Prioritas Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

77 ¾ Pengadaan alat tangkap ikan sejenis kelong pantai yang tidak merusak terumbu karang. ¾ Pengadaan alat tangkap bubu yang ramah lingkungan. ¾ Perbaikan pelabuhan atau dermaga

5.5 Prioritas Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

Berdasarkan hasil analisis AHP didapatkan bahwa prioritas pertama yang harus diperhatikan dalam criteria SWOT adalah factor peluang gambar7. Hal tersebut mengandung arti bahwa untuk membuat sebuah pengelolaan sumber daya perikanan di terumbu karang Kelurahan Pulau Abang hal pertama yang harus diperhatikan adalah peluang yang ada. Diharapkan dengan memanfaatkan peluang dengan sebaik – baiknya maka akan dapat meningkatkan nilai pendapatan di sektor perikanan dengan tidak merusak ekosistem terumbu karang di perairan tersebut. Faktor akses yang baik ke Singapura maupun ke Batam merupakan prioritas pertama yang harus diperhatikan karena letak Kelurahan Pulau Abang sangat dekat ke Singapura jika ditempuh dengan transportasi laut dan ke Kota Batam juga sangat mudah melalui jalur darat dengan akses transportasi yang sudah lancar. Menurut haasil penelitian dari LIPI 2007 bahwa masyarakat Kelurahan Pulau Abang untuk menjual hasil perikanannya tujuan utamanya adalah Singapura. Dengan memanfaatkan akses yang relative mudah diharapkan nelayan di Kelurahan dapat meningkatkan produksi ikan dengan usaha budidaya mengingat kondisi perairan di Kelurahan Pulau Abang masih mendukung asalkan dibarengi dengan pengembangan teknologi dan manajemen yang baik untuk memenuhi permintaan pasar di Batam dan Singapura yang masih tinggi. Prioritas pertama dalam rencana strategi pengelolaan sumber daya perikanan di terumbu karang kelurahan Pulau Abang adalah pengembangan usaha budidaya dan wisata bahari. Usaha perikanan tangkap di daerah terumbu karang merupakan usaha yang sangat riskan terhadap kerusakan karang di suatu perairan. Pengelolaan dan kebijakan yang salah dapat merusak lingkungan dan stok sumber daya di perairan tersebut Nikijuluw 2002. Status perikanan di Kelurahan Pulau Abang yang masih dalam kategori usaha kecil dengan alat tangkap sederhana haruslah tetap dipertahankan agar terjadi kelestarian sumberdaya di terumbu 78 karang. Oleh karena itu untuk meningkatkan nilai ekonomi masyarakat Kelurahan Pulau Abang terhadap potensi perikanannya perlu dilakukan strategi usaha budidaya dan wisata bahari. Usaha budidaya ikan dapat dilakukan dengan membuat daerah percontohan terlebih dahulu yang melibatkan partisipasi langsung masyarakat setempat. Kegiatan tersebut lebih diprioritaskan untuk wilayah–wilayah yang kondisi terumbu karangnya mengalami penurunan. Berdasarkan wawancara dengan nelayan setempat bahwa sebagian besar nelayan enggan melakukan usaha budidaya karena kurangnya modal dan pengetahuan. Hal ini terbukti bahwa usaha budidaya yang ada di Kelurahan pulau Abang baru sebatas contoh yang dikelola oleh beberapa kelompok masyarakat dalam kegiatan proyek COREMAP II KOTA BATAM. Mayoritas nelayan melakukan budidaya hanya untuk usaha sampingan tatkala mereka tidak melaut ada musim utara maupun selatan LIPI, 2007. Usaha budidaya yang mereka lakukan sebatas menanmpung ikan ekonomis penting yang tertangkap hidup tetapi ukurannya belum mencapai barat yang diminati konsumen. Usaha Budidaya harus didukung terlebih dahulu oleh pemerintah maupun pihak swasta baik dalam pemodalan maupun pengetahuan melalui program kemitraan. Potensi wisata bahari dapat dilakukan di Sekitar Kelurahan Pulau Abang karena kondisi terumbu karang dan ikan yang masih dalam kondisi bagus dan mempunyai keanekaragaman yang lumayan untuk dilihat. Kegiatan menyelam ataupun snorkeling dapat dilakukan karena kondisi perairan yang cukup jernih ,kecerahan dapat mencapai dasar perairan, dan kadar kualitas air masih dibawah ambang batas yang ditetapkan oleh Standar Baku Mutu kualitas air LIPI, 2004 sehingga memudahkan wisatan yang ingin melakukan kegiatan snorkeling tanpa harus menyelam ke dasar. Wisata snorkeling lebih aman untuk terumbu karang, karena kemungkinan untuk menginjak – injak karang saat melakukan snorkeling lebih kecil jika dibandingkan aktivitas menyelam. Potensi ini juga diperkuat oleh karakteristik sosial dan budaya yang memiliki kekhasan, misalnya penduduknya yang ramah dengan sifat kekeluargaan yang tinggi, bentuk rumah di Kelurahan Pulau Abang sebagian besar merupakan rumah pantai yang memiliki keunikan tersendiri LPM-UIB, 2005. Kegiatan tersebut harus diimbangi dengan promosi 79 wisata ke luar misalnya Singapura, Malaysia dan penyediaan sarana prasarana yang memadai serta mempersiapkan sumber daya manusia sebagai pemandu wisata atau pemandu selam. Prioritas strategi selanjutnya yang perlu mendapat perhatian adalah pemberdayaan masyarakat pesisir dengan mata pencaharian alternatif. Untuk mengurangi tekanan terhadap terumbu karang secara terus menerus melalui usaha penangkapan perlu adanya alternative mata pencaharian di Kelurahan Pulau Abang. Mata pencaharian alternative juga dapat dimanfaatkan sebagai penolong pada musim gelombang besar yaitu bertepatan dengan musim utara dan selatan. Bentuk – bentuk usaha yang sesuai adalah usaha sederhana yang memanfaatkan sumber daya yang ada di kelurahan Pulau Abang untuk diolah sehingga menghasilkan produk yang mempunyai nilai tinggi. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan untuk melatih dan membina masyarakat setempat yaitu dengan menghidupkan kembali kelompok – kelompok wanita nelayan melalui kegiatan PKK, mengadakan pelatihan melalui pengiriman nelayan keluar Kota Batam study banding dan pelatihan secara intensif kepada wanita – wanita nelayan untuk membuat produk – produk perikanan baso ikan, abon ikan, kerupuk kulit ikan dodol dan manisan dari rumput laut, kerajinan tangan dari limbah perikanan sebagai oleh – oleh khas Kelurahan Pulau Abang. Hasil penelitian LIPI 2007 tentang BME Batam Monitoring Ecology sesi sosial ekonomi bahwa pada tahun 2007 telah terjadi penurunan jumlah nelayan yang melakukan usaha penangkapan dari 80 tahun 2005 sekarang menjadi 76. Menurut hasil penalitian tersebut penurunan terjadi karena masyarakat Kelurahan Pulau Abang banyak beralih ke mata pencaharian alternative. Prioritas ketiga yang tidak kalah penting juga dalam strategi pengelolaan perikanan di terumbu karang adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan potensi perikanan berbasis partisipasi masyarakat. Kegiatan tersebut dimulai dengan memperbaiki data perikanan khususnya di Kelurahan Pulau Abang dan Kota batam secara keseluruhan secara up to date dengan melibatkan enumerator dari wilayah setempat. Data tersebut dapat digunakan untuk membuat sebuah kebijakan dalam pemanfaatan ikan di terumbu karang di Kota Batam. Menurut hasil penelitian BPP-PSPL UNRI 2006 bahwa tingkat pendidikan rata-rata di 80 Kelurahan Pulau Abang 17 tidak tamat SD, 50 tamat SD dan tamat SMP hanya 9. Program selanjutnya adalah pelatihan manajemen kewirausahaan baik di bidang perikanan maupun wisata bahari. Prioritas keempat adalah Peningkatan Pemasaran keluar Pulau Maupun ke skala nasional. Kegiatan peningkatan pemasaraan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Selama ini nelayan kelurahan pulau Abang hanya menjual ikannya ke Singapura untuk jenis yang memenuhi kualitas ekspor LIPI, 2007 sedangkan untuk ikan yang tidak masuk kualitas hanya dijual ke Kota Batam. Dengan adanya permintaan pasar yang tinggi dari daerah lain, diharapkan mampu mendorong masyarakat pulau abang untuk meningkatkan teknologi atau usaha budidaya untuk peningkatan produksi. Prioritas kelima adalah pengadaan prasarana dan sarana kegiatan perekonomian. Hasil penelitian BPP- PSPL UNRI 2006 bahwa pada saat ini untuk sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi di Kelurahan Pulau Abang belum ada sama sekali baik itu sekedar pasar harian, maupun TPI. Kehaditan pasar harian diharapkan mampu menggeliatkan sector ekonomi di Kelurahan tersebut. Masyarakat Pulau Abang untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari harus ke Kota Batam untuk berbelanja. Program yang mendesak untuk disediakan untuk mendukung strategi ini adalah pendirian pasar dan TPI. Dengan adanya pasar dan TPI diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Prioritas keenam adalah Peningkatan kualitas produksi perikanan. Hasil penelitian BPP- PSPL UNRI 2006 bahwa pada saat ini untuk sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi terutama penanganan hasil tangkapan, di Kelurahan Pulau Abang hanya memiliki 2 pabrik es untuk menyuplai nelayan selutuh Kelurahan Pulau Abang. Prasarana penunjang yang lain belum tersedia. Program yang bisa dilakukan oleh pemerintah misalnya menyediakan cold storage agar hasil tangkapan nelayan tidak cepat turun kualitasnya sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi. Prioritas terakhir adalah pengawasan wilayah perairan Pulau Abang. Hasil dari wawancara dengan mayarakat Kelurahan Pulau Abang bahwa masih ada masyarakat dari luar pulau abang yang melakukan usaha penangkapan dengan cara yang merusak. Menurut hasil laporan RPTK Rencana Pengelolaan Terumbu 81 Karang tahun 2007, untuk mengadakan pengawasan perairan mereka telah membentuk kelompok pengawasan POKMASWAS. POKMASWAS adalah kelompok masyarakat yang melakukan pengawasan terhadap sumberdaya kelautan dan perikanan dan mempunyai jaringan pengawasan dengan kelompok- kelompok pengawas lainnya dan atau aparat pengawas PPNS, Satpol AIR dan TNI-AL. Berdasarkan prioritas yang dihasilkan melalui proses AHP bahwa program yang diinginkan masyarakat setempat maupun unsur pemerintah daerah baru sebatas nilai ekonomi saja. Dari urutan prioritas sangat jelas bahwa mereka belum terpikir untuk mengarahkan kebijakan kearah perikanan atau penjagaan kelestarian lingkungan. Sebagai contoh adalah kriteria pengawasan mendapat prioritas terakhir, padahal pengawasan sangat penting untuk menjaga ekosistem terumbu karang agar tidak rusak akibat dampak dari kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh masyarakat setempat maupun nelayan dari luar. Demikian juga peningkatan kualitas sumberdaya manusia seharusnya mendapat prioritas yang utama karena kualitas sumberdaya masyarakat sangat berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat yang nantinya akan membawa mereka ke tahapan mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap ekosistem terumbu karang. Apabila sumberdaya manusia ditingkatkan dalam pengetahuan tentang teknik penanggunaan alat tangkap ditembu karang yang ramah lingkungan, ekosistem terumbu karang akan terjaga kelestariannya. Seharusnya pemerintah setempat dan LSM gencar mengadakan pelatihan-pelatihan tentang tata cara menangkap ikan yang ramah di terumbu karang. Prioritas ketiga yang seharusnya diutamakan adalah pengadaan srana dan prasarana penunjang kegiatan penangkapan ikan di terumbu karang yang tidak merusak lingkungan. Sebagai contohnya adalah pembangunan tambatan apung mooring buoy, penggunaan alat tangkap sejenis kelong pantai yang ramah lingkungan. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan akhir dari suatu pengelolaan perikanan di kawasan terumbu karang susah seharusnya dapat diharapkan untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat, namun demikian kelestarian lingkungan terumbu karang dan kelestarian lingkungan pesisir pada umumnya sudah seharusnya mendapat perhatian yang serius. 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan