Sarana dan prasarana Penyerapan Tenaga Kerja Subsektor Perikanan Di Provinsi Jawa Barat

57 Kegiatan perikanan tangkap membutuhkan adanya pelabuhan perikanan guna mendukung kegiatan usaha perikanan tangkap. Sesuai dengan Permen KP No. 8 tahun 2012 tentang Kepelabuhan Perikanan, dinyatakan bahwa pelabuhan perikanan mempunyai fungsi mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran. Pelabuhan menyediakan berbagai fasilitas untuk mendukung kegiatan perikanan sesuai dengan masing-masing kelasnya. Tempat pendaratan atau p elabuhan perikanan di Provinsi Jawa Barat tersebar di semua kabupatenkota pesisir, baik di bagian utara maupun selatan, dengan rincian sebagai berikut: 6 unit Tempat P elelangan I kan TPI, 56 u nit Pangkalan P endaratan Ikan PPI, 5 unit Pelabuhan Perikanan Pantai PPP dan 2 unit P elabuhan Perikanan N usantara PPN. Saat ini pelabuhan perikanan yang cukup aktif dalam kegiatan pendaratan kapal-kapal penangkap ikan adalah Pelabuhan Cirebon, Pelabuhan Indramayu, Pelabuhan Pangandaran, Pelabuhan Pamanukan, dan Pelabuhan Ratu. Sebagian besar pelabuhan perikanan di Provinsi Jawa Barat berstatus sebagai PPI skala kecil, artinya kapasitas pelabuhan perikanan hanya dapat digunakan oleh kapal-kapal penangkap ikan skala kecil dengan jumlah yang terbatas. Dari segi kapasitasnya, Jawa Barat memiliki 2 PPN, salah satunya adalah PPN Pelabuhan Ratu PPNP. PPNP terletak di kawasan Teluk Pe labuhan Ratu yang diresmikan pada tanggal 18 Februari 1993. Sesuai dengan fungsi pelabuhan, PPNP sebagai prasarana perikanan tangkap yang menunjang kegiatan produksi, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Produksi ikan yang didaratkan di PPNP berasal dari hasil tangkapan kapal- kapal ikan domisili Pelabuhan Ratu dan kapal-kapal ikan pendatang yang diantaranya berasal dari Cilacap, Jakarta dan Binuangeun. Pemasarannya dilakukan dalam bentuk segar maupun olahan ikan asin, ikan pindang, d a n lainnya. Hasil tangkapan Tuna, Tongkol, dan Cakalang TTC merupakan ikan dominan yang didaratkan di PPNP. Untuk memenuhi kebutuhan nelayan dan stakeholder pengguna PPNP, disediakan fasilitas di lokasi PPNP yang terbagi menjadi fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang. Fasilitas pokok terdiri dari areal daratan pelabuhan, dermaga, jetty, breakwater, kolam pelabuhan, alur pelayaran, pencegah benturan kapal, tempat tambat, jembatan, dan jalan. Fasilitas fungsional terdiri dari TPI, pasar ikan, telepon, radio SSB, internet, lampu suar, tangki air, sumber air, pabrik es, gudang es, genset, daya listrik, rumah genset, tanki BBM, tempat pengolahan ikan, cold storage, laboratorium pembinaan dan pengujian mutu hasil perikanan, syahbandar, kantor pengawas perikanan, kendaraan inventaris roda 4, kendaraan inventaris roda 2, garasi mobil, tempat parkir, kapal pengawas, dan tempat pembuangan sampah. Fasilitas penunjang terdiri dari balai pertemuan nelayan, rumah karyawan, mess karyawan, pos jaga, guest house, tempat peribadatan, klinik kesehatan, M a n d i C u c i K a k u s MCK, dan kios IPTEK. Di Provinsi Jawa Barat terdapat 2 pabrik jaring, yaitu PT. Indoneptune Net Manufacturing dan PT. Arteria Daya Mulia Arida. PT. Indoneptune berlokasi di Garut dan Bandung, sedangkan PT. Arida berlokasi di Cirebon. Produk PT. Indoneptune selain dipasarkan lokal juga internasional mencapai 58 negara Jepang. Sementara, PT. Arida memiliki kapasitas produksi sebesar 400 ton per bulan atau 4 800 ton per tahun. Dalam kegiatan operasional yang dilakukan oleh para nelayan khususnya nelayan perikanan tangkap di laut, kebutuhan BBM yang digunakan untuk melaut bagi para nelayan terkadang masih mengalami kesulitan untuk didapatkan. Hal ini disebabkan karena distribusi BBM yang dilakukan oleh Pertamina cukup jauh dari lokasi pelabuhan kapal-kapal ikan dan di lokasi pelabuhan tersebut tidak tersedianya SPBU khusus kapal nelayan, sehingga para nelayan dalam pengadaan BBM tersebut harus mendatangkan dari luar pelabuhan dengan harga yang lebih mahal. Selain BBM, terbatasnya fasilitas sistem rantai dingin atau cold chain system CCS dalam penanganan hasil perikanan laut pun menjadi salah satu permasalahan. Es merupakan salah satu prasarana dalam kegiatan penangkapan ikan untuk menjaga mutu ikan hasil tangkapan. Pada umumnya pabrik es berlokasi dekat dengan pelabuhan, seperti PPNP memenuhi kebutuhan es sebagai salah satu perbekalan nelayan ketika melaut. Jumlah pabrik es yang ada di sekitar PPNP sebanyak 2 perusahaan swasta dan 1 milik PPNP sendiri. Pabrik es milik PPNP hanya ditujukan untuk nelayan kecil dalam bentuk es curah. Sedangkan 2 perusahaan swasta, yaitu pabrik es Sari Petojo dan pabrik es Tirta Jaya, memenuhi permintaan es dari kapal-kapal yang berukuran sedang hingga besar, baik dalam bentuk es curah maupun es balok. Rendahnya kontribusi subsektor perikanan terhadap perekonomian wilayah Provinsi Jawa Barat disebabkan pula karena banyaknya transaksi perikanan yang tidak tercatat sebagai output produksi. Hasil produksi perikanan, terutama perikanan tangkap di laut oleh sebagian nelayan, terutama golongan nelayan skala kecil, dimana hasil tangkapannya dijual kepada pembelikonsumen di wilayah setempat dan sebagian dikonsumsi sendiri, artinya output produksinya tidak diperdagangkan di pasar yang lebih luas. Adapun nelayan yang melaut melalui pelabuhan perikanan, setelah menangkap ikan kemudian mendaratkan dan menjual hasilnya di pelabuhan di luar Provinsi Jawa Barat. Selain itu, hasil penangkapan perikanan di laut oleh sebagian nelayan banyak yang tidak dijual di pasar ikan, melainkan dijual kepada kapal- kapal asing dengan harga yang lebih tinggi di tengah laut. Artinya setelah mendapatkan hasil tangkapannya terutama ikan-ikan ekonomis tinggi, para nelayan tidak mendaratkan ikan-ikannya di pelabuhan Provinsi Jawa Barat atau pelabuhan di luar Jawa Barat, melainkan menjualnya langsung di tengah laut kepada kapal-kapal asing dengan harga yang lebih tinggi. Sarana dalam budidaya ikan di air laut dibutuhkan areal pemeliharaan yang memiliki kondisi fisik sesuai untuk habitat sumber daya. Budidaya ikan di air laut yang ada di Provinsi Jawa Barat berada di perairan selatan dan utara. Pada perairan selatan budidaya ikan dengan media air laut berada di Kabupaten Sukabumi, sementara di perairan utara berada di Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Bekasi, dan Kota Cirebon. Areal pemeliharaan terbesar untuk perikanan budidaya laut berada di Kabupaten Cirebon dengan jenis sumber daya kerang hijau. Perkembangan luas areal pemeliharaan yang digunakan pada perikanan budidaya di Provinsi Jawa Barat selama 5 tahun terakhir disajikan pada Tabel 22. 59 Tabel 22 Perkembangan luas areal pe m e l iha ra a n yang digunakan pada perikanan budidaya di Provinsi Jawa Barat tahun 2009-2013 Sumber: DKP Jabar 2014a Salah satu sarana dalam budidaya ikan di air payau dan air tawar adalah pakan. Pakan yang digunakan pada budidaya ikan air payau adalah ikan rucah, pelet dan dedak. Di Provinsi Jawa Barat penggunaan pakan pada umumnya adalah pelet. Walaupun pada beberapa lokasi budidaya menggunakan modifikasi dari beberapa jenis pakan. Penggunaan pelet terjadi pada hampir seluruh lokasi pembudidaya ikan air payau di Jawa Barat sedangkan penggunaan ikan rucah hanya berada di Kabupaten Subang. Penggunaan dedak dilakukan di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Karawang. Penggunaan pakan pada perikanan budidaya air tawar terdiri dari ikan rucah, pelet, dedak dan lainnya. Pada kolam, karamba, sawah dan KJA semua jenis pakan dimanfaatkan, sedangkan pada K A D tidak menggunakan pakan dari ikan rucah. Pada perikanan budidaya air tawar dengan media kolam, karamba dan KAD penggunaan pelet sebagai pakan sangat dominan dibandingkan dengan jenis pakan lainnya. Sementara pada budidaya ikan air tawar dengan media sawah dan KJA lebih dominan menggunakan jenis pakan dedak. Sarana lain yang digunakan untuk peningkatan jumlah produksi pada perikanan budidaya air payau dan air tawar adalah pupuk organik maupun a n organik dan kapur. Untuk budidaya air payau, penggunaan pupuk organik m a u p u n a n o r g a n i k terbanyak terdapat di Kabupaten Karawang, sedangkan penggunaan kapur terbanyak terdapat di Kabupaten Bekasi. Untuk budidaya air tawar, penggunaan pupuk dan kapur di Provinsi Jawa Barat dilakukan pada budidaya air tawar di kolam dan sawah. Pada kedua jenis budidaya air tawar tersebut, penggunaan pupuk organik lebih dominan bila dibandingkan dengan pupuk anorganik. Pestisida, desinfektan, dan obat-obatan juga merupakan sarana yang digunakan untuk peningkatan jumlah produksi pada perikanan budidaya air payau dan air tawar. Beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang menggunakan pestisida, desinfektan, dan obat-obatan untuk budidaya air payau, yaitu Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, dan Kota Bekasi. Penggunaan pestisida tertinggi t e r d a p a t d i K abupaten Karawang, sedangkan penggunaan desinfektan hanya dilakukan di Kabupaten Tasikmalaya. Seperti pestisida, penggunaan tertinggi untuk Luas Kotor Luas Air Luas Kotor Luas Air 2009 54 465.24 48 705.70 51 488.35 35 969.38 1 311.00 4 596.00 33 255.84 4 073.00 44 029.00 2010 64 132.59 55 581.22 33 879.86 27 794.51 970.00 5 750.00 46 679.45 2 083.00 29 698.00 2011 65 265.68 54 191.90 19 899.45 16 660.23 77 999.00 21 140.00 43 348.79 8 682.00 27 039.00 2012 64 815.18 54 184.70 20 487.06 17 853.44 1 164.00 21 039.15 34 496.29 245 470.00 21 291.00 2013 64 996.79 55 336.60 20 423.36 17 805.69 1 161.00 12 377.15 44 077.09 101 398.00 14 081.00 Total 313 675.48 268 000.12 146 178.08 116 083.25 82 605 64 902.3 201 857.46 361 706 136 138 Sawah Ha Kolam air Deras Unit Jaring Apung Unit Luas Areal Pemeliharaan Tahun Tambak Ha Kolam Ha Budidaya Laut Unit Karamba M2 60 obat- obatan terdapat di Kabupaten Karawang. Untuk budidaya air tawar, penggunaan pestisida dan obat-obatan digunakan hampir di seluruh jenis perikanan budidaya air tawar. Untuk aktivitas budidaya ikan air tawar di kolam menggunakan pestisida, desinfektan, dan obat-obatan, sedangkan untuk aktivitas budidaya ikan air tawar di karamba hanya menggunakan obat-obatan. Aktivitas budidaya ikan air tawar di sawah, selain menggunakan pestisida, desinfektan, dan obat-obatan juga memakai hormon. Sementara aktivitas budidaya ikan air tawar di KAD dan K J A menggunakan desinfektan dan obat-obatan. Listrik, pompa air, dan kincir angin merupakan prasarana yang digunakan untuk peningkatan jumlah produksi pada perikanan budidaya air payau. Kabupaten Indramayu tercatat telah menggunakan listrik sebagai alat bantu dalam melakukan aktivitas budidaya air payau. Listrik yang digunakan bersumber dari genset dan Pusat Listrik Negara PLN. Sementara, untuk alat bantu kincir air dalam melakukan aktivitas budidaya air payau digunakan di Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Karawang. Jumlah penggunaan kincir air tertinggi terdapat di Kabupaten Cirebon. Kemudian, untuk alat bantu pompa air dalam melakukan aktivitas budidaya air payau digunakan di Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, dan Kota Cirebon. Penggunaan pompa air tertinggi terdapat di Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Indramayu. Prasarana yang digunakan untuk peningkatan jumlah produksi pada perikanan budidaya air tawar adalah listrik dan pompa air. Penggunaan listrik pada perikanan budidaya air tawar di Provinsi Jawa Barat masih terbatas. Penggunaannya hanya dilakukan di budidaya air tawar dengan media kolam dan sawah. Sedangkan penggunaan pompa air sudah dilakukan pada budidaya air tawar di kolam, sawah, KAD, dan KJA. Penggunaan pompa air juga banyak digunakan untuk membantu aktivitas perikanan budidaya air tawar di kolam. Prasarana lainnya yang digunakan untuk peningkatan jumlah produksi pada perikanan budidaya air payau dan air tawar adalah petak penggelondongan dan pembesaran. Petak penggelondongan untuk aktivitas perikanan budidaya air payau di Provinsi Jawa Barat terdapat pada Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Karawang. Petak penggelondongan terluas terdapat di Kabupaten Karawang, yakni sebesar 199 368 000 m 2 , sedangkan jumlah petak penggelondongan terbanyak terdapat di Kabupaten Indramayu memiliki yaitu sebanyak 9 085 unit. Untuk petak pembesaran dalam perikanan budidaya air payau di Provinsi Jawa Barat terdapat pada Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, dan Kota Cirebon. Petak pembesaran terluas terdapat di Kabupaten Karawang yang mencapai 63 987 300 m 2 , sedangkan jumlah petak pembesaran terbanyak berada di Kabupaten Subang yakni sebanyak 117 053 unit. Pada perikanan budidaya air tawar jenis kolam, sawah dan KAD menggunakan petak 61 penggelondongan maupun pembesaran, sedangkan pada jenis KJA hanya menggunakan pembesaran. Pemanfaatan terbesar petak penggelondongan pada perikanan budidaya air tawar di Provinsi Jawa Barat secara berurutan adalah budidaya ikan air tawar dengan media sawah, kolam, dan yang terakhir adalah K A D . Sedangkan berdasarkan jumlah petaknya, yang terbanyak adalah pada jenis kolam, diikuti sawah dan K A D . Untuk petak pembesaran, jenis budidaya ikan air tawar di sawah memiliki areal pembesaran yang lebih luas dibandingkan budidaya ikan air tawar di kolam, KAD dan K J A . Sedangkan berdasarkan jumlah petaknya, pada budidaya ikan air tawar dengan media kolam memiliki jumlah yang lebih besar dibandingkan budidaya ikan dengan media sawah, KAD dan KJA. Kegiatan pembenihan ikan di Provinsi Jawa Barat meliputi ikan Mas, Patin, Gurame, Nila, Lele, Bawal air tawar, Bandeng, udang Windu, udang Vaname, Rumput Laut, dan ikan lainya. Lembaga pembenihan ikan yang terdapat di wilayah Provinsi Jawa Barat meliputi 2 U nit Pelaksana Teknis UPT dan 16 Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD. UPT pembenihan ikan air tawar terdapat di Kota Sukabumi yaitu BBPBAT Sukabumi, dan UPT pembenihan ikan air payau berada di Kabupaten Karawang. Adapun unit UPTD Provinsi Jawa Barat tersebar di 13 wilayah kabupatenkota yaitu: Kabupaten Majalengka, Kabupaten Garut, Kabupaten Bogor, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sumedang, Kota Banjar, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Ciamis. Kegiatan usaha pembenihan yang dilakukan dalam skala rakyat juga banyak terdapat di wilayah Provinsi Jawa Barat. Jumlah U saha Pembenihan Rakyat UPR y a n g tercatat sebanyak 3 706 unit. Namun demikian seluruh unit UPR di Provinsi Jawa Barat masih belum tersertifikasi. Kegiatan usaha pembenihan yang banyak dilakukan oleh petanipembudidaya ikan di wilayah Kabupaten Bogor meliputi jenis benih ikan Patin, Lele, Bawal air tawar, Mas, dan Gurame. Di Kabupaten Cianjur banyak dilakukan kegiatan pembenihan dan pendederan ikan M as dan ikan Bawal air tawar. Di wilayah Kabupaten Indramayu banyak terdapat aktivitas pembenihan ikan Lele. Produksi benih ikan Nila banyak dihasilkan di wilayah Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang. Kegiatan pembenihan dan pendederan i kan Bandeng banyak terdapat di wilayah Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon.

c. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan

Pengolahan ikan adalah bagian dari aktivitas pasca panen yang merupakan lanjutan dari proses produksi usaha perikanan, baik dari perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Secara garis besar, proses pengolahan ikan dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu pengolahan ikan modern dan pengolahan ikan tradisional. Contoh produk dari hasil pengolahan ikan modern, diantaranya adalah ikanudang beku dan ikan kaleng. Sementara, untuk contoh produk dari hasil pengolahan ikan tradisional, diantaranya adalah ikan asin, pindang, asap, peda, dan 62 kerupuk ikan. Di Indonesia pengolahan ikan secara modern umumnya dilakukan oleh swasta dalam bentuk perusahaan, sedangkan pengolahan tradisional banyak dilakukan oleh masyarakat melalui kelompok usaha bersama. Berdasarkan cara pengolahannya, jenis pengolahan ikan dapat dikelompokkan kedalam 10 jenis, yaitu: pengolahan ikan segar, pengalengan, pembekuan, penggaramanpengeringan, pemindangan, pengasapan, fermentasi, pereduksian, surimi, dan pengolahan lainnya. Sebagian besar Unit Pengolahan Ikan UPI di Provinsi Jawa Barat didominasi oleh jenis pengolahan pemindangan, dengan jumlah UPI sebanyak 4 038 UPI. Aktivitas usaha pengolahan hasil perikanan di Provinsi Jawa Barat secara umum masih didominasi oleh usaha skala kecil dan menengah dengan segala keterbatasannya, diantaranya: lemah dalam pemodalan, teknologi dan informasi, manajemen dan pemasaran, bersifat subsisten, dan tersebar secara parsial. Dalam pengolahan ikan segar, agar ikan hasil tangkapan dapat lebih tahan lama diperlukan pendinginan es. Salah satu sarana pendukung untuk pengolahan ikan segar adalah cold storage. Cold storage tersebut sudah terdapat di sentra-sentra produksi perikanan antara lain Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Karawang, Kabupaten Indramayu, Kota Bandung, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Ciamis. Di Provinsi Jawa Barat terdapat 100 UPI untuk p e n g o l a h a n ikan segar y a n g tersebar di 8 kabupaten dan 5 kota. Kabupaten Cirebon merupakan kabupaten yang memiliki UPI pengolahan ikan segar terbanyak di Provinsi Jawa Barat sebanyak 64 UPI. Setelah Kabupaten Cirebon, UPI penanganan produk segar di Provinsi Jawa Barat terpusat di Kabupaten Karawang, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Cianjur. Oleh karena itu, apabila dilihat dari jumlah sebaran UPI maka Kabupaten Cirebon memiliki potensi pengembangan industri pengolahan i k a n segar yang paling besar. Total produksi pengolahan ikan segar di Provinsi Jawa Barat sebesar 18 760.635 ton. Sebaran UPI pengolahan ikan segar di Provinsi Jawa Barat disajikan pada T a b e l 23. 63 Tabel 23 Sebaran UPI pengolahan ikan segar di Provinsi Jawa Barat tahun 2013 unit No. Nama KabupatenKota Jumlah UPI Pengolahan Ikan Segar 1 Kabupaten Cirebon 64 2 Kabupaten Karawang 10 3 Kota Tasikmalaya 8 4 Kabupaten Bekasi 5 5 Kabupaten Cianjur 3 6 Kabupaten Indramayu 2 7 Kota Bogor 2 8 Kabupaten Bogor 1 9 Kabupaten Sukabumi 1 10 Kabupaten Tasikmalaya 1 11 Kota Bandung 1 12 Kota Cirebon 1 13 Kota Bekasi 1 Total 100 Sumber: Pusdatin KKP 2014c Pengalengan merupakan cara pengawetan bahan pangan dalam wadah yang tertutup rapat dan disterilkan dengan panas. Cara pengawetan ini merupakan yang paling umum dilakukan karena bebas dari kebusukan, serta dapat mempertahankan nilai gizi, cita rasa dan daya tarik. Jenis hasil olahannya berupa ikan kaleng. Industri pengalengan yang terdapat di Provinsi Jawa Barat berjumlah 9 UPI yang tersebar di lima kabupaten. Sebaran UPI pengalengan di Provinsi Jawa Barat hampir tersebar secara merata pada kelima kabupaten tersebut. Oleh karena itu, peluang pengembangan UPI pengalengan ini dapat diarahkan pada kelima kabupaten tersebut. Kabupaten Cirebon merupakan kabupaten yang memiliki UPI pengalengan paling sedikit di Provinsi Jawa Barat yaitu hanya 1 UPI. Komoditas yang menjadi andalan dalam pengolahan pengalengan yaitu Rajungan dan Bekicot. Total produksi pengalengan di Provinsi Jawa Barat sebesar 2 595 000 ton. Sebaran UPI pengalengan di Provinsi Jawa Barat disajikan pada T a b e l 24. 64 Tabel 24 Sebaran UPI pengalengan di Provinsi Jawa Barat tahun 2013 unit No. Nama KabupatenKota Jumlah UPI Pengalengan 1 Kabupaten Indramayu 2 2 Kabupaten Purwakarta 2 3 Kabupaten Karawang 2 4 Kabupaten Bekasi 2 5 Kabupaten Cirebon 1 Total 9 Sumber: Pusdatin KKP 2014c Pembekuan dimaksudkan untuk mengawetkan sifat-sifat alami ikan. Pembekuan menggunakan suhu yang lebih rendah, yaitu jauh dibawah titik beku ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air pada ikan menjadi es, tetapi pada waktu ikan beku dilelehkan kembali untuk digunakan, keadaan ikan harus kembali seperti sebelum dibekukan. Oleh karena itu, dalam pengolahan ikan dengan pembekuan, ikan hasil tangkapan memerlukan pendinginan es. Salah satu sarana pendukung untuk pengolahan ikan dengan pembekuan adalah cold storage . Jenis hasil olahannya berupa ikan beku, utuh atau dipotong-potong. Industri pembekuan di Provinsi Jawa Barat berjumlah 25 UPI yang tersebar di 6 kabupaten dan 1 kota. Sebaran UPI pembekuan di Provinsi Jawa Barat terpusat di Kabupaten Karawang, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon. Oleh karena itu, peluang pengembangan UPI pembekuan ini dapat diarahkan pada k ee mpa t kabupatenkota tersebut. Kabupaten K a r a w a n g merupakan kabupaten yang memiliki UPI pembekuan terbanyak di Provinsi Jawa Barat sebanyak 7 UPI. Total produksi pembekuan di Provinsi Jawa Barat sebesar 9 37.881 ton. Sebaran UPI pembekuan di Provinsi Jawa Barat disajikan pada T a b e l 25. Tabel 25 Sebaran UPI pembekuan di Provinsi Jawa Barat tahun 2013 unit No. Nama KabupatenKota Jumlah UPI Pembekuan 1 Kabupaten Karawang 7 2 Kabupaten Sukabumi 6 3 Kabupaten Cirebon 5 4 Kota Cirebon 4 5 Kabupaten Bogor 1 6 Kabupaten Ciamis 1 7 Kabupaten Bekasi 1 Total 25 Sumber: Pusdatin KKP 2014c 65 Pengolahan ikan asin yaitu pengawetan ikan dengan menggunakan teknik kombinasi penggaraman dan pengeringan. Proses pengasinan diawali dengan pembersihan, kemudian penyiangan, pencucian dan perendaman ikan dalam larutan garam. Perendaman dilakukan selama lebih kurang 3 hari, setelah itu dilakukan proses pengeringan untuk menurunkan kadar air dari dalam tubuh ikan. Jenis hasil olahannya berupa ikan kering dan ikan asin. Industri penggaramanpengeringan di Provinsi Jawa Barat sebanyak 676 UPI yang berkembang di 15 k abupaten dan 4 Kota. Kabupaten Cirebon merupakan kabupaten yang memiliki UPI penggaramanpengeringan terbanyak di Provinsi Jawa Barat sebanyak 197 UPI. Setelah Kabupaten Cirebon, UPI penggaramanpengeringan di Provinsi Jawa Barat terpusat di Kabupaten C i a m i s , Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Sukabumi. Total produksi pengasinan di Provinsi Jawa Barat sebesar 3 021.206 ton. Sebaran UPI penggaramanpengeringan disajikan pada T a b e l 26. Tabel 26 Sebaran UPI penggaramanpengeringan di Provinsi Jawa Barat tahun 2013 unit No. Nama KabupatenKota Jumlah UPI PenggaramanPengeringan 1 Kabupaten Cirebon 197 2 Kabupaten Ciamis 107 3 Kabupaten Indramayu 88 4 Kabupaten Karawang 75 5 Kabupaten Sukabumi 56 6 Kabupaten Garut 30 7 Kabupaten Subang 27 8 Kabupaten Bekasi 22 9 Kabupaten Bogor 17 10 Kota Cirebon 12 11 Kabupaten Sumedang 10 12 Kabupaten Bandung 9 13 Kabupaten Cianjur 7 14 Kabupaten Purwakarta 7 15 Kabupaten Tasikmalaya 6 16 Kota Bekasi 3 17 Kabupaten Majalengka 1 18 Kota Sukabumi 1 19 Kota Depok 1 Total 676 Sumber: Pusdatin KKP 2014c