Prevalensi Hipodonsia, Mikrodonsia dan Taurodonsia pada

BAB 5 PEMBAHASAN

Sampel pada penelitian ini adalah penderita Down syndrome di Sekolah Luar Biasa Pembina yang berada di Jl. Karya Ujung yaitu. Sampel penelitian pertama kali diidentifikasi dengan bantuan guru sekolah dan orang tua serta dilihat lagi melalui gambaran klinis seorang penderita Down syndrome, seperti lipatan Simian pada telapak tangan, lidah yang mengalami makroglosia dan strabismus pada mata. Kemudian sampel yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan foto rontgen panoramik untuk mengetahui adanya dental anomaly, seperti hipodonsia, mikrodonsia, dan taurodonsia. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 12 orang atau sebanyak 299 gigi. Hasil penelitian pada penderita Down syndrome di Sekolah Luar Biasa Pembina Medan menunjukkan bahwa prevalansi dental anomaly tertinggi adalah taurodonsia, setelah itu mikrodonsia dan selanjutnya hipodonsia. Pada penelitian ini, taurodonsia paling banyak yang terdapat pada gigi geligi penderita Down syndrome dengan hasil persentase 20.40 atau sebanyak 61 gigi. Gigi molar satu permanen rahang atas adalah gigi yang paling sering terjadi taurodonsia dengan hasil persentase 22.95 yaitu sebanyak 14 gigi, dan gigi molar satu rahang bawah dengan hasil persentase 21.31 yaitu sebanyak 13 gigi. Mellara T S et al 2011 mengatakan bahwa taurodonsia adalah dental anomaly yang biasanya terjadi pada penderita Down syndrome disebabkan oleh kurangnya aktivitas mitotik sel pada perkembangan pertumbuhan gigi geligi. 3 Taurodonsia ditandai dengan pembesaran kamar pulpa yang bisa terlihat dari radiografi panoramik. 19 Hasil ini sesuai dengan penelitian Moraes MEL et al 2007 yang mendapatkan hasil bahwa frekuensi terjadinya taurodonsia pada Down syndrome paling tinggi dengan persentase 85.71. 4 Berbeda dengan hasil penelitian, Park et al 2006 mengatakan bahwa gigi molar satu rahang bawah adalah gigi yang paling sering terkena taurodonsia pada pasien non-sindromik di Korea. 19 Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor sindromik pada individu Down syndrome. Penelitian ini membuktikan bahwa mikrodonsia adalah dental anomaly kedua tertinggi yang terjadi pada penderita Down syndrome dengan hasil persentase 18.06 yaitu sebanyak 54 gigi. Gigi yang paling banyak terkena mikrodonsia adalah gigi insisivus sentralis permanen rahang bawah dengan hasil persentase 27.78 yaitu 15 dari 54 gigi, dan insisivus lateralis rahang bawah dengan hasil persentase 14.81 yaitu 8 dari 54 gigi. Mikrodonsia pada gigi desidui atau permanen ditandai dengan diameter gigi yang kecil atau berbentuk ”peg shape”. 18 Hasil ini sesuai dengan penelitian Mellara T S et al 2011 yang juga mendapati mikrodonsia sebagai dental anomaly kedua tertinggi pada penderita Down syndrome dengan persentase 9.4. Berbeda dengan hasil penelitian, Gupta S et al 2012 menyatakan bahwa mikrodonsia lebih sering terjadi pada gigi-geligi rahang atas dibandingkan rahang bawah. 23 Ini mungkin ada hubungannya dengan faktor penyebab terjadinya mikrodonsia. Faktor genetik dan faktor lingkungan dapat menyebabkan terjadinya mikrodonsia. 23 Penelitian sebelumnya dilakukan di negara lain, terjadi mungkin karena faktor lingkungan yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi terjadinya mikrodonsia. Selain itu, penelitian ini dilakukan pada penderita Down syndrome yang tidak diketahui sejarah genetiknya sehingga mungkin mengalami dan mempengaruhi terjadinya mikrodonsia. Hasil penelitian ini membuktikan hipodonsia adalah dental anomaly yang paling rendah didapatkan pada penderita Down syndrome dengan hasil persentase 1.00 yaitu sebanyak 3 gigi. Dua diantaranya adalah gigi insisivus lateral pada rahang bawah yaitu 66.67 dan satu pada gigi insisivus lateral rahang atas yaitu 33.33. Hasil ini berbeda dengan penelitian Mellara TS et al 2011 yang mendapatkan hasil bahwa hipodonsia adalah anomali tertinggi pada penderita Down syndrome di Brazil dengan persentase 35.4. Bagaimanapun, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Mellara TS et al 2011 yang mengatakan bahwa hipodonsia sering terjadi pada gigi insisivus lateral rahang atas dan rahang bawah. 3