1987. Struktur lembaran papan semen sekam yang lebih padat akan menyerap air dari lingkungannya lebih sedikit daripada struktur lembaran
yang tidak padat. Menurut Pasaribu 1987, struktur lembaran yang padat erat hubungannya dengan kerapatan. Struktur lembaran papan yang semakin
padat menyebabkan penurunan pengembangan tebal papan semen. Hasil sidik ragam menunjukkan komposisi A, B, dan C tidak
berpengaruh nyata terhadap nilai pengembangan tebal papan semen yang dihasilkan, baik perendaman selama 2 jam maupun setelah perendaman
24 jam. Hal ini menunjukkan nilai pengembangan tebal papan tidak dipengaruhi oleh peningkatan kadar semen, sehingga untuk efisiensi maka
sebaiknya diambil komposisi A karena nilai yang dihasilkan tidak berbeda nyata dengan komposisi B dan C. Meskipun demikian dari Gambar 9 dapat
dilihat pengembangan tebal papan semen cendrung meningkat dengan bertambahnya kadar semen.
Seluruh nilai pengembangan tebal papan pada penelitian ini memenuhi JIS A 5417 1992 yang menetapkan toleransi perubahan dimensi
tebal sebesar 1 mm ± 8,3 untuk panil dengan tebal 12 mm dan lebih bagus dibandingkan Bison dengan nilai maksimum pengembangan tebal 1,3
untuk perendaman 2 jam dan 2 untuk perendaman 24 jam.
4.1.4. Pengembangan Linear
Nilai rata-rata pengembangan linear papan semen sekam setelah perendaman dalam air dingin selama 2 jam dan 24 jam dapat dilihat pada
Gambar 10.
0.0 0.1
0.2 0.3
0.4 0.5
A B
C
Pen g
em b
an g
an L
in ear
Komposisi semen : sekam : air
JIS A5417 1992: ± 10
2 jam 24 jam
Gambar 10 Respon Peningkatan Kadar Semen terhadap Pengembangan Linear.
Nilai pengembangan linear papan semen sekam setelah direndam selama 2 jam berkisar antara 0,21 - 0,32 dengan rata-rata 0,25 dan untuk
perendaman selama 24 jam berkisar antara 0,29 - 0,33 dengan rata-rata 0,31 . Penelitian Sulastiningsih 2008 papan semen manii dengan
menggunakan katalis CaCl
2
5 dari berat semen, nilai pengembangan linear papan yang dihasilkan untuk perendaman selama 24 jam berkisar antara
0,336 - 0,540 dengan rata-rata 0,438 . Nilai pengembangan linear tertinggi pada penelitian tersebut terdapat pada komposisi semen : kayu =
2,40 : 1,00 dan terendah pada komposisi 2,50 : 1,00. Nilai pengembangan linear papan yang dihasilkan pada penelitian ini lebih rendah dari yang
dihasilkan perusahaan Bison dengan nilai maksimum 4 dan papan semen manii Sulastiningsih 2008. Hal ini disebabkan karena kerapatan papan
semen yang dihasilkan 1,22 gcm³ lebih tinggi dari papan semen Sulastiningsih 2008 dengan nilai 1 gcm.
Semakin tinggi nilai kerapatan maka semakin sedikit lembaran papan tersebut menyerap air, perubahan tebal dan linear yang terjadi juga semakin
rendah sehingga stabilitas dimensi akan semakin baik dan memungkinkan penggunaan eksterior untuk bangunan Sugita et al. 2006. Menurut Koch
1985 dalam Riyanto 2003 perubahan dimensi panil dipengaruhi oleh varibel-variabel pengolahan produk itu sendiri, seperti kerapatan bahan baku,
ketebalan partikel, kadar perekat, dan besarnya tekanan kempa yang diberikan pada lapik.
Hasil sidik ragam menunjukkan komposisi A, B, dan C tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai pengembangan linear papan
semen yang dihasilkan baik perendaman selama 2 jam maupun setelah perendaman 24 jam. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan kadar semen
sampai dengan proporsi 3,25 : 1 menghasilkan nilai pengembangan linear yang sama. Papan dengan komposisi 2,75 : 1 adalah proporsi yang efisien
dibandingkan dengan komposisi yang lain. Keseluruhan nilai pengembangan linear papan semen yang
dihasilkan memenuhi JIS A5417 1992 yang menetapkan toleransi
pengembangan linear untuk panil dengan tebal 12 mm sebesar 1 mm ± 8,3.
4.1.5. Daya Serap Air