Metode Biaya Perjalanan Pariwisata

Travel Cost Method TCM yaitu metode yang mengkaji biaya yang dikeluarkan tiap individu untuk mendatangi tempat rekreasi di sekitar lokasi penelitian. Prinsip yang mendasari metode ini adalah bahwa biaya yang dikeluarkan untuk berwisata ke suatu area dianggap sebagai “harga” akses area tersebut Grigalunas et al. 1998.

2.4 Karakteristik Masyarakat Pesisir atau Nelayan

Satria 2002 mendefinisikan masyarakat sebagai sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, cukup lama hidup bersama, mendiami wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian kegiatannya didalam kelompok terebut. Muluk 1996 menyatakan bahwa klasifikasi masyarakat dapat dibedakan berdasarkan mata pencaharian utamanya atau berdasarkan sifat mereka bermukim. Dengan demikian, masyarakat nelayan atau pesisir dapat diartikan sekelompok manusia yang bertempat tinggal di wilayah pesisir dan memanfaatkan sumberdaya pesisir atau laut sebagai pekerjaannya. Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan, binatang air lainnya atau tanaman air. Orang yang hanya melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat atau peralatan ke dalam perahu atau kapal, tidak dimasukkan sebagai nelayan. Ahli mesin dan juru masak yang bekerja di atas kapal penangkap dimasukkan sebagai nelayan, walaupun tidak secara langsung melakukan penangkapan Sobari dan Suswanti 2007. Masyarakat pesisir memiliki sifat atau karakteristik tertentu yang khas atau unik. Sifat ini sangat erat kaitannya dengan sifat usaha di bidang perikanan yang merupakan mata pencaharian masyarakat. Karakteristik ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti lingkungan, musim, dan pasar Mustamin 2003. Beberapa unsur mentalitas masyarakat pesisir atau nelayan, yaitu individualistis merupakan hal yang aneh bagi nelayan, panjang akal, improvisasi, berfikir sintetis perasaan dan pengetahuan terlibat, pemborosan bahan, waktu, tenaga adalah hal yang biasa, hidup konsumtif, percaya terhadap hal gaib, dan klise-klise adat dipandang lebih bijaksana Marwy 1985 diacu dalam Mustamin 2003 Potensi sumberdaya laut dan pesisir sangat memungkinkan nelayan untuk melakukan berbagai kegiatan diversivikasi ekonomi, khususnya dalam musim paceklik. Ada diantara nelayan yang hanya melakukan kegiatan penangkapan saja, sehingga pada saat musim paceklik nelayan cenderung berdiam di rumah, tetapi ada juga yang beralih profesi lain, seperti berjualan. Masyarakat nelayan identik dengan kemiskinan, perumahan yang kumuh dan pendidikan yang terbelakang. Kondisi masyarakat yang seperti inilah yang mengakibatkan kerusakan ekosistem akibat kurangnya pengetahuan mengenai pengelolaan ekosistem pesisir dan laut yang baik dan bertanggung jawab. Menurut Dahuri et al. 2001 menyatakan bahwa kemiskinan seringkali memaksa manusia untuk mengeksploitasi sumberdaya pesisir dengan cara-cara merusak kelestariannya, sekedar untuk memenuhi kebutuhan bertahan hidup sehari-hari.

2.5 Kesejahteraan Masyarakat

Menurut Sarman 2000, sejahtera adalah masyarakat yang merasa aman santosa, selamat dan tak kurang apapun. Kesejahteraan adalah sesuatu yang bersifat subyektif dimana setiap orang mempunyai pedoman tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda terhadap faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan. Kesejahteraan masyarakat dapat pula dilihat melalui kondisi maupun fasilitas yang dimiliki suatu tempat tinggal. Pangan, sandang, papan merupakan salah satu ukuran dalam menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Faktor makanan yang biasa dikonsumsi sehari-hari dapat dijadikan indikator kesejahteraan masyarakat. Faktor makanan sering dihubungkan dengan kesehatan karena terkait dengan gizi yang dikonsumsi oleh masyarakat, misalnya penyebab kekurangan gizi dikarenakan tingkat ekonomi yang masih rendah BPS 1993. Sebenarnya, kesejahteraan merupakan suatu hal yang bersifat subyektif, sehingga ukuran kesejahteraan bagi setiap individu atau keluarga berbeda satu sama lain, namun prinsipnya kesejahteraan berkaitan erat dengan kebutuhan dasarnya. Jika kebutuhan dasarnya sudah dipenuhi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan dari individu atau keluarga sudah terpenuhi BPS 1991. Aspek yang dapat digunakan untuk menganalisisi kesejahteraan masyarakat berdarkan sosial ekonomi dengan melihat konsumsi atau pengeluaran atau pendapatan, kesehatan, pendidikan, perumahan dan pemukiman, sosial budaya, kesejahteraan rumah tangga dan kriminalitas. Klasifikasi tingkat kesejahteraan atau kemiskinan menurut Sajogyo 1996 diacu dalam Sobari dan Suswanti 2007 adalah sebagai berikut: 1 Tidak miskin apabila nilai per kapita per tahun lebih tinggi dari nilai tukar 320 beras untuk pedesaan dan 480 kg beras untuk daerah kota; 2 Miskin apabila nilai per kapita per tahun lebih rendah dari pada nilai tukar 320 beras untuk pedesaan dan 480 kg beras untuk daerah kota; 3 Miskin sekali apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 240 kg beras untuk pedesaan dan 360 kg beras untuk daerah kota; 4 Paling miskin apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah nilai tukar 180 kg beras untuk pedesaan dan 270 kg untuk daerah kota. Menurut Sobari dan Suswanti 2007, konsep kemiskinan menurut Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah didasarkan pada kebutuhan sembilan bahan pokok dalam setahun, yaitu 100 kg beras, 15 kg ikan asin, 6 kg gula pasir, 6 kg minyak goreng, 9 kg garam, 60 liter minyak tanah, 20 batang sabun, 4 meter tekstil kasar, dan 2 meter batik kasar. Kriteria kemiskinan berdasarkan parameter di atas adalah: 1 Tidak miskin apabila konsumsi per kapita per tahun di atas 200 dari total 9 bahan pokok; 2 Hampir miskin apabila konsumsi per kapita per tahun di atas 126-200 dari total 9 bahan pokok; 3 Miskin apabila konsumsi per kapita per tahun di atas 75-125 dari total 9 bahan pokok; dan 4 Miskin sekali apabila konsumsi per kapita per tahun di atas 75 dari total 9 bahan pokok. Tingkat kesejahteraan sosial diukur dengan pendekatan pengeluaran rumah tangga yang didasarkan pada pola pengeluaran untuk pangan, barang dan jasa, rekreasi, dan perlengkapan rumah tangga. Penilaian terhadap kondisi perumahan didasarkan pada jenis dinding rumah, jenis lantai, jenis atap serta status kepemilikan BPS 1991. Tingkat kesejahteraan sosial ini berkaitan langsung dengan tingkat pendapatan nelayan dan merupakan bentuk yang nampak dari