85
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL
Pada awal penelitian ini, telah diuji coba beberapa jenis bahan pengental yang biasa digunakan dalam makanan untuk diaplikasikan ke dalam pembuatan
gel bioetanol. Beberapa jenis bahan pengental tersebut adalah Natrium Alginat, Guar Gum, Karagenan dan CMC. Sampel awal dibuat sebanyak empat formula
dengan menggunakan bahan pengental yang berbeda dengan masing-masing sampel bervolume 100 ml. konsentrasi bahan pengental yang digunakan adalah
0,75 bv atau 0,75 gram bahan pengental dalam 100 ml larutan gel bioetanol, sedangkan konsentrasi etanol yang digunakan adalah 70 vv dengan
penambahan air aquades. Konsentrasi 0,75 bv CMC digunakan dalam penelitian tahap satu ini
karena konsentrasi tersebut adalah konsentrasi umum yang digunakan pada makanan. Konsentrasi CMC yang biasa diaplikasikan ke dalam makanan sebagai
penstabil atau pengental adalah antara 0,75 sampai 1,1 Murray, 2000. Pada Gambar 11 diperlihatkan penampakan gel bioetanol dengan menggunakan
beberapa bahan pengental.
a b c d
Gambar 11. Penampakan gel bioetanol dengan menggunakan beberapa bahan pengental, a guar gum, b Natrium Alginat, c Karagenan, dan d
CMC.
86 Dari hasil pembuatan gel bioetanol dengan guar gum a dan natrium
alginat b pada gambar diatas dapat dilihat bahwa terjadi pemisahan fase cair dan padat gel bioetanol. Hal ini dapat terjadi dikarenakan perbedaan kepolaran antara
bahan pengental tersebut dengan bioetanol. Guar gum dan natrium alginat pada umumnya digunakan sebagai bahan pengental untuk makanan yang berbasis air,
dimana air merupakan senyawa yang polar sempurna. Menurut Nussinovitch 1997, alginat dapat berbentuk asam alginat ataupun kalsium alginat yang
garamnya tidak larut dalam air pada konsentrasi tertentu. Lebih lanjut menurut Nussinovitch 1997, pelarut yang sangat baik bagi guar gum adalah air,
sedangkan pelarut organik akan menghambat kelarutannya. Berbeda dengan air, etanol memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dari air karena pada molekul
etanol terdapat rantai alkil yang bersifat non polar dan juga terdapat gugus hidroksi yang bersifat polar O’Leary, 1976, sehingga bioetanol bersifat semi
polar. Bahan pengental seperti guar gum dan natrium alginat tidak dapat menyatu dengan bioetanol meskipun pada awal proses pembuatan telah dicampur terlebih
dahulu dengan air aquades. Untuk gel bioetanol dengan menggunakan karagenan dan CMC dapat
menghasilkan bentuk yang homogen. Hasil pencampuran antara bioetanol dengan karagenan dan CMC dapat meningkatkan kekentalan larutan. Namun dari
penampakan dapat dilihat bahwa gel bioetanol dengan CMC menghasilkan gel yang lebih jernih dan transparan dibandingkan gel bioetanol dengan karagenan.
Menurut Glicksman 1969, pelarut organik seperti metanol, etanol, aseton dan gliserin memperlambat kelarutan dari karagenan sehingga kelarutannya menjadi
tidak sempurna yang kemudian akan mencegah terjadinya hidrasi penyerapan air oleh molekul polimer dan pelarutan karagenan. Selain itu, pembuatan gel
bioetanol dengan menggunakan karagenan harus menggunakan air panas dengan suhu diatas 75
o
C Glicksman, 1969. Berbeda dengan karagenan, pembuatan gel bioetanol dengan CMC dapat
dilakukan dengan menggunakan air dingin karena CMC juga dapat larut di air dingin Murray, 2000. Berdasarkan hal tersebut, pembuatan gel bioetanol dengan
menggunakan air dingin dapat mengurangi penguapan bioetanol pada saat proses produksinya sehingga kehilangan etanol akibat panas pada saat pembuatan dapat
87 dikurangi.
Selain itu, sampel gel bioetanol dengan menggunakan karagenan cenderung mengalami sineresis pada saat penyimpanan, sedangkan gel bioetanol
dengan menggunakan CMC semakin baik konsistensinya selama penyimpanan. Hal ini karena bentuk larutan CMC menghasilkan gel yang bersifat pseudoplastis,
yaitu bentuk jernih yang akan berkurang viskositasnya jika mengalami gaya gunting shear forces, namun akan meningkat viskositas jika didiamkan dan
disimpan tanpa pengadukan terus menerus Nevell dan Zerogian, 1985. Dengan demikian bahan pengental yang tepat digunakan untuk formulasi gel bioetanol
adalah CMC dan akan digunakan untuk pengujian selanjutnya.
B. PENENTUAN KONSENTRASI BIOETANOL