Nilai keteguhan patah papan semen yang dihasilkan lebih tinggi dari penelitian Subagio 1987 karena adanya peningkatan kadar semen yang
digunakan. Hal ini menyebabkan ikatan adhesi antara partikel dengan semen semakin kuat. Karena kekompakan ikatan antara partikel dengan semen
semakin erat sehingga nilai modulus patah meningkat dan papan semen semakin stabil Noor 2007.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan peningkatan komposisi semen : sekam sampai dengan 3,25 : 1 menghasilkan nilai keteguhan patah
papan semen yang sama. Nilai keteguhan patah semua papan pada penelitian ini lebih rendah
dibanding nilai yang digunakan perusahaan Bison 90 - 150 kgfcm² dan standar JIS A 5417 1992 yang mensyaratkan 63 kgfcm². Hal ini diduga
disebabkan oleh penyebaran partikel di dalam lembaran kurang merata sehingga terjadi variasi kerapatan di beberapa bagian lembaran dan
banyaknya rongga kosong yang tidak terlapisi sempurna oleh semen sehingga keteguhan lentur papan yang dihasilkan rendah.
4.2.3. Keteguhan Rekat Internal Internal Bond
Keteguhan rekat internal merupakan ukuran tunggal terbaik tentang kualitas pembuatan suatu papan karena menunjukkan kekuatan ikatan antara
partikel-partikel Haygreen Bowyer1989. Nilai rata-rata keteguhan rekat internal papan semen sekam hasil pengukuran disajikan pada Gambar 14.
Gambar 14 Respon Peningkatan Kadar Semen terhadap Keteguhan Rekat Internal IB.
0.0 0.1
0.2 0.3
0.4 0.5
0.6
A B
C
IB k
g f
cm ²
Komposisi semen : sekam : air
Kekuatan rekat internal papan semen yang dihasilkan berkisar antara 0,45078 - 0,58797 kgfcm² dengan rata-rata 0,51533 kgfcm². Penelitian
Heckhel 2007 papan semen acacia menggunakan fly ash sebagai substitusi semen dengan komposisi semen : kayu = 2,50 : 1,00 menghasilkan nilai
rata-rata keteguhan rekat internal yang berkisar antara 1,04 - 2,43 kgcm², nilai keteguhan rekat internal tertinggi terdapat pada taraf substitusi fly ash
0 dan terendah pada taraf substitusi 50 . Nilai keteguhan rekat internal yang dihasilkan pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan penelitian
Heckel 2007. Hal ini diduga disebabkan banyaknya rongga kosong partikel sekam yang tidak terlapisi sempurna oleh semen dan penaburan semen
kurang merata saat proses pencampuran sehingga ikatan antara semen dan sekam menjadi lemah. Dengan makin lemahnya ikatan antara semen dan
sekam, serta daya ikat semen yang semakin rendah sehingga nilai IB juga semakin rendah.
Hasil sidik ragam menunjukkan komposisi A, B, dan C tidak berpengaruh nyata terhadap nilai keteguhan rekat internal papan semen yang
dihasilkan, sehingga untuk efisiensi sebaiknya diambil komposisi A karena nilai yang diperoleh memberikan hasil yang sama. Meskipun demikian dari
Gambar 14 dapat dilihat keteguhan rekat internal papan semen cendrung meningkat dengan bertambahnya kadar semen.
Nilai keteguhan rekat internal semua papan pada penelitian ini lebih rendah dibanding nilai yang digunakan perusahaan Bison 4 - 6 kgfcm².
Standar JIS A5417 1992 tidak mensyaratkan internal bonding. Hal ini menunjukkan masih rendahnya daya ikat perekat dengan bahan baku.
4.2.4. Kuat Pegang Sekrup