menggiling partikel sekam terlebih dahulu sebelum pembuatan papan semen dilakukan untuk menghilangkan rongga kosong yang terdapat dalam partikel.
Nilai keteguhan lentur semua papan pada penelitian ini masih rendah dibanding nilai yang digunakan perusahaan Bison 30000 - 50000 kgfcm² dan
juga tidak memenuhi standar JIS A 5417 1992 yang mensyaratkan nilai MOE 24000 kgfcm².
4.2.2. Keteguhan Patah atau Modulus of Rupture MOR
Modulus of Rupture MOR adalah merupakan keteguhan patah dari suatu balok yang dinyatakan dalam besarnya tegangan per satuan luas, yang
mana dapat dihitung dengan menentukan besarnya tegangan pada permukaan bagian atas dan bagian bawah dari balok pada beban maksimum Maloney
1977 dalam Djalal 1984. Nilai rata-rata keteguhan patah papan semen sekam hasil pengukuran terdapat pada Gambar 13.
Gambar 13 Respon Peningkatan Kadar Semen terhadap Keteguhan Patah MOR.
Modulus patah papan semen yang dihasilkan berkisar antara 22,99 - 29,63 kgfcm² dengan rata-rata 27,17 kgfcm. Nilai keteguhan patah
yang diperoleh lebih tinggi dibanding papan semen sekam Subagio 1987 yang berkisar antara 13,55 - 26,37 kgfcm² dengan rata-rata 20,39 kgfcm².
Keteguhan patah papan semen Subagio 1987 tertinggi terdapat pada komposisi semen : sekam = 2,00 : 1,00 dan terendah pada komposisi
1,50 : 1,00. 10
20 30
40 50
A B
C
MO R
k g
f cm
²
Komposisi semen : sekam : air
JIS A5417 1992: 63 kgfcm²
Nilai keteguhan patah papan semen yang dihasilkan lebih tinggi dari penelitian Subagio 1987 karena adanya peningkatan kadar semen yang
digunakan. Hal ini menyebabkan ikatan adhesi antara partikel dengan semen semakin kuat. Karena kekompakan ikatan antara partikel dengan semen
semakin erat sehingga nilai modulus patah meningkat dan papan semen semakin stabil Noor 2007.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan peningkatan komposisi semen : sekam sampai dengan 3,25 : 1 menghasilkan nilai keteguhan patah
papan semen yang sama. Nilai keteguhan patah semua papan pada penelitian ini lebih rendah
dibanding nilai yang digunakan perusahaan Bison 90 - 150 kgfcm² dan standar JIS A 5417 1992 yang mensyaratkan 63 kgfcm². Hal ini diduga
disebabkan oleh penyebaran partikel di dalam lembaran kurang merata sehingga terjadi variasi kerapatan di beberapa bagian lembaran dan
banyaknya rongga kosong yang tidak terlapisi sempurna oleh semen sehingga keteguhan lentur papan yang dihasilkan rendah.
4.2.3. Keteguhan Rekat Internal Internal Bond