air, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi pertambahan kadar air dari papan semen. Faktor-faktor tersebut meliputi: a volume ruang kosong
yang dapat menampung air di antara partikel, b adanya saluran kapiler yang menghubungkan ruang kosong satu sama lainnya, c luas permukaan partikel
dan, d luas permukaan partikel yang tidak dapat ditutupi perekat. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa komposisi A, B, dan C
berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air papan semen yang dihasilkan. Uji lanjut Duncan menunjukkan komposisi A berbeda nyata dengan komposisi B
dan C. Komposisi C mempunyai nilai kadar air terendah tetapi nilai yang dihasilkan tidak berbeda dengan komposisi B sehingga untuk efisiensi
sebaiknya dipilih komposisi B karena dengan meningkatnya kadar semen memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai kadar air papan semen
yang dihasilkan. Nilai kadar air semua papan pada penelitian ini lebih rendah dari
nilai yang digunakan perusahaan Bison karena nilainya tidak lebih dari 12 dan JIS A 5417 1992 yang menetapkan maksimum 16 .
4.1.2. Kerapatan
Kerapatan merupakan faktor penting yang banyak digunakan sebagai pedoman untuk memperoleh gambaran tentang kekuatan dari papan semen
yang diinginkan. Nilai rata-rata kerapatan papan semen sekam disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8 Respon Peningkatan Kadar Semen terhadap Kerapatan. 0.0
0.2 0.4
0.6 0.8
1.0 1.2
1.4
A B
C
K erap
at an
g cm
³
Komposisi semen : sekam : air
JIS A5417 1992: 0,8 gcm³
Nilai kerapatan papan semen sekam pada penelitian ini berkisar antara 1,15 – 1,26 gcm³ dengan rata-rata 1,22 gcm³. Kerapatan yang dihasilkan
lebih tinggi dibanding kerapatan papan semen sekam Subagio 1987 yang berkisar antara 0,93 - 1,15 gcm³ dengan rata-rata 1,03 gcm³. Nilai kerapatan
tertinggi papan semen tersebut terdapat pada komposisi semen : sekam = 2,00 : 1,00 dan terendah pada komposisi 1,50 : 1,00. Hal ini dikarenakan
jumlah semen yang digunakan pada penelitian ini lebih tinggi dibanding papan semen sekam Subagio 1987, dengan semakin banyak semen yang
digunakan maka ikatan antar partikel di dalam papan menjadi lebih kompak. Meningkatnya kadar semen menyebabkan ikatan adhesi antara partikel
dengan semen dalam papan semakin erat, keadaan ini mengakibatkan kerapatan papan semakin tinggi Noor 2007.
Sebagian besar kerapatan papan yang dihasilkan lebih tinggi dari target kerapatan yang diinginkan yaitu 1,2 gcm³ kecuali papan dengan
komposisi A. Hal ini diduga disebabkan penyebaran partikel di dalam lembaran kurang merata sehingga terjadi variasi kerapatan di beberapa bagian
lembaran. Akan tetapi, selisih nilai yang dihasilkan tidak terlalu besar yaitu 0,05 gcm³, sehingga untuk produksi papan secara manual tingkat ketelitian
yang dicapai sudah termasuk baik Setyawati Massijaya 2005. Variasi kadar semen berpengaruh terhadap kerapatan papan dimana
semakin sedikit semen yang dicampurkan makin rendah kerapatan papan semen yang dihasilkan. Chew dan Ong 1980 dalam Djalal 1986
membuktikan bahwa MOR, MOE, dan IB meningkat dengan bertambahnya kerapatan lembaran. Lebih jauh Kollmann et al 1975 menambahkan bahwa
daya pegang paku, daya pegang sekrup, dan sifat-sifat mekanik lainnya juga meningkat dengan bertambahnya kerapatan lembaran.
Hasil sidik ragam menunjukkan komposisi A, B, dan C tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kerapatan papan semen yang dihasilkan. Hal
ini menunjukkan nilai kerapatan papan tidak dipengaruhi oleh peningkatan kadar semen. Apabila papan harus dipilih, maka papan dengan kadar semen
paling sedikit yaitu komposisi A yang dipilih karena memberikan hasil yang sama dan dapat menghemat penggunaan semen.
Kerapatan papan semen pada penelitian ini hanya komposisi C yang berada di bawah nilai yang digunakan perusahaan Bison dengan kerapatan
maksimum 1,25 gcm³ dan semua papan semen pada penelitian ini memenuhi JIS A 5417 1992 karena nilai kerapatannya 0,8 gcm³.
4.1.3. Pengembangan Tebal