BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari hingga Juni 2009 dengan rincian waktu penelitian terdapat pada Lampiran 3. Penelitian dilakukan di
Laboratorium Biokomposit, Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Laboratorium Peningkatan Mutu, Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu
Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, dan Seafast Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah partikel sekam padi kasar Oryza sativa Linn dan serbuk sekam ukuran 20 - 40 mesh, semen portland
sebagai perekat, kalsium klorida CaCl
2
sebagai katalis dan air. Alat-alat yang digunakan adalah hammer mill, saringan, ember, timbangan
elektrik, plastik, oven, sprayer, gelas plastik, wadah plastik, lakban, plastik cor, plat besi dan mur-nya, plat seng, cetakan kayu 30 cm x 30 cm, desikator, kaliper,
mesin kempa, circular saw, kertas label, Universal Testing Machine merk Instron, kamera, alat tulis, dan program SAS 1997.
3.3
Prosedur Penelitian 3.3.1
Pembuatan Papan Semen
Ukuran papan semen yang dibuat adalah 30 cm x 30 cm x 1 cm dengan kerapatan sasaran 1,2 gcm
3
. Proses pembuatan papan semen adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan Partikel
Partikel sekam kasar dari limbah penggilingan padi serta serbuk sekam berukuran 20 – 40 mesh.
b. Perendaman Partikel
Partikel sekam kasar diberi perlakuan pendahuluan berupa perendaman dalam air dingin selama 24 jam. Partikel yang sudah direndam kemudian
diangin-anginkan sampai kadar air sekam setelah perendaman kurang dari air yang ditambahkan dalam campuran papan semen.
c. Pembuatan papan semen
Papan semen dibuat dengan menggunakan partikel sekam padi yang sudah direndam dalam air dingin selama 24 jam dan serbuk untuk
lapisan permukaan dengan perbandingan antara serbuk : semen adalah 1,00 : 13,33. Untuk mengetahui pengaruh peningkatan kadar semen
terhadap sifat papan yang dihasilkan maka penelitian ini menggunakan 3 perlakuan dengan perbandingan sekam : semen : air yaitu A = 1,00 :
2,75 : 1,38 ; B = 1,00 : 3,00 : 1,50, dan C = 1,00 : 3,25 : 1,63. Setiap perlakuan dilakukan penambahan katalis CaCl
2
2 dari berat total
papan semen. Untuk masing-masing kombinasi perlakuan dibuat 3 ulangan.
Gambar 1 Proses Pembuatan Papan Semen. Proses pembuatan papan antara lain: 1 Partikel sekam yang telah
dipersiapkan disemprot dengan menggunakan larutan katalis seperti terlihat pada Gambar 1, adonan diaduk sampai kadar air partikel sekam
merata di seluruh bagian kemudian ditaburkan semen ke dalam adonan dan diaduk sampai rata. 2 Pembuatan lembaran lapik dilakukan di atas
plat besi yang dilapisi dengan plastik cor agar papan semen mudah diangkat dari plat besi. Pembuatan lembaran dilakukan dengan
menggunakan cetakan 30 cm x 30 cm. Lapik diberi tekanan awal pre press setelah itu cetakan diangkat. Bagian atas lapik dilapisi plastik
coran dan diletakkan plat besi pasangan di atasnya. 3 Lapik yang ada pada plat besi dimasukkan ke dalam mesin kempa dingin dengan
Pengujian 1
2 3
4
5 6
7
tekanan spesifik 35 kgfcm² sampai ketebalan 1 cm dan baut dikencangkan pengkleman. 4 Setelah klem plat besi yang berisi lapik
dioven selama 24 jam dengan suhu 60°C. 5 Lembaran lapik dikeluarkan dari plat besi dan dibiarkan pada suhu ruangan untuk
pengerasan lanjutan curing selama 2 minggu. 6 Setelah itu lembaran lapik dimasukkan ke dalam oven suhu 80°C selama 10 jam.
7 Lembaran lapik dibiarkan selama 2 minggu pada suhu kamar untuk menyamakan suhu panil dengan suhu ruangan.
Proses pembuatan papan semen secara skematis ditampilkan pada Gambar 2.
Gambar 2 Alur Proses Pembuatan Papan Semen.
KATALIS AIR
PARTIKEL SEKAM SEMEN
PENCAMPURAN PEMBENTUKAN
LEMBARAN PRESSING
Tekanan 35 kgfcm²
PENGERASAN AWAL
Setting ± 60°C, 24 jam
PENGERASAN LANJUTAN
Hardening 2 minggu, suhu kamar
PENGERINGAN
Suhu 80°C, 10 jam
PENGKONDISIAN
2 minggu
PENGUJIAN
3.3.2 Pengujian Papan Semen
a. Penyiapan Contoh Uji Papan semen yang sudah mendapat perlakuan pengkondisian kemudian
dipotong untuk diuji sifat fisis dan mekanisnya, meliputi kadar air, kerapatan, pengembangan tebal linear, penyerapan air, modulus of
rupture MOR, modulus of elasticity MOE, internal bond IB, dan kuat pegang sekrup dengan menggunakan standar JIS A 5908 1994.
Gambar 3 Pola Pemotongan Contoh Uji Menurut JIS A 5908 1994. Keterangan :
1. Contoh uji kerapatan dan kadar air, berukuran 10 cm x 10 cm
2. Contoh uji pengembangan linear, tebal dan daya serap air,
berukuran 5 cm x 5 cm 3.
Contoh uji modulus patah dan modulus elastisitas, berukuran 5 cm x 20 cm
4. Contoh uji keteguhan rekat internal bond, berukuran 5 cm x 5 cm
5. Contoh uji kuat pegang sekrup, berukuran 4 cm x 7,5 cm
b. Pengujian Papan Semen 1.
Sifat Fisis Papan Semen a. Kerapatan
Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm x 1 cm dalam keadaan kering udara ditimbang beratnya, lalu diukur rata-rata panjang, lebar,
30 cm 30 cm
2 2
3 3
4 4
5 5
1
1
dan tebal untuk menentukan volume. Jumlah contoh uji kerapatan tiap papan adalah 2 buah. Kerapatan papan semen dihitung m
enggunakan rumus:
b. Kadar Air Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm x 1 cm ditimbang untuk
mendapatkan berat awal BA, kemudian dioven dengan suhu 103 ± 2°C selama 24 jam sampai beratnya konstan. Nilai kadar air
papan dapat dihitung dengan rumus :
100 Keterangan :
BA : Berat awal gr
BKO : Berat kering oven gr
c. Pengembangan Linear dan Tebal Contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm x 1 cm diukur dimensinya
pada kondisi kering udara. Dimensi lebar diukur pada kedua sisinya kemudian dirata-ratakan D
1
, sedangkan tebal diukur pada pusat contoh uji. Selanjutnya contoh uji direndam dalam air dingin selama
2 jam dan 24 jam, kemudian diukur kembali dimensinya D
2
. Nilai pengembangan tebal dan linear papan dapat dihitung dengan rumus:
₁ ₀
₀ 100
Keterangan: D
: Dimensi awal cm D
1
: Dimensi setelah perendaman cm
d.Daya Serap Air Pengujian daya serap air dilakukan bersamaan dengan
pengujian pengembangan linear dan tebal. Contoh uji ditimbang kemudian direndam dalam air dingin selama 2 jam dan
24 jam, kemudian contoh uji ditimbang kembali. Nilai daya serap dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
₂ ₁
₁ 100
Keterangan: B
1
: Berat contoh uji sebelum perendaman gr B
2
: Berat contoh uji setelah perendaman gr 2.
Sifat Mekanis Papan Semen a. Keteguhan Lentur atau Modulus of Elasticity MOE
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Universal Testing Machine
UTM merk
Instron. Contoh
uji berukuran
5 cm × 20 cm × 1 cm pada kondisi kering udara dibentangkan dengan jarak sangga 15 cm seperti terlihat pada Gambar 3.
Pembebanan dilakukan di tengah-tengah jarak sangga. Kemudian ukur besarnya beban yang mampu ditahan oleh contoh uji tersebut
sampai batas proporsi. Pada pengujian ini kecepatan pembebanan sebesar 6 mmmenit. Nilai MOE dihitung dengan rumus:
∆ ³ 4∆ ,³
Keterangan : MOE
: Modulus of Elasticity kgfcm
2
∆ P
: perubahan beban yang digunakan kgf L
: jarak sangga cm ∆
y : perubahan defleksi setiap perubahan beban cm
b : lebar contoh uji cm
h : tebal contoh uji cm
Keterangan : P = Beban
L = Panjang bentang b. Keteguhan Patah atau Modulus of Rupture MOR
Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat Universal Testing Machine UTM merk Instron. Contoh uji berukuran
5 cm x 20 cm x 1 cm pada kondisi kering udara dibentangkan dengan jarak sangga 15 kali tebal nominal, tetapi tidak kurang dari 15 cm
seperti tertera pada gambar 3 dan kemudian pembebanan dilakukan di tengah-tengah jarak sangga. Pada pengujian ini, pembebanan pada
pengujian MOE dilanjutkan sampai contoh uji mengalami kerusakan patah dengan kecepatan pembebanan 6 mmmenit. Nilai MOR
dihitung dengan menggunakan rumus:
- 3
2 ,² Keterangan:
MOR : Modulus patah kgfcm²
P : Beban sampai patah kgf
L : Panjang bentang cm
b : Lebar contoj uji cm
h : Tebal contoh uji cm
Gambar 4 Pengujian MOE dan MOR. P
L2 L2
L = 15 cm Contoh Uji
c. Keteguhan Rekat Internal Internal Bond Contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm x 1 cm direkatkan pada
dua buah median blok besikayu dengan menggunakan perekat epoxy Gambar 4 dan dibiarkan mengering selama 24 jam. Kedua
median ditarik tegak lurus permukaan contoh uji sampai beban maksimum contoh uji rusak. Nilai keteguhan rekat internal dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
1 Keterangan:
IB : Keteguhan rekat internal kgfcm²
P : Beban maksimum saat ikatan partikel lepas kgf
A : Luas permukaan contoh uji cm²
Gambar 5 Pengujian Internal Bond.
d.Kuat Pegang Sekrup Pada titik pertemuan diagonal contoh uji berukuran
4 cm x 7,5 cm x 1 cm dipasang sekrup berdiameter 3,1 mm dan panjang 13 mm hingga kedalaman 8 mm. Sekrup kemudian ditarik
ke atas hingga beban maksimum yaitu sampai sekrup tercabut. Kuat pegang sekrup dinyatakan oleh besarnya beban maksimum yang
dicapai dalam satuan kg. Posisi sekrup dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.
5 cm Blok kayu
Blok Kayu Contoh Uji
Gambar 6 Pengujian Kuat Pegang Sekrup.
3.4 Metode Analisis Data
Analisis data menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL dengan tiga faktor perlakuan dan enam ulangan. Faktor perlakuan terdiri dari tiga taraf semen
sehingga terdapat 9 papan dengan 18 satuan percobaan.
Model umum rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Dimana: Y ij = Variabel respon pengamatan ke-i ulangan ke-j
= Nilai rata-rata umum
τ
i = Pengaruh perlakuan ke-i
ε
ij = Pengaruh galat kesalahan percobaan perlakuan ke-i ulangan ke-j
i = 2,75 : 1,00 ; 3,00 : 1,00, dan 3,25 : 1,00
j = 1, 2, 3, 4, 5, 6
Pengaruh dari seluruh perlakuan dapat diketahui dengan menggunakan uji F pada taraf 5 . Apabila terdapat pengaruh nyata terhadap peubah yang diamati
dalam sidik ragam maka setiap perlakuan dibandingkan dengan menggunakan uji lanjut Duncan Multiple Range Test DMRT pada taraf kesalahan 5 .
7,5 cm 4 cm
Y ij = +
τ
i +
ε
ij
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sifat Fisis Papan Semen 4.1.1. Kadar Air
Nilai rata-rata kadar air papan semen sekam hasil pengukuran disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7 Respon Peningkatan Kadar Semen terhadap Kadar Air. Pada Gambar 7 diketahui bahwa nilai kadar air papan semen berkisar
antara 8,01 – 9,33 dengan rata-rata 8,53 . Nilai kadar air yang diperoleh lebih rendah dibandingkan papan semen sekam Subagio 1987 yang berkisar
antara 11,49 – 11,64 dengan rata-rata 11,62 . Komposisi semen : sekam yang digunakan Subagio 1987 adalah 1,50 : 1,00 ; 1,75 : 1,00, dan
2,00 : 1,00 dengan nilai kadar air tertinggi terdapat pada komposisi 2,00 : 1,00 dan terendah 1,50 : 1,00. Hal ini disebabkan kadar semen yang
digunakan pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan penelitian Subagio 1987 sehingga papan semen yang dihasilkan lebih padat dengan struktur
yang lebih kompak dan akan memperbaiki stabilitas dimensi papan yang dihasilkan.
Menurut Haligan 1970 dalam Djalal 1986, disamping sifat absorpsi air dari bahan baku yang digunakan dan ketahanan perekat terhadap
3 6
9 12
A B
C
K ad
ar ai
r
Komposisi semen : sekam : air
JIS A5417 1992: 16