorpsi besi. Linder 1992 menyatakan bahwa tanin yang terdapat dalam teh dan daun-daun sayuran tertentu dapat menurunkan absorpsi besi. Penyerapan zat
besi oleh teh dapat menyebabkan banyaknya besi yang diserap turun hingga 2, sedangkan penyerapan besi tanpa penghambatan teh sekitar 12.
Untuk meningkatkan konsumsi Fe diharapkan bagi siswi yang kurang suka mengkonsumsi sayuran dianjurkan untuk mengkonsumsi tablet tambah darah.
Penyebab rendahnya kadar hemoglobin dalam darah salah satunya adalah asupan yang tidak mencukupi. Asupan zat gizi sehari-hari sangat dipengaruhi oleh
kebiasaan makan. Menurut Wirakusumah 1999, secara umum faktor utama yang menyebabkan anemia adalah salah satunya ternganggunya produksi sel darah
merah bisa disebabkan makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat gizi terutama zat-zat penting seperti besi, asam folat, vitamin B12, dan citamin C.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Umniyyati 2013 di Madrasah Aliyah Keagamaan MAK Al Mukmin Sukoharjo
dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pola makan p=0,031.
Rogers 1974 dalam Safrina 2011 menguraikan bahwa seseorang yang berperilaku baru melalui tahapan-tahapan kesadaran, tertarik, menilai, mencoba,
dan mengadopsi perilaku tersebut sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah proses penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku tindakan individu atau
Universitas Sumatera Utara
65
masyarakat. Pengetahuan itu sendiri sebahagian besar diperoleh dari pendengaran dan penglihatan Notoatmodjo, 2003.
Peningkatan pengetahuan kesehatan akan menentukan seseorang untuk berperilaku baik dalam memelihara kesehatan dan mencegah penyakit. Perilaku
atau kebiasaan yang didasari pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif maka kebiasaan tersebut akan bersifat langgeng long lasting. Sebaliknya jika tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama Notoadmojo, 2007.
Oleh karena itu perlu adanya pencegahan dan penanggulangan yang serius untuk menyelesaikan anemia pada remaja putri sehingga prevalensinya dapat
menurun dimasa mendatang dan kualitas sumber daya manusia SDM dapat terjamin dimasa mendatang.
Keberhasilan program penanganan dan penanggulangan anemia pada remaja putri akan tercapai apabila ada kerja sama antar lintas sektor, seperti dinas
kesehatanpuskesmas, dinas pendidikan, sekolah, dukungan keluarga dan masyarakat. Beberapa cara yang dapat dilakukan seperti mengadakan penyuluhan
ke sekolah-sekolah dan melakukan konseling mengenai anemia, pola makan yang baik, cara pencegahan dan pengobatan anemia.
5.2 Hubungan Sikap Tentang Anemia dengan Pola Makan Untuk