Multikolinearitas Penyerapan Tenaga Kerja Subsektor Perikanan Di Provinsi Jawa Barat

38 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Karakteristik Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat berada di bagian barat Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Barat terletak di antara 5°50’-7°50’ LS dan 104°48’-108°48’ BT. Secara administratif pemerintahan, wilayah Jawa Barat terbagi kedalam 27 kabupatenkota, meliputi 18 kabupaten dan 9 kota Lampiran 2 serta terdiri dari 626 kecamatan, 641 kelurahan, dan 5 321 desa. Secara administrasi batas wilayah Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut: Utara : Laut Jawa dan Provinsi DKI Jakarta Timur : Provinsi Jawa Tengah Selatan : Samudera Hindia Barat : Provinsi Banten Provinsi Jawa Barat memiliki daratan seluas 3 709 528.44 ha Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2010 tentang RTRWP 2009-2029, dimana sebagian besar wilayahnya berbatasan dengan laut memiliki wilayah pesisir dan laut sepanjang 12 mil dari garis pantai seluas 18 153 km 2 dari wilayah Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan hasil pembakuan nama-nama pulau di Indonesia, Provinsi Jawa Barat memiliki 19 pulau-pulau kecil yang tersebar di Kabupaten Sukabumi 5 pulau, Kabupaten Tasikmalaya 2 pulau, Kabupaten Indramayu 3 pulau, Kabupaten Garut 2 pulau, dan Kabupaten Pangandaran 7 Pulau. Berdasarkan peta rupa bumi, daratan Jawa Barat dibedakan atas 3 wilayah. Pertama, wilayah dataran dengan ketinggian 0-10 m di atas permukaan laut dpl seluas 54.03 persen dari luas wilayah Jawa Barat, terletak di wilayah bagian utara; Kedua, wilayah lereng perbukitan antara 10-1 500 m dpl seluas 36.48 persen terletak di bagian tengah; ketiga , wilayah pegunungan dengan ketinggian lebih dari 1 500 m dpl seluas 9.5 persen terletak di bagian wilayah Jawa Barat bagian selatan. Provinsi Jawa Barat memiliki iklim tropis tropis, dengan suhu rata-rata antara 17.4-30.7oC, dan kelembaban udara antara 73-84 persen. Suhu terendah tercatat 9oC yaitu di puncak Gunung Pangrango dan suhu tertinggi tercatat 34oC di daerah pantai utara. Curah hujan rata-rata tahunan di Provinsi Jawa Barat mencapai 2 000 mm per tahun, namun di beberapa daerah pegunungan bisa mencapai 3 000 sampai 5 000 mm per tahun. Ciri utama daratan Provinsi Jawa Barat adalah bagian dari busur kepulauan gunung api aktif dan tidak aktif yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung utara Pulau Sulawesi. Daratan dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam di selatan dengan ketinggian lebih dari 1 500 m di atas permukaan laut, wilayah lereng bukit yang landai di tengah ketinggian 100 hingga 1 500 m dpl, wilayah dataran luas di utara ketinggian 0.10 m dpl, dan wilayah aliran sungai. 39 Kawasan pantai utara Provinsi Jawa Barat merupakan dataran rendah. Di bagian tengah merupakan pegunungan, yakni bagian dari rangkaian pegunungan yang membujur dari barat hingga timur Pulau Jawa. Titik tertingginya adalah Gunung Ciremay, yang berada di sebelah barat daya Kota Cirebon. Sungai-sungai yang cukup penting adalah Sungai Citarum dan sungai Cimanuk, yang bermuara di Laut Jawa. Secara fisiografi, Jawa Barat memiliki karakteristik geologi terdiri dari dataran alluvial, perbukitan lipatan dan gunung api, yang terbagi kedalam 4 zona, yaitu: 1 zona dataran alluvial Jakarta pantai utara; 2 zona Bogor; 3 zona Bandung; 4 zona pegunungan selatan. Struktur regional Jawa Barat memiliki 4 pola struktur akibat adanya 4 aktifitas tektonik, yaitu: struktur perlipatan dan pensesaran yang mempunyai arah barat-timur, diakibatkan oleh pengangkatan yang berlangsung selama Miosen tengah. Struktur lipatan dan sesar mempunyai arah sekitar N45oE, diakibatkan oleh proses tektonik dan vulkanik pada Oligosen akhir sampai Miosen awal. Provinsi Jawa Barat memiliki 40 Daerah Aliran Sungai DAS seluas 32 074.4 km 2 , 3 502 buah sungai dan 6 wilayah sungai. Wilayah sungai yang menjadi kewenangan provinsi sebanyak 2 buah, yaitu wilayah Ciwulan-Cilaki, dan Cisadea-Cibareno. Jawa Barat juga memiliki 706 waduk, seluas sekitar 18 355.43 ha. Potensi air permukaan baik bersumber dari sungai maupun waduk sekitar 7 016 450 489.55 m 3 . Jawa Barat memiliki potensi bahan galian mineral yang tersebar di 17 kabupaten, meliputi: bahan galian mineral logam emas, timah hitam, besi dan mangan, mineral industri barit, batu apung, batu gamping, belerang, dentonit, bon clay, diatomea, dolomite, felspar, fosfat, gipsum, gasper, kalsedon, kalsit, kaolin, lempung, marmer, obsidian, oker, oniks, pasir kuarsa, perlit, toseki, dan zeolit dan bahan galian konstruksi batu andesit, pasir, sirtu, dan tanah urug. Sumber: Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2015 Gambar 5 Peta administratif Provinsi Jawa Barat 40 Kondisi Oseanografi Provinsi Jawa Barat Wilayah perairan laut Provinsi Jawa Barat terbagi menjadi dua yaitu Laut Jawa dan Samudera Indonesia. Sebagian besar wilayah kabupatenkota di Provinsi Jawa Barat berbatasan dengan laut, sehingga wilayah Provinsi Jawa Barat memiliki garis pantai cukup panjang, yaitu 755.83 km. Perairan pantai utara Provinsi Jawa Barat umumnya relatif dangkal, dan umumnya landai dengan kemiringan ± 0,06 persen. Pantai utara Jawa menghadap ke arah Laut Jawa yang mempunyai kedalaman laut kurang dari 200 m. Pola arus pantai utara Jawa, dipengaruhi oleh pola angin yang bertiup yaitu angin musim timur, angin musim barat dan musim peralihan. Pada bulan Desember sampai Februari pada saat bertiup angin barat, arus laut bergerak dari arah barat ke timur dan sebaliknya antara bulan Juli sampai Agustus arus laut bergerak dari arah timur ke barat karena pengaruh musim angin timur. Pada periode bulan Maret sampai Mei dan September sampai November merupakan periode peralihan arah arus. Pada periode ini kekuatan arus relatif rendah dan laut dalam kondisi relatif tenang. Tabel 6 Panjang pantai menurut kabupaten di Provinsi Jawa Barat No Kabupaten Batas Panjang km 1 Cirebon S. Cisanggarung - S. Kumpul Kuista 73 2 Indramayu S. Kumpul Kuista - S. Kali Sewo 114 3 Subang S. Kali Sewo - S. Cilamaya 49,7 4 Karawang S. Cilamaya - S. Bungin 76,7 5 Bekasi S. Bungin - Muara 54,7 Jumlah I Pantai Utara 368,1 6 Ciamis S. Citanduy - S. Cimenteng 68,4 7 Tasikmalaya S. Cimenteng - S. Cikaengan 49,2 8 Garut S. Cikaengan - S. Cilaki 70,8 9 Cianjur S. Cilaki - S. Cibuni 56,4 10 Sukabumi S. Cibuni - S. Cibareno 111,95 Jumlah II Pantai Selatan 356,75 Jumlah I+II Pantai Jawa Barat 724,85 Sumber: Pusdatin KKP 2014c Perairan selatan Provinsi Jawa Barat, dimana wilayah pesisirnya berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, mempunyai karakteristik oseanografi yang unik dan berbeda dibanding dengan laut yang lain. Pantai selatan lebih memiliki karakteristik perairan yang dalam. Secara morfologi, garis pantai yang membentuk Pulau Jawa bagian selatan lebih lurus jika dibandingkan dengan garis pantai yang terbentuk di bagian utara. Karakter ombak laut di pesisir selatan Provinsi Jawa Barat, umumnya berenergi tinggi dengan ombak besar. Keunikan dan kekomplekan perairan selatan Provinsi Jawa Barat berkaitan dengan sistem angin musim monsoon dan sistem angin pasat yang bergerak di atasnya. P ada musim barat yang bertepatan dengan 41 musim hujan, berlangsung antara Desember hingga Februari. Musim timur yang bertepatan dengan musim kemarau, berlangsung antara Juni hingga Agustus. Di antara kedua musim tersebut terdapat musim peralihan, masing- masing musim peralihan pertama dari musim barat ke musim timur yang berlangsung pada bulan Maret hingga Mei, musim peralihan kedua dari musim timur ke musim barat yang berlangsung pada bulan September hingga November. Tipe pasang surut di pantai selatan adalah tipe mixed semidiurnal , atau cenderung semidiurnal dimana dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan waktu yang berbeda. Kondisi Penduduk, Pengangguran dan Tenaga Kerja Provinsi Jawa Barat Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat pada tahun 2014 adalah sebanyak 43 053 732 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 28 282 915 jiwa 65.69 persen dan di daerah perdesaan sebanyak 14 770 817 jiwa 34.31 persen. Berdasarkan sebaran penduduk kabupatenkota, jumlah penduduk tertinggi berada di Kabupaten Bogor sebesar 4 771 932 jiwa, disusul oleh Kabupaten Bandung sebesar 3 178 543 jiwa dan Kabupaten Bekasi sebesar 2 630 401 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Kota Banjar sebesar 175 157 jiwa. Mayoritas penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda, yang bertutur menggunakan Bahasa Sunda. Penduduk laki-laki Provinsi Jawa Barat sebanyak 26 307 040 jiwa dan perempuan sebanyak 26 146 692 jiwa. Seks rasio adalah 104, berarti terdapat 104 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Seks rasio menurut kabupatenkota yang terendah adalah Kabupaten Ciamis sebesar 98 dan tertinggi adalah Kabupaten Cianjur sebesar 107. Seks rasio pada kelompok umur 0-4 sebesar 106, kelompok umur 5-9 sebesar 106, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 64 berkisar antara 97 sampai dengan 113, dan kelompok umur 65-69 sebesar 96. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Oleh karena itu terdapat tuntutan yang cukup besar dalam hal pemenuhan fasilitas hidup penduduknya, yaitu ketersediaan pangan, perumahan, pendidikan, lapangan kerja dan sebagainya yang merupakan tanggung jawab pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk mengatasinya. Penyediaan lapangan pekerjaan hingga saat ini masih menjadi pekerjaan rumit yang sulit ditangani pemerintah, sehingga terjadilah pengangguran. Jumlah pengangguran terbuka Provinsi Jawa Barat pada tahun 2014 sebanyak 1 792 717 jiwa 4.16 persen dari jumlah penduduk. Hal itu mengakibatkan Provinsi Jawa Barat menempati urutan keempat nasional Tingkat Pengangguran Terbuka TPT setelah Aceh 10.30 persen, Banten 9.90 persen, Maluku 9.75 persen, dan Jawa Barat 9.22 persen BPS 2014b. 42 Tabel 7 Penduduk Provinsi Jawa Barat di perkotaan dan perdesaan berumur 15 tahun ke atas laki-laki dan perempuan menurut jenis kegiatan tahun 2013-2014 Sumber: BPS Jabar 2014 Berdasarkan Tabel 7, jumlah penduduk usia kerja di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2014 diperkirakan sebanyak 33.465 juta orang, bertambah 640 ribu orang dibandingkan tahun 2013. Dari jumlah tersebut, 21 juta diantaranya termasuk angkatan kerja, mengakibatkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK pada tahun 2014 menjadi 62.77 persen, turun sedikit dari tahun sebelumnya 62.82 persen. Penduduk yang bekerja diperkirakan mencapai 19.23 juta orang, bertambah 499 ribu dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah ini juga mencerminkan banyaknya lapangan pekerjaan baru yang tercipta sebagai akibat dari ekspansi perekonomian selama kurun waktu tahun 2013 ke tahun 2014. Walaupun terjadi peningkatan penduduk yang bekerja pada tahun 2014, perekonomian Jawa Barat masih menyisakan penduduk yang tidak bekerja atau pengangguran sebanyak 1.775 juta orang atau 8.45 persen menurun dibandingkan tahun sebelumnya 9.16 persen Tabel 7. 2013 2014 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Orang 32 825 037 33 465 346 Angkatan Kerja Orang 20 620 610 21 006 139 - Bekerja 18 731 943 19 230 943 - Pengangguran Terbuka 1 888 667 1 775 196 Bukan Angkatan Kerja Orang 12 204 427 12 459 207 - Sekolah 2 690 091 2 953 139 - Mengurus Rumah Tangga 7 895 573 7 828 307 - Lainnya 1 618 763 1 677 761 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK Persen 62.82 62.77 Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Persen 9.16 8.45 Pekerja Tidak Penuh Orang 4 898 368 4 805 976 - Setengah Penganggur 1 963 122 1 560 496 - Paruh Waktu 2 935 246 3 245 480 Tahun Jenis Kegiatan 43 Tabel 8 Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Provinsi Jawa Barat di perkotaan dan perdesaan laki-laki dan perempuan menurut kabupatenkota tahun 2014 persen Sumber: BPS Jabar 2014 Berdasarkan Tabel 8, jika dilihat dari sebarannya Tingkat Pengangguran Terbuka TPT tertinggi terjadi di Kabupaten Cianjur yang mencapai 14.87 persen dan diikuti oleh Kabupaten Cirebon 13.32 persen. TPT terendah terjadi di Kabupaten Majalengka sebesar 4.47 persen. KabupatenKota Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Kabupaten Bogor 7.65 Kabupaten Sukabumi 8.09 Kabupaten Cianjur 14.87 Kabupaten Bandung 8.48 Kabupaten Garut 7.71 Kabupaten Tasikmalaya 6.93 Kabupaten Ciamis 4.92 Kabupaten Kuningan 6.88 Kabupaten Cirebon 13.32 Kabupaten Majalengka 4.47 Kabupaten Sumedang 7.51 Kabupaten Indramayu 8.01 Kabupaten subang 6.74 Kabupaten Purwakarta 7.83 Kabupaten Karawang 11.10 Kabupaten Bekasi 6.79 Kabupaten Bandung Barat 8.15 Kota Bogor 9.48 Kota Sukabumi 11.64 Kota Bandung 8.05 Kota Cirebon 11.02 Kota Bekasi 9.36 Kota Depok 8.44 Kota Cimahi 9.62 Kota Tasikmalaya 5.38 Kota Banjar 7.38 8.45 44 Tabel 9 Penduduk Provinsi Jawa Barat di perkotaan dan perdesaan berumur 15 tahun ke atas laki-laki dan perempuan yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut lapangan pekerjaan utama tahun 2013- 2014 orang Sumber: BPS Jabar 2014 Berdasarkan Tabel 9, sektor perdagangan merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja sebanyak 4.926 juta orang atau 25.62 persen dari penduduk yang bekerja. Diikuti oleh sektor industri pengolahan yang menyerap sebanyak 3.9 juta orang atau 20.29 persen. Tabel 10 Penduduk Provinsi Jawa Barat di perkotaan dan perdesaan 15 tahun ke atas laki-laki dan perempuan yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut lapangan pekerjaan utama dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan tahun 2014 orang Sumber: BPS Jabar 2014 Berdasarkan Tabel 10, pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk di Provinsi Jawa Barat yang bekerja pada lapangan pekerjaan utama adalah Sekolah dasar SD sebanyak 6.849 juta orang. Diikuti oleh Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA sebanyak 4.777 juta orang dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP sebanyak 3.274 juta orang. Untuk golongan 2013 2014 Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 3 804 324 3 821 320 Industri Pengolahan 3 935 610 3 902 850 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel 4 799 189 4 926 566 Jasa Kemasyarakatan 3 124 606 3 291 591 Lainnya Pertambangan dan Penggalian, Listrik, Gas dan air, Bangunan, Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi, Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan 3 068 214 3 288 616 Total 18 731 943 19 230 943 Lapangan Pekerjaan Utama Tahun TidakBelum SD SLTP SLTA Diploma Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 1 162 319 2 128 920 363 651 154 367 12 063 3 821 320 Industri Pengolahan 252 724 1 032 043 848 561 1 559 962 209 560 3 902 850 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel 561 715 1 736 524 946 654 1 460 367 221 306 4 926 566 Jasa Kemasyarakatan 325 649 757 367 478 368 828 805 901 402 3 291 591 Lainnya Pertambangan dan Penggalian, Listrik, Gas dan air, Bangunan, Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi, Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan 317 150 1 194 793 637 492 774 415 364 766 3 288 616 Jawa Barat 2 619 557 6 849 647 3 274 726 4 777 916 1 709 097 19 230 943 Lapangan Pekerjaan Utama Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Total 45 umur, penduduk di Provinsi Jawa Barat yang bekerja pada lapangan pekerjaan utama didominasi oleh golongan umur 30-34 tahun sebanyak 2.869 juta orang. Diikuti oleh golongan umur 40-44 tahun sebanyak 2.631 juta orang dan golongan umur 35-39 tahun sebanyak 2.360 juta orang Tabel 11. Tabel 11 Penduduk Provinsi Jawa Barat di perkotaan dan perdesaan berumur 15 tahun ke atas laki-laki dan perempuan yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut golongan umur dan lapangan pekerjaan utama orang Sumber: BPS Jabar 2014 Pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan penyediaan lapangan pekerjaan, hal ini terlihat dari pertumbuhan sektor perdagangan yang diiringi pula dengan pertumbuhan tenaga kerjanya secara signifikan. Pada tahun 2014 penyerapan tenaga kerja tertinggi di Provinsi Jawa Barat dimiliki oleh sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel. Diikuti oleh sektor industri pengolahan lalu sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan. Tenaga kerja subsektor perikanan dalam penelitian ini merupakan jumlah orang yang bekerja pada subsektor perikanan, terdiri atas nelayan perikanan tangkap baik di laut maupun di perairan umum dan pembudidaya ikan. Perkembangan jumlah tenaga kerja subsektor perikanan di Provinsi Jawa Barat selama 10 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 12. 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+ Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 93 910 145 900 217 658 383 176 371 610 459 363 471 593 522 146 408 192 322 302 425 470 3 821 320 Industri Pengolahan 319 930 713 779 581 654 675 619 482 619 460 069 260 113 192 960 99 990 53 949 62 168 3 902 850 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel 219 798 459 084 566 427 767 914 636 132 690 887 511 365 435 002 286 228 209 783 143 946 4 926 566 Jasa Kemasyarakatan 101 947 261 020 363 791 512 454 388 506 492 672 402 118 356 880 206 010 115 451 90 742 3 291 591 Lainnya Pertambangan dan Penggalian, Listrik, Gas dan air, Bangunan, Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi, Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan 104 158 262 102 425 768 530 438 481 778 528 518 383 345 274 867 170 711 76 325 50 606 3 288 616 Total 839 743 1 841 885 2 155 298 2 869 601 2 360 645 2 631 509 2 028 534 1 781 855 1 171 131 777 810 772 932 19 230 943 Lapangan Pekerjaan Utama Golongan Umur Jawa Barat 46 Tabel 12 Perkembangan jumlah tenaga kerja subsektor perikanan di Provinsi Jawa Barat tahun 2003-2013 orang Sumber: DKP Jabar 2014 diolah Berdasarkan Tabel 12, terlihat bahwa perkembangan jumah tenaga kerja subsektor perikanan di Provinsi Jawa Barat sejak tahun 2004 sampai dengan 2013 secara umum cenderung mengalami penurunan. Dimana jumlah tenaga kerja subsektor perikanan sebagai pembudidaya cenderung lebih tinggi dibandingkan sebagai nelayan. Berdasarkan daya serap tenaga kerja, sejak tahun 2004 sampai dengan 2013 tenaga kerja yang terserap pada subsektor perikanan di Provinsi Jawa Barat masih dibawah angka 1 000 000 orang. Hal ini menandakan bahwa subsektor perikanan merupakan subsektor yang kurang diminati oleh masyarakat karena selain upah atau pendapatan dari subsektor tersebut rendah, juga dikarenakan subsektor perikanan merupakan subsektor yang tergantung pada musim dan memiliki resiko yang sangat tinggi. Potensi dan Kondisi Subsektor Perikanan Provinsi Jawa Barat Potensi Subsektor Perikanan Potensi subsektor perikanan di Provinsi Jawa Barat mencakup perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi perikanan tangkap terdiri dari perikanan tangkap perairan laut dan perikanan tangkap perairan umum sungai, danau, waduk, rawa, dan lainnya. Potensi perikanan budidaya berdasarkan media hidup ikan terdiri dari budidaya air laut, air payau, maupun air tawar. Potensi perikanan budidaya di Provinsi Jawa Barat jauh lebih besar jika dibandingkan dengan potensi perikanan tangkapnya. Hal tersebut didukung oleh luas lahan yang dimiliki untuk kegiatan perikanan budidayanya yaitu sebesar 1 125 549 ha. Potensi perikanan budidaya air laut terdapat di Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Bekasi, dan Kota Cirebon. Potensi perikanan budidaya air payau terdapat di Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Bekasi. Potensi perikanan budidaya air tawar terdapat di Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, dan Kota Cirebon. Nelayan Pembudidaya 2004 98 010 888 071 986 081 2005 95 855 877 121 972 976 2006 84 187 798 333 882 520 2007 129 083 669 522 798 605 2008 138 867 623 255 762 122 2009 130 493 636 669 767 162 2010 110 217 547 626 657 843 2011 131 407 550 147 681 554 2012 125 535 555 284 680 819 2013 129 590 565 125 694 715 Tahun Tenaga Kerja Subsektor Perikanan Total 47 Potensi perikanan tangkap perairan laut terdapat di Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, dan Kota Cirebon. Sedangkan potensi perikanan tangkap perairan umum terdapat di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten karawang, Kabupaten Bekasi, Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, Kota Banjar, dan Kota Bandung Barat. Potensi pemanfaatan sumberdaya perairan laut di Provinsi Jawa Barat terbagi dalam empat Wilayah Pengelolaan Perikanan WPP: 1 WPP 573 yaitu perairan Samudera Hindia sebelah selatan hingga sebelah selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor bagian barat; 2 WPP 711 yaitu perairan Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut China Selatan; 3 WPP 712 yaitu perairan Laut Jawa; dan 4 WPP 713 yaitu perairan Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali. Pada tahun 2013, volume produksi perikanan Provinsi Jawa Barat mencapai 1 189 177 ton yang meliputi: perikanan tangkap sebesar 218 609 ton dan perikanan budidaya sebesar 970 568 ton. Dengan nilai produksi perikanan sebesar Rp 18 988 857 091 000 yang diperoleh dari perikanan tangkap sebesar Rp 3 243 862 961 000 dan perikanan budidaya sebesar Rp 15 744 994 130 000. Kontribusi produksi perikanan tangkap pada tahun 2013 tersebut didominasi oleh perikanan tangkap di laut dengan total produksi sebesar 207 462 ton, begitu juga dengan kontribusi nilai produksi perikanan tangkapnya didominasi oleh perikanan tangkap di laut yaitu sebesar Rp 3 076 102 715 000. Angka tersebut masih jauh dibawah potensi lestari di perairan Laut Jawa sebesar 847.500 ton dan Samudera Hindia sebesar 656.000 ton. Luas lahan yang sudah dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan budidaya sebesar 1 125 549 ha, yang terdiri dari; budidaya laut 325 825 ha, tambak 650 509 ha, kolam 176 509 ha, karamba 218 ha, jaring apung 1 345 ha, dan mina padi 124 057 ha. Besarnya potensi subsektor perikanan di wilayah Provinsi Jawa Barat seperti telah dikemukakan di atas, merupakan sebuah tantangan besar bagi Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam hal ini instansi Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat untuk mengelolanya sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan dan pembudidaya di Provinsi Jawa barat melalui penyerapan tenaga kerja. Kondisi Subsektor Perikanan a. Perkembangan Produksi Subsektor Perikanan Provinsi Jawa Barat berbatasan langsung dengan 2 wilayah perairan laut, yakni perairan Laut Jawa di sebelah utara yang sering disebut dengan perairan laut Pantai Utara P antura Jawa Barat dan Samudera Hindia di sebelah selatan yang sering disebut dengan perairan laut Pantai Selatan Pansela Jawa Barat. Wilayah Pantura Jawa Barat mencakup 5 kabupaten 48 dan 1 kota, yakni: Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon dan Kota Cirebon. Sementara wilayah P ansela Jawa Barat mencakup 5 kabupaten yakni: Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis. Berdasarkan Tabel 13, volume produksi subsektor perikanan Provinsi Jawa Barat selama 10 tahun terakhir yaitu periode 2004-2013 mengalami kenaikan rata-rata 12.15 persen per tahun, dari 433 302 ton pada tahun 2004 menjadi 1 189 177 ton pada tahun 2013, sedangkan nilai produksinya mengalami peningkatan rata-rata sebesar 21.13 persen per tahun dari Rp 4 010 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 18 989 miliar pada tahun 2013. Peningkatan nilai produksi subsektor perikanan di Provinsi Jawa Barat melebihi laju peningkatan volume produksinya. Tabel 13 Perkembangan volume dan nilai produksi subsektor perikanan di Provinsi Jawa Barat tahun 2004-2013 Sumber: Pusdatin KKP 2014 diolah Volume produksi perikanan tangkap Provinsi Jawa Barat selama 10 tahun terakhir yaitu periode 2004-2013, yang terdiri dari penangkapan di perairan laut dan perairan umum, mengalami peningkatan rata-rata 3.00 persen per tahun, dari 168 672 ton pada tahun 2004 menjadi 218 609 ton pada tahun 2013. Dari sisi nilai produksi mengalami peningkatan rata-rata sebesar 14.28 persen per tahun dari 1 119 miliar rupiah pada tahun 2004 menjadi 3 244 miliar rupiah pada tahun 2013. Peningkatan nilai produksi subsektor perikanan tangkap di Provinsi Jawa Barat melebihi laju peningkatan volume produksinya. Secara rinci perkembangan volume dan nilai produksi subsektor perikanan tangkap di Provinsi Jawa Barat selama 10 tahun tahun 2004-2013 dapat dilihat pada Tabel 14. Tahun Volume Produksi Ton Kenaikan Nilai Produksi Rp Miliar Kenaikan 2004 433 302 4 010 2005 463 284 6.92 4 119 2.72 2006 518 062 11.82 3 811 -7.48 2007 566 043 9.26 5 845 53.37 2008 620 151 9.56 8 533 45.99 2009 622 404 0.36 7 324 -14.17 2010 813 751 30.74 10 720 46.37 2011 892 097 9.63 13 724 28.02 2012 990 710 11.05 15 704 14.43 2013 1 189 177 20.03 18 989 20.92

12.15 21.13

Kenaikan rata-rata 49 Tabel 14 Perkembangan volume dan nilai produksi perikanan tangkap di Provinsi Jawa Barat tahun 2004-2013 Sumber: Pusdatin KKP 2014 diolah Perikanan tangkap di Provinsi Jawa Barat terdiri dari perikanan tangkap perairan laut dan perikanan tangkap perairan umum. Produksi perikanan tangkap dari perairan laut yang didaratkan di Provinsi Jawa Barat secara garis besar terdiri dari kelompok ikan pelagis, kelompok ikan demersal, dan kelompok non ikan crustacean dan mollusca. Produksi ikan ekonomis penting pada kelompok ikan pelagis didominasi oleh 5 jenis ikan, yakni: Tongkol utamanya Tongkol abu-abu, Kembung, Tenggiri, Teri, dan Tuna. Sementara, untuk kelompok ikan demersal, produksi ikan yang bernilai ekonomi pentingnya didominasi oleh jenis ikan: Manyung, Kakap merah, Layur, Bawal Bawal hitam dan B awal putih, dan Kakap putih. Selanjutnya, untuk kelompok non ikan yang bernilai ekonomis penting, produksinya didominasi oleh jenis: Rajungan dan Udang putihJerbung crustacea serta Cumi-cumi mollusca. Perkembangan volume produksi 5 jenis ikan utama pada kelompok ikan pelagis dalam periode lima tahun terakhir terakhir 2009- 2013 berfluktuasi. Dari tahun 2009-2010 mengalami peningkatan, namun sejak tahun 2011- 2013 mengalami penurunan Tabel 15. Tabel 15 Perkembangan volume produksi 5 lima jenis ikan pelagis utama di Provinsi Jawa Barat tahun 2009-2013 ton Sumber: Pusdatin KKP 2014c Volume Produksi Ton Kenaikan Nilai Produksi Rp Miliar Kenaikan 2004 168 672 1 119 2005 162 018 -3.94 1 246 11.35 2006 162 346 0.20 1 185 -4.90 2007 174 475 7.47 1 766 49.03 2008 184 602 5.80 2 518 42.58 2009 180 392 -2.28 2 061 -18.15 2010 190 790 5.76 2 220 7.71 2011 196 993 3.25 2 607 17.43 2012 211 711 7.47 3 084 18.30 2013 218 609 3.26 3 244 5.19

3.00 14.28

Kenaikan rata-rata 2009 2010 2011 2012 2013 Tongkol 16 987 18 652 15 438 19 Kembung 11 445 7 201 7 071 7 525 7 205 Tenggiri 4 017 4 827 4 923 6 046 7 465 Teri 2 675 7 242 5 115 4 967 3 075 Tuna 1 921 2 983 2 185 2 324 2 504 Total 37 045 40 905 34 732 20 862 20 268 Jenis Ikan Volume produksi tahun 50 Kemudian untuk p erkembangan volume produksi 5 jenis ikan utama pada kelompok ikan demersal, berbeda seperti perkembangan pada kelompok ikan pelagis utama. Dalam periode lima tahun terakhir 2009- 2013 juga berfluktuasi, namun secara umum cenderung mengalami peningkatan Tabel 16. Tabel 16 Perkembangan volume produksi 5 lima jenis ikan demersal utama di Provinsi Jawa Barat tahun 2009-2013 ton Sumber: Pusdatin KKP 2014c Sama seperti perkembangan pada kelompok ikan d e m e r s a l utama. Untuk perkembangan kelompok utama non ikan crustacean dan mollusca , yakni Rajungan, Udang putihJerbung, dan C umi-cumi juga berfluktuasi. Dari tahun 2009-2011 mengalami peningkatan, namun sejak tahun 2012-2013 mengalami penurunan Tabel 17. Tabel 17 Perkembangan volume produksi 3 tiga jenis kelompok non ikan utama di Provinsi Jawa Barat tahun 2009-2013 ton Sumber: Pusdatin KKP 2014c Perikanan tangkap perairan umum di Provinsi Jawa Barat terdiri dari: sungai, danau, waduk, rawa, dan lainnya. Perairan tersebut tersebar di 9 kota dan 17 kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Produksi perikanan di perairan umum terbagi atas ikan, binatang berkulit keras, binatang lunak, dan binatang air lainnya. Produksi yang paling mendominasi adalah produksi ikan. Ikan yang dihasilkan antara lain ikan Betok, Baung, Keting, Sepat rawa, Sepat siam, Gabus, Mujair, Nila, Lele, Beunteur, Genggehek, Hampal, Kancera, Lalawak, Mas, Nilem, Paray, Seren, Tawes, Betutu, Tambakan, Patin jambal, Tagih dan Bandeng. Binatang berkulit keras yaitu Udang tawar dan jenis udang lainnya. Sementara itu binatang berkulit lunak yang 2009 2010 2011 2012 2013 Manyung 6 660 8 443 8 508 8 475 17 084 Kakap merah 3 818 4 261 5 228 5 940 4 008 Layur 4 344 3 792 4 998 4 029 6 612 Bawal 5 166 6 052 5 891 6 683 4 404 Kakap putih 2 330 1 790 1 398 6 307 2 736 Total 22 318 24 338 26 023 31 434 34 844 Jenis Ikan Volume produksi tahun 2009 2010 2011 2012 2013 Rajungan 3 933 6 393 9 335 3 576 4 134 Udang putihJerbung 1 697 2 072 2 418 2 824 1 658 Cumi-cumi 4 816 3 488 5 145 5 938 6 064 Total 10 446 11 953 16 898 12 338 11 856 Jenis Ikan Volume produksi tahun 51 dihasilkan yaitu Siput. Kodok merupakan jenis binatang air lainnya yang dihasilkan. Jenis ikan hasil tangkapan perairan tawar yang mendominasi adalah ikan Nila, Gabus dan Mas. Perkembangan volume produksi ikan dominan di p erairan umum dalam periode lima tahun terakhir berfluktuasi, namun secara umum cenderung mengalami peningkatan Tabel 1 8 . Tabel 18 Perkembangan volume produksi ikan d ominan di perairan umum di Provinsi Jawa Barat tahun 2009-2013 ton Sumber: Pusdatin KKP 2014c Berbeda dengan perikanan tangkap, untuk perikanan budidaya, yang terdiri dari budidaya laut, payau dan air tawar, selama periode 2004-2013 mengalami peningkatan rata-rata volume produksi 15.99 persen per tahun, dari 264 630 ton pada tahun 2004 menjadi 970 568 ton pada tahun 2013. Dari sisi nilai produksi mengalami peningkatan rata-rata sebesar 23.52 persen per tahun dari 2 891 miliar rupiah pada tahun 2004 menjadi 15 745 miliar rupiah pada tahun 2013. Apabila dibandingkan dengan perikanan tangkap, perikanan budidaya selama sepuluh tahun terakhir mengalami peningkatan produksi yang cukup signifikan, hal tersebut dikarenakan semakin majunya teknologi perikanan budidaya yang diterapkan melalui program-program dari pemerintah serta didukung oleh luas lahan yang dimiliki untuk kegiatan perikanan budidayanya. Perkembangan volume dan nilai produksi perikanan budidaya di Provinsi Jawa Barat sepuluh tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Perkembangan volume dan nilai produksi perikanan budidaya di Provinsi Jawa Barat tahun 2004-2013 Sumber: Pusdatin KKP 2014 diolah 2009 2010 2011 2012 2013 Nila 1 718 1 590 2 065 2 445 2 498 Gabus 592 1 089 1 124 1 341 1 082 Mas 770 700 770 796 772 Tawes 568 576 636 590 665 Mujair 137 313 313 557 506 Total 3 785 4 268 4 908 5 729 5 523 Jenis Ikan Volume produksi tahun Tahun Volume Produksi Ton Kenaikan Nilai Produksi Rp Miliar Kenaikan 2004 264 630 2 891 2005 301 266 13.84 2 873 -0.62 2006 355 716 18.07 2 626 -8.60 2007 391 568 10.08 4 079 55.33 2008 435 549 11.23 6 015 47.46 2009 442 012 1.48 5 263 -12.50 2010 622 961 40.94 8 500 61.50 2011 695 104 11.58 11 117 30.79 2012 778 999 12.07 12 620 13.52 2013 970 568 24.59 15 745 24.76

15.99 23.52

Kenaikan rata-rata 52 Kategori teknologi dari perikanan budidaya laut terbagi menjadi semi intensif dan tradisional. Untuk perikanan budidaya laut di Provinsi Jawa Barat, kategori teknologi didominasi dari tradisional. Kabupaten Cirebon adalah daerah yang budidaya perikanan lautnya terbesar untuk kategori teknologi tradisional. Kabupaten Sukabumi merupakan daerah yang memiliki jumlah terbanyak untuk budidaya perikanan laut dengan kategori semi intensif. Budidaya air laut, komoditi didominasi oleh rumput laut, kerang hijau dan kerang darah. Jenis rumput laut yang umum dibudidayakan di perairan laut, baik di wilayah utara maupun selatan Provinsi Jawa Barat adalah Euchema cottonii . Jenis kerang h ijau yang umum dibudidayakan adalah Perna viridis termasuk dalam family Mytilidae. Pada umumnya kerang ini terdapat di daerah perairan pantai dengan bentuk agak pipih memanjang dan memiliki cangkang yang tipis. Cangkang konsentrik dengan bagian pinggir berwarna hijau kebiru-biruan. Ukurannya dapat mencapai 8-10 cm. Di Provinsi Jawa Barat, kerang jenis ini dibudidayakan di perairan utara, yaitu di Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Bekasi, dan Kota Cirebon. Jenis kerang d arah yang umum dibudidayakan adalah Anadara granosa Linnaeus, 1758 termasuk dalam famili Arcidae. Kerang darah jenis ini terdapat hampir di seluruh pantai Indonesia. Bentuknya bulat kipas agak lonjong. Bagian dalam halus dengan warna putih mengkilat dan warna dasar kerang putih kemerahan merah darah dan bagian dagingnya merah. Ukurannya dapat mencapai 4 cm. Di P rovinsi Jawa Barat, kerang darah dibudidayakan hanya di Kabupaten Indramayu. Budidaya air payau, komoditi didominasi oleh rumput laut, udang Vaname, udang Windu, ikan Mujair, dan ikan Bandeng. Jenis rumput laut yang umum dibudidayakan di air payau di dalam tambak adalah Gracilaria spp . Produksi rumput laut jenis Gracilaria spp ini hanya terdapat di wilayah pantai utara Provinsi Jawa Barat, yaitu di Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Bekasi. J e n i s u dang Vaname yang umum dibudidayakan adalah Litopenaeus vannamei termasuk dalam famili Penaidae. Produksi udang Vaname ini terdapat hampir di seluruh perairan Provinsi Jawa Barat, baik di perairan utara maupun perairan selatan, mencakup Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, dan Kota Cirebon. Jenis udang Windu yang umum dibudidayakan adalah Penaeus monodon termasuk dalam famili Penaeidae . Biasanya hidup di dasar perairan yang berlumpur dan berpasir pada kedalaman 0-110 m. Di Provinsi Jawa Barat, udang Windu j e n i s i n i dibudidayakan di perairan selatan di Kabupaten Ciamis, sedangkan di perairan utara dibudidayakan di Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, dan Kota Cirebon. Jenis ikan Mujair yang umum dibudidayakan adalah Oreochromis mossam bicus termasuk dalam famili Cichlidae. Ikan ini mempunyai toleransi yang besar terhadap kadar garam, sehingga dapat hidup di air payau. Bentuk badan pipih berwarna hitam keabu-abuan. Panjang total maksimum mencapai 40 cm. Di Provinsi Jawa Barat, ikan Mujair ini di