77
III.
METODE PENELITIAN
A. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan untuk pembuatan gel bioetanol adalah handmixer, penangas air, dan gelas ukur. Alat yang digunakan untuk uji antara lain adalah
Bomb Calorimeter, Brookfield Viscousimeter, Thermometer, kompor bioetanol dan cawan proselen. Bahan yang digunakan adalah bioetanol 99, air aquades,
Carboxymethylcellulose CMC Daichi, Natrium Alginat, Guar Gum dan Karagenan. Bahan-bahan yang digunakan diperoleh dari Toko Kimia Setia Guna
dan Toko Kimia Brataco Chemical, Bogor.
B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus 2009, bertempat di Laboratorium Dasar Ilmu Terapan LDIT, Departemen Teknologi Industri
Pertanian TIN, FATETA, IPB dan Laboratoriun Analitik Departemen Kimia, Institut Teknologi Bandung.
C. TATA LAKSANA PENELITIAN
Pada awal penelitian, pembuatan sampel gel bioetanol dilakukan dengan skala 100 ml sebagai penelitian pendahuluan. Sebelum dicampur dengan
bioetanol, bahan pengental terlebih dahulu dilarutkan dalam air aquades karena bahan pengental tidak dapat larut ke dalam bioetanol secara langsung.
Pengadukan dilakukan dengan kecepatan minimal 1500 rpm selama 20-30 menit agar campuran gel bioetanol benar-benar homogen. Diagram alir pembuatan gel
bioetanol dapat dilihat pada Gambar 4.
78 Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Gel Bioetanol
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu 1 penentuan jenis bahan pengental yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan gel bioetanol, 2
penentuan konsentrasi bioetanol yang terbaik untuk menghasilkan gel bioetanol yang homogen dan jernih, 3 penentuan formulasi bahan pengental dan
konsentrasi bioetanol yang terbaik untuk pembuatan gel bioetanol. Diagram alir tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Diagram Alir Tahapan Penelitian Mulai
Selesai Penentuan Jenis Bahan Pengental
Penentuan Konsentrasi Bioetanol Penentuan Formulasi Konsentrasi Bioetanol dan Bahan Pengental
Pencampuran, 1500 rpm, 20 menit
Pencampuran, 1000 rpm, 5 menit
Air Aquades
Gelling Agent
Bioetanol 95
Larutan Gelling Agent dan air
Gel Bioetanol
79
1. Penentuan Jenis Bahan Pengental
Bahan pengental tidak dapat langsung larut dalam bioetanol sehingga harus dilarutkan terlebih dahulu ke dalam air aquades dan kemudian baru
ditambahkan larutan bioetanol. Dari keempat jenis bahan pengental yang digunakan Natrium alginat, guar gum, karagenan dan CMC, dipilih
campuran yang homogen tidak mengendap dalam bioetanol dan digunakan untuk penelitian selanjutnya. Masing-masing sampel dibuat sebanyak 100 ml
dengan konsentrasi bioetanol 70 dengan konsentrasi bahan pengental 0,75 bv.
2. Penentuan Konsentrasi Cairan Bioetanol
Setelah didapat jenis bahan pengental yang larut dalam campuran air- bioetanol, bahan pengental tersebut selanjutnya diujicobakan untuk
mengentalkan dalam beberapa konsentrasi bioetanol, yaitu bioetanol 60, 70 dan 80. Dari masing-masing konsentrasi tersebut kemudian dipilih
konsentrasi campuran air-bioetanol-bahan pengental yang menghasilkan gel
bioetanol paling jernih dan homogen.
3. Penentuan Formulasi Bahan Pengental dan Bioetanol
Dari jenis bahan pengental dan konsentrasi bioetanol yang terbaik dibuat beberapa sampel dengan perlakuan beberapa konsentrasi bahan
pengental terpilih. Setiap sampel perlakuan gel bioetanol kemudian dilakukan pengujian terhadap nilai kalor calorific value, Water Boiling Test WBT,
viskositas dan residu pembakaran. Nilai kalor yang baik untuk gel bioetanol untuk bahan bakar adalah mendekati 16,4 MJkg Robinson, 2006.
D. PROSEDUR PENGUJIAN
Penentuan formulasi terbaik untuk pembuatan gel bioetanol dilakukan dengan pengujian nilai kalor, viskositas, Water Boiling Test WBT dan residu
pembakaran. Penjabaran dari masing-masing pengujian adalah sebagai berikut.
80
1. Uji Viskositas
Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan gel bioetanol. Alat yang digunakan adalah Brookfield Viscousimeter Gambar 6.
Tingkat kekentalan gel bioetanol akan berpengaruh terhadap aplikasinya sebagai bahan bakar rumah tangga. Viskositas gel bioetanol yang diinginkan
adalah kekentalan yang menyerupai pasta dan masih dapat mengalir. Diagram alir uji viskositas diperlihatkan pada Gambar 7.
Gambar 6. Alat Brookfield Viscousimeter
Gambar 7. Diagram Alir Uji Viskositas Gel Bioetanol Jarum pemutar dimasukkan dalam sampel
Skala dibiarkan berputar Gel Bioetanol 600 ml
Jarum skala stabil
Nilai Viskositas
81
2. Nilai pH
Pengujian nilai pH dilakukan untuk mengetahui derajat keasaman campuran gel bioetanol. Alat yang digunakan untuk pengujian ini adalah pH meter
Beckman. Gambar 8 adalah gambar alat pHmeter Beckman.
Gambar 8. Alat pHmeter Beckman.
3. Nilai Kalor
Pengujian nilai kalor dilakukan untuk mengetahui tingkat panas yang dihasilkan oleh setiap sampel gel bioetanol dalam satuan kalori cal. Untuk
mengukur nilai kalor, gel bioetanol dibakar di dalam Adiabatic Bomb Calorimeter Gambar 9 dimana produk pembakaran kemudian didinginkan
kembali hingga suhu ruang. Energi yang digunakan untuk mendinginkan produk pembakaran setara dengan energi yang tersedia dalam bahan bakar
Robinson, 2006.
Gambar 9. Alat Adiabatic Bomb Calorimeter
82
4. Water Boiling Test WBT
Pada dasarnya Water Boiling Test WBT mengukur efisiensi suhu dari kompor bioetanol dan konsumsi spesifik bahan bakar pada kondisi minimum
dan maksimum. Robinson 2006 menjelaskan bahwa untuk melakukan WBT, kompor diuji dari keadaan dingin dan selanjutnya kompor diisi dengan bahan
bakar tertentu yang ingin duji. Kompor dinyalakan untuk mendidihkan sejumlah air.
Menurut Yunita 2007, pengukuran WBT dilakukan untuk mengetahui efisiensi proses pemasakan, energi panas yang dihasilkan serta konsumsi bahan
bakar yang digunakan per satuan waktu. Prosedur untuk melakukan Water Boiling Test WBT adalah sebagai berikut Modifikasi dari Yunita, 2007.
a. Satu kilogram air dimasukkan ke dalam panci yang akan digunakan
untuk mendidihkan air. b.
Termometer alkohol dimasukkan kedalam panci yang telah diisi air. c.
Massa awal bahan bakar ditimbang terlebih dahulu dan dimasukkan ke dalam tanki kompor. Kemudian tanki kompor ditutup rapat.
d. Massa kompor yang telah diisi dengan bahan bakar ditimbang sebagai
bobot awal. e.
Kompor dinyalakan untuk mendidihkan air dalam panci dan diamati perubahan dan penampakan nyala api yang terjadi.
f. Pengujian dihentikan bila air telah mencapai suhu mendidih. Suhu air
kemudian dibaca dan bobot akhir kompor dan sisa bahan bakar ditimbang sebagai bobot akhir dan sisa pembakaran.
Mengadopsi dari WBT, pada penelitian ini akan dididihkan satu liter air yang bersuhu ruang hingga 100
o
C dan berapa waktu yang diperlukan untuk mendidihkan air tersebut. Selanjutnya pendidihan terus dilakukan hingga satu
liter habis menguap dan kemudian akan dihitung jumlah gel bioetanol yang diperlukan untuk menguapkan satu liter air tersebut. Gambar 10 menunjukkan
perangkat untuk pengujian Water Boiling Test WBT.
83 Gambar 10. Perangkat Pengujian Water Boiling Test WBT
5. Uji Pembakaran Modifikasi dari Robinson, 2006
Uji pembakaran dilakukan untuk mengetahui efisiensi pembakaran gel bioetanol. Sekitar 10 gram gel bioetanol dibakar di cawan porselen tahan panas.
Dari hasil pembakaran tersebut dihitung sisa pembakaran dan lama api menyala saat gel bioetanol terbakar. Rincian uji pembakaran ini adalah sebagai berikut.
a. Cawan alumunium bersih dengan luas permukaan atasnya seluas 22,1
cm
2
ditimbang bobotnya dan dinyatakan sebagai bobot wadah. b.
Kemudian ke dalam cawan alumunium ditambahkan kurang lebih 10 gram gel bioetanol dan ditimbang bobotnya. Bobot ini disebut dengan
bobot isi. c.
Gel bioetanol yang terdapat di dalam cawan alumunium dibakar dan apinya dibiarkan menyala hingga padam. Waktu dihitung dari awal
pembakaran hingga api sudah tidak dapat menyala lagi. Waktu tersebut adalah waktu pembakaran.
d. Selanjutnya, cawan alumunium yang berisi sisa pembakaran gel
bioetanol ditimbang kembali dan dicatat sebagai bobot akhir. Perhitungan residu pembakaran adalah sebagai berikut.
100 Re
x Isi
bobot awal
bobot akhir
bobot pembakaran
sidu
Panci Aluminium
Kompor Bioetanol
84
6. Specific Fuel Consumption SFC
Specific Fuel Consumption SFC adalah jumlah bahan bakar yang digunakan untuk mendidihkan satu liter untuk kondisi uji pada suhu ruang yang
diukur dalam satuan gram. Menurut Robinson 2006, secara umum, semakin tinggi efisiensi termal dari sebuah kompor, semakin rendah nilai SFC bahan
bakar tersebut.
E. RANCANGAN PERCOBAAN
Pada penelitian ini, rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap RAL Faktorial. Faktor yang digunakan adalah
konsentrasi CMC 0,75; 1,00dan 1,25 dan konsentrasi bioetanol 55, 65 dan 75. Dengan demikian terdapat sembilan unit perlakuan dengan dua kali
ulangan. Rincian formula gel bioetanol yang dibuat sebagai berikut Tabel 3. Tabel 3. Rincian Formulasi Gel Bioetanol
Konsentrasi CMC Konsentrasi Bioetanol
55 65
75 0,75
A1B1 A2B1
A3B1 1,00
A1B2 A2B2
A3B2 1,25
A1B3 A2B3
A3B3 Model yang digunakan untuk desain tersebut adalah sebagai berikut
Walpole, 1992. Yijk = µ + Ai + Bj + ABij + εkij
Dimana: A
= Pengaruh konsentrasi CMC taraf ke-i i= 0,75; 1 dan 1,25 B
= Pengaruh konsentrasi bioetanol taraf ke-j j= 55, 65 dan 75. ABij = Pengaruh Interaksi faktor A taraf ke-i dengan faktor B taraf ke-j.
εkij = Pengaruh acak antara faktor A taraf ke-i dan faktor B taraf ke-j pada ulangan ke-k k=1,2.
Pengolahan data awal adalah Analisis Ragam ANOVA dari data yang diperoleh untuk mengetahui signifikansi pengaruh konsentrasi CMC dan
konsentrasi bioetanol terhadap viskositas, Water Boiling Test WBT, Specific Fuel Consumption SFC dan residu pembakaran.
85
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL