1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat yang tinggal di pulau – pulau kecil atau pesisir di Indonesia hidupnya sangat tergantung oleh hasil laut, karena masyarakat tersebut tidak
mempunyai penghasilan pendapatan yang lain kecuali dari hasil laut. Salah satu wilayah laut yang merupakan daerah penangkapan ikan bagi masyarakat pulau –
pulau kecil atau pesisir adalah perairan ekosistem terumbu karang Dahuri, 2003. Terumbu karang merupakan ekosistem perairan dangkal yang banyak dijumpai di
sepanjang garis pantai daerah tropis yang terbentuk dari endapan massif kalsium karbonat CaCO
3
, dihasilkan oleh karang hermatifik yang bersimbiosis dengan alga zooxantella Barness 1999; Nyibakken, 1992. Terumbu karang mempunyai
nilai penting antara lain fungsi biologis tempat memijah, bersarang, mencari makan dan tempat pembesaran berbagai biota laut; fungsi kimia sumber nuftah
bahan obat-obatan; fungsi fisik sebagai pelindung pantai dari abrasi; dan fungsi sosial sumber mata pencaharian nelayan dan objek wisata bahari Supriharyono,
2007. Kelurahan Pulau Abang merupakan salah satu kelurahan yang dimiliki
Kota Batam yang terdiri darai beberapa pulau kecil dari keseluruhan yang berjumlah 325 pulau Dinas Kelautan Kota Batam 2007. Sebagian besar mata
pencaharian penduduk Pulau Abang adalah sebagai nelayan. Tujuan penangkapan utama nelayan di daerah ini adalah jenis–jenis ikan karang yang terdapat di
hampir semua perairan Kelurahan Pulau Abang. Berdasarkan informasi nelayan Pulau Abang bahwa pada tahun 2005 hasil tangkapan mereka mulai menurun,
hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya kerusakan terumbu karang di perairan sekitar Pulau Abang.
Berdasarkan hasil penelitian LIPI tahun 2004 di Pulau Abang, menerangkan bahwa prosentase tutupan karang hidup 0.00 – 55.86 dengan rerata tutupan
karang hidup 20.30 atau mencakup 3.7214 Km² yang meliputi P.Abang Besar, P. Abang Kecil, P. Petong, P. Dedap dan P. Pengelap dan pulau – pulau kecil
diantaranya.
2
Semakin meningkatnya permintaan ikan karang dengan harga yang tinggi mengakibatkan tingkat eksploitasi di daerah sekitar terumbu karang juga semakin
meningkat. Apabila kondisi ini terus menerus dibiarkan, maka beberapa tahun mendatang dapat menyebabkan sebagian besar terumbu karang di wilayah
Kelurahan Pulau Abang akan mengalami kerusakan yang serius dan akan berdampak pada menurunnya produktifitas perairan tangkap di sekitar terumbu
karang. Kerusakan terumbu karang disebabkan oleh beberapa faktor : 1 sifat
biologis seperti predasi, kompetisi dan ledakan phytoplankton, 2 mekanis seperti arus yang kuat, sedimentasi, vulkanik dan perubahan temperatur yang tinggi , dan
3 aktivitas manusia. Aktivitas manusia yang menyebabkan kerusakan terumbu karang diantaranya adalah aktivitas penangkapan ikan menggunakan bahan
peledak atau sianida Supriharyono, 2007. Di Kota Batam penyebab utama kerusakan dan penurunan kualitas terumbu karang diduga paling banyak berasal
dari penangkapan ikan dengan cara yang tidak ramah lingkungan, penambangan karang dan sedimentasi. Penangkapan ikan dengan cara yang merusak meliputi
penggunaan dinamit sebagai alat pengebom, penggunaan sianida sebagai racun, teknik muro-ami dan jaring penangkap ikan merusak. Pengeboman terumbu
karang dengan maksud mendapatkan ikan merupakan praktek yang umum di seluruh laut Indonesia. Sianida sebagai racun sering digunakan untuk menangkap
ikan-ikan ornamental untuk hiasan akuarium laut di banyak wilayah di Indonesia. Aktivitas kapal dari nelayan dan kegiatan olah raga air serta wisata
bahari juga menyebabkan kerusakan terumbu karang, pembuangan jangkar kapal dan aktivitas berjalan-jalan di atas karang, coral cleaning menangkap ikan pada
waktu air surut di kawasan terumbu karang dan kegiatan wisata bahari. Dampak yang dirasakan masyarakat nelayan setempat adalah semakin jauhnya daerah
penangkapan ikan yang dulunya berada di sekitar pulau yang mereka tempati ke pulau – pulau lain yang kondisi karangnya masih cukup baik.
Bercermin dari fenomena dunia perikanan Indonesia dan kaitannya dengan paradigma pembangunan berkelanjutan, maka gagasan untuk melahirkan suatu
teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan menjadi sebuah keniscayaan. Karena, hal ini akan
3
menjadi solusi alternatif untuk menengahi problem dilematis Indonesia Dahuri et al, 1996.
Menurut Sarmintohadi 2002 agar usaha penangkapan ikan di sekitar terumbu karang tetap terjaga dan berkesinambungan , maka kondisi ekosistem
terumbu karang yang ada harus tetap dipertahankan. Dengan mengacu pada konsep pengelolaan ekosistem terumbu karang yang ada maka perlu
dikembangkan penggunaan alat penangkap ikan yang ramah lingkungan, sehingga ekosistem terumbu karang tetap terjaga dan usaha penangkapan yang merupakan
mata pencaharian utama mayarakat dapat berkesinambungan.
1.2 Perumusan Masalah